Santri TKA mengungsi di Balai Desa Alue Dua, Ranto Peureulak, Aceh Timur, Sabtu (29/11) malam. Waspada.id/Muhammad Ishak
IDI (Waspada.id): Dampak banjir selama sepekan yang melanda Kabupaten Aceh Timur, mengakibatkan ratusan rumah milik pimpinan dan guru Taman Pendidikan Alquran (TPA) rusak diterjang banjir. Kini, mereka bertahan hidup di pengungsian dengan kondisi gelap gulita.
Badan Komunikasi Pemuda Remaja Masjid Indonesia (BKPRMI) Aceh Timur, mengatakan, seluruh kecamatan terdampak banjir dengan ketinggian air antara 1-2 meter. Banjir mulai terjadi sejak Senin (25/11). Hingga Minggu (30/11) banjir mulai surut, namun sejumlah kecamatan belum bisa ditembusi, karena ketinggian air di atas badan jalan disejumlah titik masih mencapai 1,2 meter, seperti Jalan Peureulak – Lokop.
“Persoalan sekarang adalah pengungsi kelaparan akibat pemerintah tidak bisa menembus sejumlah kecamatan, sehingga guru, pimpinan TPA dan santri terperangkap banjir, seperti Serbajadi, Peunaron, Simpang Jernih dan sejumlah kecamatan lain,” kata Ketua Umum DPD BKPRMI Aceh Timur, H Muhammad Ishak, kepada Waspada.id, Minggu (30/11).
Bantuan pangan dan sandang, lanjutnya, adalah sangat dibutuhkan para guru dan pimpinan TPA yang masih bertahan di tenda pengungsian. “Jika hujan tidak lagi mengguyur, maka 2-3 hari ke depan kita sudah bisa menembusi daerah pedalaman. Namun persoalan lain adalah jaringan internetbdan lampu padam total,” ungkap Cek Mad, sapaan H Muhammad Ishak.
Alumni YPI Darussa’adah Cabang Idi Cut ini meminta bantuan dari seluruh aktivis masjid dan pengurus BKPRMI di seluruh Indonesia untuk membantu para pengurus BKPRMI dan guru serta pimpinan TPA yang terdampak banjir dan saat ini masih berada di tenda pengungsian.
“Kebutuhan mendesak saat ini adalah jaringan internet dan lampu listrik, sehingga bisa berkomunikasi dengan lancar dalam mendata seluruh korban banjir, terutama guru dan pimpinan TPA,” timpa Cek Mad, seraya menyebutkan, data sementara ratusan rumah guru dan pimpinan TPA rusak diterjang banjir. (id77).
