PIDIE (Waspada.id): Terpilihnya Mutia Kumala sebagai Keuchik Gampong Krueng Dhoe, Kecamatan Kembang Tanjong, bukan hanya mencatat kemenangan dalam sebuah kontestasi lokal.
Momen ini juga menandai langkah penting bagi peningkatan representasi perempuan dalam struktur pemerintahan di Kabupaten Pidie, sebuah wilayah yang selama ini belum pernah dipimpin oleh perempuan di tingkat gampong secara definitif. Pemilihan yang digelar pada Minggu, (16/11), berlangsung dalam suasana demokratis dan tertib.
Ketua Panitia Pemilihan Keuchik (P2K), Liyudza, menyampaikan bahwa dari 130 daftar pemilih tetap ( DPT), 17 tidak hadir. Mutia, calon nomor urut 1, meraih 58 suara, unggul tipis dari lawannya, Afrizal, yang memperoleh 52 suara. Tiga suara dinyatakan tidak sah.
Meski selisih kemenangannya hanya enam suara, hasil tersebut memiliki makna jauh lebih besar dari sekadar angka. Di tengah kultur sosial yang selama bertahun-tahun didominasi kepemimpinan laki-laki, kehadiran Mutia sebagai pemimpin baru membuka ruang interpretasi baru tentang posisi perempuan dalam tata kelola gampong (desa).
Sejumlah tokoh masyarakat menilai kemenangan Mutia sebagai bukti bahwa masyarakat mulai memprioritaskan kompetensi dan integritas, bukan lagi bergantung pada persepsi gender.
“Ini menggambarkan perubahan cara pandang masyarakat kita. Kepemimpinan dinilai dari kapasitas, bukan dari siapa yang menjabat,” ujar Imran salah seorang tokoh lokal.
Mutia sendiri dikenal aktif dalam kegiatan sosial dan selama masa kampanye menyoroti isu yang erat dengan peran perempuan di tingkat akar rumput, seperti penguatan ekonomi keluarga, transparansi pengelolaan anggaran, dan peningkatan kapasitas pemuda.
Program-program tersebut dinilai sejalan dengan kebutuhan masyarakat sekaligus mempertegas kontribusi perempuan dalam pembangunan. Di sisi lain, sejumlah pengamat lokal menilai keberhasilan Mutia dapat menjadi preseden penting bagi perempuan di Kabupaten Pidie dan wilayah sekitarnya.
Partisipasi perempuan dalam ranah sosial-politik di tingkat gampong, yang selama ini terbatas, berpotensi meningkat seiring terbukanya ruang representasi. “Kemenangan ini memberi pesan kuat bahwa perempuan bisa, dan masyarakat kini semakin menerima itu,” ujar Rahmad seorang warga.
Mutia Kumala dijadwalkan dilantik setelah proses administrasi selesai. Publik kini menantikan bagaimana kepemimpinannya dapat membuktikan bahwa keterlibatan perempuan di pemerintahan bukan hanya simbolis, tetapi mampu menghasilkan tata kelola yang lebih inklusif dan responsif terhadap kebutuhan warga.(id69)












