KUTACANE (Waspada): Kasus hilang setelah tertangkapnya satu ekor anak harimau di areal perkebunan warga Kute (Desa) Pulo Sepang, Kecamatan Lawe Alas, jadi sorotan dan perbincangan hangat warga Aceh Tenggara.
Seperti diberitakan Waspada edisi sebelumnya, warga Kute Pulo Sepang Kecamatan Lawe Alas, sempat heboh dan geger menyusul ditemukannya bekas tapak harimau dan beberapa ekor harimau di dalam area perkebunan masyarakat, namun beberapa hari kemudian, satu ekor anak harimau ditemukan tewas karena sakit.
Beni Akbar, salah seorang mahasiswa pencinta alam (Mapala) dari Universitas Gunung Leuser (UGL) Kutacane kepada Waspada, Jumat (6/1) mengaku kesal dengan hilangnya seekor anak Harimau Sumatera yang ditemukan warga di tengah areal perkebunan petani Pulo Sepang Kecamatan Lawe Alas, Senin 4 Januari lalu.
Karena, harimau yang sempat tertangkap oleh jaring petani dalam keadaan tak berdaya diduga karena sakit, namun beberapa saat kemudian, akhirnya hilang tak tahu kemana rimbanya.
“Kami merasa kesal pada petugas BKSDA dan BTNGL maupun mitranya, karena lambannya petugas terkait menyebabkan harimau yang telah diamankan masuk jaring petugas, malah hilang entah kemana, kabarnya untuk membawa dan mengamankan satwa langka tersebut, harus menunggu datangnya dokter hewan dari Banda Aceh, padahal waktu untuk mengamankan dan membawa Harimau sakit itu sangat singkat,” ujar Akbar.
Secara akal sehat, ujar Akbar lagi, tak mungkin seekor anak harimau yang kondisinya masih sakit, bisa melepaskan diri dari jaring pengaman yang dipasang petugas, karena itu Mapala UGL, jelas sangat kecewa dengan kinerja petugas pengaman hutan dan pelindung satwa di Aceh Tenggara.
Karena itu, Mapala UGL meminta dan mendesak aparat penegak hukum menyelidiki dan mengusut tuntas kasus hilangnya anak harimau kendati sempat diamankan dalam jaring, karena itu jelas merupakan kelalaian petugas di lapangan.
Selain itu, pihak Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Dirjen KSDAE agar melakukan evaluasi terhadap kinerja BKSDA dan BBTNGL serta mitra yang bekerja dalam memonitoring satwa dalam kawasan TNGL.
Herman, salah seorang petugas dari Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) kepada Waspada, Jumat (6/1) membantah jika seekor anak Harimau Sumatera yang santer disebut-sebut 4 Januari lalu, terperangkap masuk jaring yang dipasang petugas pengaman hutan dan satwa dalam kawasan hutan TNGL, hilang dan tak jelas keberadaannya.
“Anak Harimau Sumatera itu tidak pernah terperangkap masuk jaring yang dipasang petugas, karena itu tidak benar anak Harimau Sumatera itu hilang dari dalam jaring, karena sebenarnya anak harimau itu tidak pernah terperangkap jaring yang dipasang petugas,” ujar Herman.
Kenapa sampai saat ini, warga tak lagi mengetahui dan menemukan anak harimau itu, mungkin telah dijemput dan dibawa induknya kembali menjauh dari perkebunan dan pemukiman penduduk.
Bantahan yang sama disampaikan Kepala Balai Besar TNGL, Mamat Rahmat pada Waspada, Jumat (6/1), anak Harimau Sumatera itu tidak pernah terperangkap masuk jaring yang dipasang petugas. “Jadi anak harimau itu tidak hilang setelah tertangkap masuk jaring, namun memang belum pernah tertangkap,” ujar Mamat.
Terkait keresahan warga akibat berseliwerannya kawanan Harimau Sumatera dalam area perkebunan warga Pulo Sepang dan Lawe Sikap dalam sebulan dan beberapa hari terakhir, Herman menjelaskan, jika pihaknya belum mengetahui persis keberadaan kawanan Harimau Sumatera tersebut.
“Dari pemeriksaan kamera juga belum ada visual yang terdeteksi terkait keberadaan kawanan Harimau Sumatera tersebut,” sebut Herman.(b16)