Scroll Untuk Membaca

AcehAl-bayan

Tafakur Nafi’ Al Madani: Tabi’in Ahli Qira’at Al Qur’an (60 Tahun Menjadi Imam Di Masjid Nabawi)

Oleh Dr. Tgk. H. Zulkarnain, MA (Abu Chik Diglee)

Tafakur Nafi’ Al Madani: Tabi’in Ahli Qira’at Al Qur’an (60 Tahun Menjadi Imam Di Masjid Nabawi)
Kecil Besar
14px

Imam Nafi’ Al Madani memiliki nama lengkap Nafi’ Bin Abdurrahman Bin Abi Nu’aim Al Laitsi Al Kanani (نافع بن عبد الرحمن بن ابي نعيم الليثي الكناني) yang masyhur dengan panggilan Nafi’ Al Madani (نافع المدني). Imam Nafi’ Al Madani lahir di Isfahan (Persia) pada tahun 70 Hijriah (689 M) dan wafat di Madinah tahun 169 Hijriah (785 M) di usia 99 tahun. Selain itu, umam Nafi’ Al Madani memiliki nama panggilan yang sangat banyak seperti Abu Ruwaim, Abu Ru’aim, Abu Al Hasan, Abu Nu’aim, dan Abu Abdillah.

Di samping itu, imam Nafi’ Al Madani hidup di era kekuasaan Bani Umayyah di saat Abdul Malik Bin Marwan memerintah. Walaupun imam Nafi’ Al Madani lahir di Isfahan, namun besar serta wafat di Madinah, karena keluarga besar imam Nafi’ Al Madani berasal dari Isfahan (dalam peta sekarang masuk menjadi bahagian dari negeri Iran).

Menurut cerita murid beliau yang bernama Abu Qurrat Musa Bin Thariq, bahwa imam Nafi’ Al Madani adalah tabi’in besar yang berguru kepada 70 orang tabi’in besar yang sezaman dengannya. Di antara 70 orang gurunya tersebut adalah seorang tabi’in besar yang ahli qira’at Al Qur’an bernama imam Abu Ja’far (W. 132.H) yang terkenal sebagai imam qira’at ke-8 dari sepuluh tokoh qira’at yang terkenal. Guru imam Nafi’ Al Madani yang lain adalah imam Syaibah Bin Nashah (W.130.H), imam Muslim Bin Jundub (W.106.H), imam Yazid Bin Ruman ( W. 130.H), imam Muhammad Bin Muslim Bin Syihab al Zuhri (W.117.H), imam Abdurrahman Bin Hurmuz al A’raj ( W.117.H), dan lain-lainnya.

Imam Nafi’ Al Madani pernah menjadi imam tetap di masjid Nabawi selama 60 tahun setelah imam Abu Ja’far Yazid Al Madani wafat. Iman Nafi’ Al Madani juga salah seorang tokoh qira’at sepuluh. Kesepuluh tokoh qira’at tersebut adalah Nafi’ Al Madani Abu Ruwaim, Abdullah Bin Katsir Bin Umar, Abu Amri Al Bashri (Yuban Bin Al ‘Alaa’), Ibnu Amir Al Syaami (Abdullah Bin Amir Bin Yazid ), Ashim Al Kufi (Ashim Bin Abi Al Najuud), Hamzah Al Kufi (Hamzah Bin Habib Bin ‘Imarah), Al Kisa’i Al Kufi (Ali Bin Hamzah), Abu Ja’far Al Madani (Yazid Bin Qa’qa’ Al Makhzumi), Ya’qub Al Bashri (Ya’qub Bin Ishaq Bin Zaid), dan Khalaf Al ‘Aasr (Khalaf Bin Hisyam Al Bazzaar Al Baghdadi).

Imam Nafi’ Al Madani memiliki banyak murid, di antaranya adalah imam Qalun, imam Warasy, imam Ibnu Wirdan, imam Ibnu Jammaz, imam Ishaq Bin Muhammad Al Musayyab, imam Ismail Bin Ja’far, imam Malik Bin Anas, dan lain lainnya. Di samping ahli qira’at al Qur’an, imam Nafi’ Al Madani juga seorang ulama ahli hadist yang mendapatkan hadist dari Nafi’ budak Abdullah Ibn Umar, dari Al A’raj, Amir Bin Abdullah Bin Al Zubair, dan Abu Al Zinad.

Selanjutnya, imam Nafi’ Al Madani banyak meriwayatkan hadist- hadistnya kepada Al Qani’, Sa’id Bin Abi Maryam, Khalid Bin Makhlad, Marwan Bin Muhammad Al Thathari, dan Ismail Bin Uwais. Ada 100 buah hadist shahih telah diriwayatkan oleh imam Nafi’ Al Madani yang tersebar di dalam kitab kutub al sittah (enam kitab induk hadits).

Menjelang wafatnya, imam Nafi’ Al Madani berwasiat kepada murid muridnya, di antara wasiatnya, beliau membacakan potongan surat al Anfal, ayat,1, berikut ini : فاتقوا الله و اصلحوا ذات بينكم و اطيعوا الله و رسوله ان كنتم مؤمنين.

Artinya, Maka bertaqwalah kamu sekalian kepada Allah dan kamu perbaikilah hubungan di antara kamu, dan taatlah kepada Allah Swt dan rasul-Nya, jika kamu benar-benar orang yang beriman.

Kemudian imam Nafi’ Al Madani melanjutkan wasiat kepada murid muridnya dengan kelimat, Sungguh Al Qur’an yang agung ini diwahyukan oleh Allah Swt Yang Maha Agung. Janganlah kalian disibukkan oleh perkara lain disaat kalian membacanya. Jangan kalian bosan membaca Al Qur’an atau kalian berkecendrungan meninggalkannya. Sungguh aku dahulu berulang-ulang tidak pernah bosan bosan dalam membaca Al Qur’an di hadapan guruku Abdurrahman Bin Hurmuz al ‘Araj. Aku terus membaca Al Qur’an di hadapannya, sampai aku mengucapkan kepada guruku itu, aku cukupkan dahulu bacaan Al Qur’anku kepadamu wahai guruku (Lihat imam al Dzahabi, kitab Siyar A’lam al Nubala’, jus,2, halaman, 336 dan kitab imam al Dzahabi, Ma’rifat al Qurra’ al Kibar ‘Ala al Thabaqat Wa al A’shar, jus,2, halaman,64). Model pembacaan al Qur’an imam Nafi’ Al Madani terus berkembang sampai saat ini khususnya di wilayah Afrika Utara, Afrika Barat dan Qatar.

Model pembacaan Al Qur’an imam Nafi’ Al Madani diturunkan kapada dan dari empat murid utamanya dalam bidang qira’at al Qur’an, yaitu imam Qalun, imam Warsy, imam Ismail Bin Ja’far al Anshari, dan imam Ishaq Bin Muhammad al Musayyib. Berbagai pujian ulama terhadap keilmuan imam Nafi’ Al Madani, di antaranya dari imam Ibnu Mujahid yang mengatakan bahwa imam Nafi’ Al Madani adalah ahli qira’at Al Qur’an yang sangat eksis pada zaman tabi’in.

Imam Sa’id Bin Manshur mengatakan bahwa ia telah mendengar imam Malik Bin Anas pernah mengatakan bahwa bacaan Al Qur’an ahli Madinah adalah sunah yang dipilih. Kemudian orang-orang bertanya apakah bacaan Al Qur’an ahli Madinah yang dimaksud adalah bacaan imam Nafi’ Al Madani? Imam Malik Bin Anas menjawab iya. Imam Abdullah Bin Ahmad Bin Hanbal bertanya kepada ayahnya imam Ahmad Bin Hanbal tentang bacaan Al Qur’an yang ia sukai di Madinah? Maka imam Ahmad Bin Hanbal menjawab yang paling ia sukai adalah bacaan ahli Madinah yaitu imam Nafi’ Al Madani.

Adapun imam Qalun yang merupakan anak tiri dan juga salah seorang murid terkemuka dari imam Nafi’ Al Madani mengatakan, bahwa imam Nafi’ Al Madani bukan hanya ahli dalam qira’at Al Qur’an, namun juga berakhlaq mulia dan prilakunya sangat santun lagi terpuji serta zuhud lagi dermawan.

Akhirnya setiap para pecinta ilmu akan merasakan alangkah indahnya mengkhidmatkan kehidupan untuk dunia ilmu, karena dengan ilmu yang gelap akan menjadi terang dan yang sempit dapat menjadi lebih luas. Dengan ilmu agama yang konsisten dalam penerapan, seorang hamba akan menjadi shalih dan shalihah. Dengan demikian, konsistensi ilmu dengan prilaku dan sikap akan menyampaikan seorang hamba Allah untuk menjadi mulia di dalam kehidupannya.

Semoga Allah Swt menganugrahkan pahala yang banyak kepada imam Nafi’ Al Madani yang telah mewariskan ilmu qira’at Al Qur’an dan hadist kepada umat Islam dan semoga Allah Swt juga mencurahkan pahala yang banyak bagi setiap Muslim yang gemar mencari dan menebarkan ilmu untuk hadirnya kebaikan dalam setiap rentang peradaban. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin. Wallahua’lam. WASPADA.id

Penulis adalah Dosen Hadist Ahkam dan Hukum Keluarga Islam di Asia Tenggara Pascasarjana IAIN Langsa

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE