PIDIE (Waspada.id): Dua pekan lebih pasca banjir bandang Aceh, layanan internet milik PT Telkom Indonesia dan Telkomsel di Kabupaten Pidie masih kacau. Warga mengaku kesal karena tagihan tetap berjalan normal, sementara jaringan yang menjadi kebutuhan utama sehari-hari belum pulih.
Di beberapa wilayah, bencana tidak merusak tower maupun peralatan perusahaan. Gangguan utama hanya karena listrik padam. Namun, warga menilai manajemen Telkom dan Telkomsel lamban dan tidak tanggap. Seharusnya, kata mereka, perusahaan menyiapkan genset di setiap BTS, termasuk di pelosok gampong desa), agar layanan tetap berjalan.
Usman, warga Gampong Bungi, Kecamatan Simpang Tiga, menyuarakan kekecewaannya secara keras. “IndiHome di rumah tidak bisa dipakai, tapi tagihan tetap lancar. Kami harus keluar rumah, ke warung atau tempat dengan wifi, hanya untuk bekerja dan belajar. Telkom dan Telkomsel cuma mikirin untung, bukan pelanggan,” ujarnya.

Bahkan, pelajar dan mahasiswa ikut terdampak. Fajar, mahasiswa di Pidie, mengaku harus bolak-balik ke Kota Sigli untuk mengerjakan tugas daring. “Waktu terbuang, biaya keluar bertambah, dan risiko keamanan meningkat. Ini jelas merugikan kami,” katanya.
Keluhan serupa datang dari Hj. Mariam, warga Kecamatan Pidie. “Kami bayar mahal untuk layanan yang tidak ada. Perusahaan harus bertanggung jawab, bukan cuma tagih uang. Kalau begini terus, rakyat yang rugi, perusahaan tetap untung,” tegasnya.
Para warga menilai buruknya layanan ini mencerminkan lemahnya manajemen Telkom dan Telkomsel, dan menuntut Presiden RI mengevaluasi kinerja mentri Komdigi dan direksi perusahaan. “Komunikasi bukan sekadar hiburan. Ini kebutuhan vital, terutama saat pemulihan bencana. Jangan sampai masyarakat dirugikan, sementara perusahaan menikmati keuntungan,” ujar Usman.
Sampai saat ini, warga Pidie terus berharap Telkom dan Telkomsel bertindak cepat, memulihkan jaringan, dan memberikan pelayanan yang sepadan dengan biaya yang mereka bayarkan.(id69)











