Para pimpinan dayah bersama Pj.Bupati Aceh Utara Dr Mahyuzar, MSi Kepala Dinas Pendidikan Dayah Kabupaten Aceh Utara Ustad Ir.Mirza Gunawan, dan Kepala Dinas Perkebunan, Peternakan dan Kesehatan Hewan (Disbunnak Keswan) Aceh Utara, Ir Lilis Indriansyah MP. Waspada/ist
LHOKSUKON (Waspada): Dari data Dinas Pendidikan Dayah Aceh Utara, sejumlah 63.747 santri dan 7.608 guru pengajian, sebagian besar punya hak pilih dalam pemilu 2024. Mereka ‘dilirik’ para kontestan pemilu untuk meraih kursi legislatif dan eksekutif pada pemilu kali ini.
Kepala Dinas Pendidikan Dayah Kabupaten Aceh Utara Ustadz Ir. Mirza Gunawan,ST., M.A.P., CPSp., CCMS kepada Waspada, Jumat (26/1) menjelaskan, Aceh Utara memiliki jumlah dayah (pesantren) terbanyak di Aceh. Saat ini tercatat 248 dayah dengan jumlah santri mencapai 63.747 dan 7.608 guru pengajian.
Para santri umumnya sudah punya hak suara dalam pemilihan umum yang akan berlangsung pada 14 Februari 2024 mendatang. Sehingga dayah di Aceh Utara dianggap menjadi lumbung suara pada pesta demokrasi rakyat. “Dayah telah dilirik para kontestan peserta peserta pemilu,” jelas Mirza Gunawan.

Kadis Pendidikan Dayah mengharapkan, dalam kontestasi politik Tahun 2024 tidak terjadi gesekan di lingkungan dayah. Dia meminta semua pihak menjaga dan menghargai lembaga pendidikan dayah. “Caleg siapa saja boleh dipilih, tetapi jangan sampai berantam,” ungkapnya.
Untuk bisa menjaga kualitas suara santri dalam pemilu, pihak dinas telah melakukan sosialisasi. Meskipun kegiatan sosialisasi pemilu secara umum di lakukan Kesbangpol setempat kepada masyarakat, pihak pendidikan dayah juga melakukan hal yang sama dalam kesempatan lain. Dinas Pendidikan Dayah melakukan sosialisasi dan edukasi dalam bentuk pertemuan dengan pimpinan dayah, guru dan santri. “Sesuai dengan arahan Bupati, seluruh dinas harus bisa menjaga Pemilu damai di 2024 ini,” tambahnya.
Menindaklanjuti arahan Bupati Aceh Utara, pihak pendidikan dayah dalam kunjungan survey dayah beberapa waktu lalu ikut memberikan pendidikan tersebut. Selain itu, dalam kunjungan pembinaan dayah dan balai pengajian juga disampaikan ajakan menjaga pemilu damai. “Jadi, walaupun bukan tugas khusus sosialisasi pemilu, agar tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, akibat beda calon beda pilihan. Jadi sambilan turun mengunjungi pesantren kita sosialisasi,” tegas Mirza Gunawan.
Beberapa waktu lalu, Dinas Pendidikan Dayah Aceh Utara juga diundang untuk pembukaan lomba di dayah. Menurut Mirza Gunawan, pihaknya ikut menyampaikan pendidikan tentang pemilu damai. Sebelumnya, dalam kegiatan Maulid juga disampaikan, agar dalam menghadapi pemilu tidak menimbulkan gesekan di dayah. “Bahkan ketika saya diundang sebagai penceramah, tetap menyampaikan bahwa pemilu ini harus damai, karena dengan damainya pemilu, suasa di Aceh akan tetap kondusif, siapa pun presidennya siapapun calegnya yang penting tetap kondusif,” tegasnya kembali.
Politik Bagian Pendidikan Dayah
Pendidikan politik tidak terlepas dengan pendidikan dayah. Mirza Gunawan yang juga alumni Dayah MUDI MESRA Samalanga menjelaskan, di lingkungan dayah juga diajarkan politik. “Kami di pesantren membagi ilmu dalam dalam tiga kategori besar. Yaitu Tasawuf, Tauhid dan Fiqih,” jelasnya.
Nah, dalam Fiqih ini ada beberapa bab, yaitu Bab Muamalat, Bab Munakahat, termasuk Bab Fiqih Siyasah (politik). “Ini yang diajarkan Rasulullah tentang Fiqih Politik, bagaimana menanamkan politik dalam kehidupan kita sehari hari,” jelas Mirza Gunawan, alumni santri dayah salafi yang juga melanjutkan pendidikan Ilmu Pemerintahan di universitas.
Menurutya, Islam tidak boleh terlepas dengan politik, karena Rasulullah sendiri mengajarkannya. Politik juga menjadi barometer dan jalan umat dalam menjalani kehidupan sehari hari. Dia mencontohkan, sebuah tandatangan pejabat politik akan mampu mengalahkan semua kemungkaran.
Mirza juga membacakan hadist Rasulullah yang artinya,”Barang siapa yang melihat kemungkaran maka hendaknya dia merubah dengan tangannya”. Dia juga pernah mendegar penjelasan dari Abu Mudi (Tgk.H.Hasanoel Bashry), merubah kemungkaran melalui tangan umara (pemimpin). “Umara ini tentunya dilahirkan dengan proses politik,” sebut Mirza.
Dia mengharapkan dengan adanya pemilu, akan terpilih pemimpin-pemimpin yang baik. Yaitu pemimpin yang akan membawa ke arah yang lebih baik. “Jadi, pendidikan politik bagi saya yang alumni dayah merupakan hal penting tidak boleh dipisahlan dengan agama,” tutupnya.(b08)