Scroll Untuk Membaca

Aceh

Rasulullah Bertanya Sahabat Menjawab: Tahukah Kalian Siapa Orang Yang Paling Rugi?

Rasulullah Bertanya Sahabat Menjawab: Tahukah Kalian Siapa Orang Yang Paling Rugi?
Waled Jamal menjadi khatib jumat di Masjid Al-Ikhlas Teupin Punti, Kecamatan Syamtalira Aron, Aceh Utara.Waspada.id/Maimun Asnawi
Kecil Besar
14px

PENGURUS Masjid Al-Ikhlas Teupin Punti, Kecamatan Syamtalira Aron, Kabupaten Aceh Utara, Jumat (5/9), memanggil nama Waled Jamaluddin bin Abdul Qadir untuk naik ke mimbar guna menjadi khatib Jumat guna menyampaikan nasehat kepada para jamaah yang melaksanakan shalat Jumat di masjid tersebut.

Mendengar panggilan tersebut, Waled Jamal dengan memakai jubah putih dan kopiah putih naik ke mimbar memanuhi panggilan tersebut. Sampai di mimbar sambil memegang tongkat, memberikan salam. Lalu duduk sebentar mendengar muazin mengumandangkan azan ke dua.

Setelah azan dikumandangkan, Waled Jamal berdiri menyampaikan puji-pujian kepada Allah Swt dan menyampaikan selawat kepada Nabi Besar Muhammad Saw, dan baru kemudian, Waled Jamal menyapa para jamaah Jumat.

Kata Waled, para jamaah Jumat yang dimulaikan oleh Allah Swt, 1.400 tahun yang lalu, Nabi Besar Muhammad Saw berjuang dengan sangat luar biasa. Lalu untuk apa Nabi Muhammad berjuang, jawabnya adalah untuk kita, untuk umat yang hidup di akhir zaman. Karena itu, apa pun perbuatan yang Nabi Muhammad lakukan kita jadikan sebagai pedoman hidup.

Untuk apa, supaya kita hidup dalam masyarakat tidak menyakiti orang lain. Kata Waled Jamal, dalam kitab Riyadhus Sahlihin, karya Imam Nawawi disebutkan, Rasulullah Saw bertanya kepada para sahabat, tahukah kalian siapa orang yang paling rugi. Lalu sahabat menjawab, orang yang paling rugi itu adalah orang yang tidak memiliki dirham.

“Sahabat geujaweub, ureung yang paling rugoe adalah ureung yang hana peeng, hana sapeuna (sahabat menjawab, orang yang rugi itu adalah orang yang tidak memiliki uang, orang yang tidak memiliki apa-apa),” kata Waled Jamal di mimbar Jumat menirukan sahabat dalam menjawab pertanyaan Rasulullah.

Mendengar jawaban tersebut, kata Waled Jamal, Rasul mengatakan, “bukan”. Dan Rasulullah memberitahukan, orang yang paling rugi hidupnya adalah orang yang melaksanakan shalat, orang yang rugi itu adalah orang yang berpuasa, orang yang rugi itu adalah orang yang menunaikan zakat, orang yang rugi itu adalah orang yang bersedakah, dan orang yang rugi itu adalah orang yang melaksanakan ibadah haji.

Mendengar jawaban tersebut, kata Waled Jamal, para sahabat bertanya, “Ya Rasulullah, kenapa orang itu rugi padahal orang tersebut shalat, orang itu berpuasa, orang itu berhaji, orang itu bersadakah. Kenapa orang itu rugi ya Rasulullah.”

Lalu Rasulullah menjawab, “Orang itu rugi karena menzalimi orang lain. Orang itu shalat tapi masih mencuri harta orang lain. Orang itu berpuasa, tapi saat sedang berpuasa masih menghalang-halangi orang lain; masih melakukan hal-hal yang menghancurkan orang lain.”

Dari percakapan antara Rasulullah dengan para sahabat, kata Waled Jamal, kita harus dapat mengambil pelajaran, agar dalam bermasyarakat, kita tidak boleh menjelek-jelekkan orang lain. Jika perbuatan itu dilakukan, maka tidak ada gunanya shalat siang malam, puasa wajib dan bahkan puasa Senin-Kamis tapi tetap menjadi orang yang rugi. Rugi, kata Waled Jamal, karena hidup dalam masyarakat masih suka mencari-cari kesalahan orang lain dan untuk perbuatan ini rela berdiri di barisan paling depan. “Itu makanya, rugi kata Rasulullah,” sebut khatib jumat tersebut.

Kemudian Waled Jamal melanjutkan nasehatnya, orang itu benar memberikan zakat, tapi zakat itu ditunaikan dari harta hasil menzalimi orang lain, hasil menipu orang lain, ada keringat orang lain dalam hartanya yang belum dibayar, lalu harta itu dikuasai sendiri.

“Hak-hak tidak baik dilakukan. Maka, meskipun dia shalat, kata Rasul, Meskipun dia berpuasa, kata Rasul. Meskipun dia menunaikan zakat, kata Rasul. Meskipun dia berpuasa, kata Rasul, Meskipun dia berhaji, kata Rasul, kalau dia menzalimi orang lain, maka dia adalah orang yang paling rugi,” sebut Waled Jamal di mimbar Jumat.

Kalau masih suka mengambil harta orang lain, kata Waled Jamal, kalau masih suka menggeser pematang sawah orang lain. Dan jika seseorang memiliki jabatan dalam birokrasi pemerintahan dan masih suka memanipulasi data untuk mendapatkan kekayaan pribadi, kalau menjadi pedagang dan masih suka memgambil keuntungan yang berlebihan hingga membuat orang lain rugi. “Maka seseorang itu adalah orang yang paling rugi hidupnya. Menjadi orang yang paling rugi di sisi Allah Swt di akhirat nanti, kata Rasulullah,” sebut Waled Jamal berulang-ulang.

Jamaah yang Allah Swt muliakan, sebutnya, momentum Maulid Nabi Besar Muhammad Saw adalah momentum untuk kita tunjukkan cinta kita pada Rasulullah, sebagaimana Rasulullah cinta pada kita semua.

“Rasulullah tidak tidur malam, bukan karena khawatir pada anaknya, pada istrinya, sahabatnya, pada dirinya. Bukan karena itu, tapi Rasulullah tidak tidur malam karena merasa khawatir dengan diri kita, umat akhir zaman, yang terkadang kehilangan pegangan hidup. Karena itulah, Rasulullah menangis siang-malam. Dan bahkan, Rasulullah masih sangat khawatir akan kondisi umatnya di akhir zaman, pada saat ajal menjemputnya. Rasulullah tidak merasa senang kembali pada Allah Swt, sebelum mendapat jaminan taubat kepada umatnya di akhir zaman,” sebut Waled Jamal di hadapan para jamah jumat di Masjid Al-Ikhlas Teupin Punti.

Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah Swt, pada kesempatan ini, katanya, dia mengajak semua kita untuk menunjukkan rasa cinta dan kasih sayang kita kepada Rasulullah dengan menjalankan sunnahnya. Dengan cara bagaimana, yaitu dengan menyayangi orang-orang yang lemah, berbaik-baik dengan tetangga. Dalam bertetangga, Rasulullah cukup baik memperlakukan tetangganya, meskipun dia seorang Yahudi.

“Sementara kita, bertetangga dengan paman sendiri, dengan keluarga sendiri tapi tidak bisa berlaku baik pada mereka. Dengan siapapun berdagang, Rasulullah tetap berlaku baik. Semestinya ini pun bisa kita lakukan dan mampu menjadikan ini sebagai pedoman,” kata Waled Jamal.

Maka, kata Kahtib Jumat tersebut, kerusakan yang terjadi di dunia, bukan karena kekurangan orang berilmu. Pada saat ini, orang berilmu itu cukup banyak. Di Aceh saja, kata dia, setiap tahun kampus-kampus yang ada di Aceh mewisuda puluhan ribu sarjana. Setiap tahun ada cukup banyak para santri kembali dari dayah (pesantren) ke tempat asalnya. Lalu kenapa keadaan Aceh menjadi seperti ini.

“Ini terjadi bukan karena kurang ilmu, melainkan kurangnya implementasi akhlak dalam hidup. Banyak orang yang bergama tapi tidak berakhlak. So,bong dengan ibadahnya. Islam tidak melarang umatnya kaya raya, tapi Islam melarang seseorangg merasa kaya, karena itu sombong. Islam tidak malarng umatnya untuk menjadi pintar, tapi tidak disuruh untuk merasa pintar, karena itu sombong.”

Maka di akhir khutbah singkat pada hari Jumat,12 rabiul awal yang mulia ini, Waled Jamal mengajak seluruh jamaah jumat untuk memantaskan diri kita menjadi umat yang dirindukan Nabi Besar Muhammad SAW, dengan senantiasa memperbanyak sehalawat. Rasulullah mengatakan, agar kita memperbanyak selawat pada hari jumat.

Sebesar apapun persoalan yang dihadapi seseorang, maka selawat adalah solusinya. Apa saja persoalan yang kita hadapi, apakah itu persoalan keluarga, persoalan di kantor, permasalahan dalam pekerjaan, perbanyaklah selawat, karena selawat memberikan kemenangan kepada kita. Allah pasti memberikan kemuliaan pada orang-orang yang berselawat. Dan Insya Allah, sebut Waled Jamal, kana mendapatkan syafaat dari Baginda Nabi Besar Muhammad Saw.

Dan di akhir khtbah singkat yang mulia ini, kata Waled, kita berdoa pada Allah, semoga seluruh jamaah jumat yang hadir, apabila ada yang saket atau keluarganya yang sakit, dengan kemuuliaan bulan maulid, Allah mudahkan semua persoalan yang dirasakan saat ini.

Apabila ada yang sedang terutang, dengan kemuliaan bulan maulid, Allah mudahkan pelunasan hutang-hutangnya itu. Apabila ada persoalan dengan keluarga, dengan kemuliaan bulan maulid, Allah selesaikan segala persoalan tersebut, dan dengan kemuliaan Nabi Besar, Muhammad Saw, diberikan kepada kita semua, Allah jemput kita semua dalam kondisi yang indah yaitu husnul khatimah.

“Aamiin Ya Allah…Kalau ada yang kurang dalam penyampaian, maka itu murni kelemahan dan kedhaifan saya sebagai hamba,dan jika ada yang benar pada penyampaian, maka itu semua datangnya dari Allah Swt,” ucap Waled Jamal menutup nasehatnya di atas mimbar khatib Jumat.

Maimun Asnawi, S.HI.,M.Kom.I

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE