Scroll Untuk Membaca

Aceh

‘Serangan’ Gajah Belum Mereda

‘Serangan’ Gajah Belum Mereda
‘Serangan’ Gajah Belum Mereda
Kecil Besar
14px

IDI (Waspada): Gangguan dan ‘serangan’ gajah sumatera di pedalaman Kabupaten Aceh Timur, hingga saat ini belum mereda. Berbagai jenis tanaman palawija dan tanaman keras lenyap diamuk satwa dilindungi itu, seperti tanaman pisang, karet, pinang, kakao dan kelapa sawit.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

'Serangan' Gajah Belum Mereda

IKLAN

Aksi gajah dinilai telah bertubi-tubi ‘menyerang’ lahan perkebunan dan ladang pertanian penduduk di Gampong Seumanah Jaya, Kecamatan Ranto Peureulak, Aceh Timur. Gajah-gajah sumatera itu diperkirakan perpindahan gajah sesuai dengan siklusnya setiap enam bulan sekali dari Kabupaten Bener Meriah dan Aceh Utara.

“Gajah yang terus merusak tanaman warga mencapai 30 individu, terbagi dalam dua kelompok,” kata Amir, warga Ranto Peureulak, kepada Waspada, Jumat (25/11) sore.

Aksi gajah liar itu telah memberi dampak besar terhadap rusaknya ladang dan kebun warga, seperti di kawasan Alue Geunteng, dan beberapa dusun di kawasan Seumanah Jaya. “Ladang warga di Dusun Alue Canang dan Semedang Jaya, jadi sasaran gajah dalam sebulan terakhir. Akibatnya, petani merugi dan dalam sebulan terakhir tidak berani ke ladang,” timpa Amir.

Diharap, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Aceh segera menurunkan tim untuk menghalau gajah-gajah liar itu agar menjauh dari ladang warga. “Hampir tiap malam, puluhan individu gajah masuk dan melenyapkan berbagai jenis tanaman warga di ladang,” tambah Husni, petani setempat.

Dia meminta, petugas Balai KSDA Aceh yang ditempatkan di Camp Conservasi Respon Unit (CRU) Serbajadi, Aceh Timur, lebih aktif dalam melakukan patroli dan merespon kasus gangguan gajah di pemukiman penduduk. “Mengusir gajah tidak memadai dengan petasan, tapi harus digiring gajah-gajah liar ini masuk ke habitatnya, sehingga petani tidak terancam dalam berladang,” pinta Husni.

Yayasan Konservasi Alam Timur Aceh (Yakata) juga meminta, Balai KSDA Aceh dinilai perlu bersikap, sehingga petani dapat hidup berdampingan dengan gajah sumatera yang notabenya satwa dilindungi. “Gangguan gajah ini harus segera diatasi, karena konflik satwa gajah dengan manusia telah bertahun-tahun terjadi dan hingga saat ini belum berakhir,” kata Direktur Yakata, Zamzami Ali.

Diakuinya, pihak BKSDA Aceh bersama Forum Konservasi Leuser (FKL) telah membangun 17,4 kilometer pagar kejut atau power fencing, tetapi gangguan gajah belum dapat diatasi. “Dalam penanganan konflik gajah ini kita perlu dukungan semua pihak, termasuk Dinas PUPR dan DLHK,” sebut Zamzami Ali.

Sebagai lembaga yang bergerak dibidang konservasi, Yakata mendesak Balai KSDA Aceh harus mengerahkan gajah-gajah jinak di sejumlah CRU ke pedalaman Aceh Timur, seperti gajah jinak di CRU Serbajadi, CRU Cot Girek dan beberapa gajah jinak di CRU lainnya, sehingga gajah liar yang selama telah mengganggu ladang dan kebun warga dapat digiring ke habitatnya.

“Kita juga berharap masyarakat tidak memburu, melukai dan membunuh gajah liar, karena satwa berbadan jumbo ini salah satu satwa liar yang dilindungi undang-undang,” pungkas Zamzami Ali. (b11).

'Serangan' Gajah Belum Mereda

Teks Foto:

DIAMUK GAJAH: Warga melihat tanaman pisang yang diamuk gajah sumatera di Gampong Seumanah Jaya, Ranto Peureulak, Aceh Timur, Kamis (24/11). Waspada/Ist.

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE