AcehHeadlines

Serangan Gajah Sporadis, Warga Pidie: Segera Akhiri

Serangan Gajah Sporadis, Warga Pidie: Segera Akhiri
Kawanan gajah liar masuk dalam perkebunan warga Tangse, Kabupaten Pidie, Selasa (14/2). Waspada/Muhammad Riza
Kecil Besar
14px

SIGLI (Waspada): Sejumlah tokoh masyarakat Kabupaten Pidie menilai pemerintah melalui instansi terkait tidak becus menangani konflik gajah liar dengan manusia yang mengakibatkan korban jiwa dari masyarakat terus berjatuhan (sporadis).

Terakhir, Minggu (12/2), Fitriani, 45, warga Gampong Lhok Keutapang, Kecamatan Tangse, Kabupaten Pidie menjadi korban amukan hewan mamalia berbadan raksasa tersebut. Fitriani ditemukan meninggal dunia dengan kondisi hampir seluruh tubuhnya rusak parah setelah diinjak-injak kawanan gajah liar di kawasan pegunungan Alue Panah, Gampong Lhok Keutapang, Dusun Geunie, Tangse.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Tgk Muhammad Nasir alias Abu Cek Ninja tokoh masyarakat Geumpang, Mane dan Tangse (Geumata), Selasa (14/2) menyampaikan rasa kekecewaanya terhadap pemerintah, dalam ini BKSDA Aceh, Dinas Kehutanan, dan Dinas Pertanian dan Pangan.

Mantan kombatan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), ini menilai selama ini ketiga instansi tersebut tidak berfungsi alias “impoten” dalam melaksanakan tugas karena tidak mampu menangani konflik gajah liar dengan manusia di semua daerah, termasuk di Kabupaten Pidie. Sementara anggaran yang diplot untuk sektor itu sangat besar, tetapi instansi tersebut yang menjadi harapan dan tumpuan masyarakat bisa menangani konflik satwa liar dengan manusia tidak mampu mereka lakukan, sehingga perlu dilakukan evaluasi terhadap kinerja mereka di daerah.

Para petugas dari dinas terkait itu, sebut Abu Cek Ninja, hanya bisa melakukan koordinasi dan sosialisasi. Sementara, korban jiwa dari masyarakat akibat amukan kawanan gajah liar terus bertambah. Sedikitpun kata dia, tidak ada rasa empati terhadap masyarakat yang menjadi korban dari amukan kawanan gajahliar dari mereka yang menuduh warga telah mencaplok jalur lintasnya satwa liar.

“Pada saat ada satu gajah mati akibat tersengat listrik yang digunakan untuk babi. BKSDA mati-matian membela gajah itu. Bahkan pemilik kebun dilaporkan ke polisi agar dihukum berat, dengan membiarkan anak-anak petani itu tidak bisa bersekolah karena ayahnya dipenjara. Tetapi sebaliknya, ketika ada orang meninggal mereka diam. Jadi apa gunanya instansi itu,” kata Muhammad Nasir.

Terpisah, anggota Komisi 1 Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten (DPRK) Pidie Teuku Saifullah, TS, turut berduka cita atas meninggalnya Fitriani, 45, warga Gampong Lhok Keutapang, Kecamatan Tangse yang meninggal dunia akibat diamuk kawanan gajah liar.

“Saya rasa belum kering air mata kita, menangis karena ada saudara kita Pak Affan di Gampong Pako, Keumala meninggal dunia setelah diinjak gajah liar. Sekarang kita dapat kabar, lagi saudari kita bernama Fitriani yang juga berprofesi sebagai petani di Dusun Geuni, Gampong Lhok Keutapang, Tangse, ditemukan meninggal dunia dengan kondisi mengenaskan diinjak gajah liar,” katanya sambil menyapu air matanya kepada Waspada, Selasa (14/2).

Dengan nada terbata-bata menahan sedih, Ketua DPD II Partai Golkar, Kabupaten Pidie, ini mendorong Pemkab Pidie, khususnya Pemerintah Provinsi Aceh segera melakukan langkah konkrit untuk mengatasi konflik antara manusia dan satwa liar di Kabupaten Pidie.

Menurut dia, konflik satwa liar ini dengan manusia perlu segera diakhiri, tentu saja dengan penanganan serius dengan melibatkan orang-orang profesional dibidangnya. “Ini perlu segera diakhiri, jika tidak akan menjadi bom waktu yang bakal meledak kapan saja bila semua pihak, terutama masyarakat tidak menahan diri,” pungkasnya.(b06)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE