Scroll Untuk Membaca

Aceh

Tgk Hasanuddin Yusuf Adan: Pertarungan Ideologi Menarik Diperbincangkan

Tgk Hasanuddin Yusuf Adan: Pertarungan Ideologi Menarik Diperbincangkan
Guru Besar UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Prof. Dr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL, MA. Waspada/Ist
Kecil Besar
14px

ACEH BESAR (Waspada): Pertarungan antar ideologi menarik diperbincangkan, sebab yang memperoleh kemenangan di dunia ini adalah ideologi kecil dan parsial seperti komunisme, kapitalisme dan zionisme. Sementara ideologi besar seperti Islam yang menyebar di seluruh pelosok dunia dari zaman kezaman menjadi pihak yang dikorbankan, diatur, dibeli, ditipu, diteror, serta yang dipermalukan.

Guru Besar UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Prof. Dr. Tgk. Hasanuddin Yusuf Adan, MCL, MA (foto) menyampaikan hal tersebut dalam khutbah Jumat di Masjid Al-Fattah Gampong Garot, Kecamatan Darul Imarah, Aceh Besar, Jumat(17/05/24) , bertepatan dengan 9 Dzulqa’dah 1445 H.

Tgk. Hasanuddin menjelaskan, padahal penganut ideologi Islam merupakan mayoritas kedua penduduk bumi setelah ummat kristiani. Itu pun karena ummat kristiani bergabung antara katholik dan protestan. Kalau keduanya dipisah, maka boleh jadi penganut ideologi Islamlah yang dominan sebagai penghuni mayoritas pertama di bumi ini.

Ketua Majelis Syura Dewan dakwah Aceh ini mempertanyakan, mengapa itu harus terjadi? Jawabannya adalah, dunia hari ini terlanjur dikuasai oleh tiga ideologi kecil, komunisme, kapitalisme, dan zionisme. Mereka sepakat kalau berhadapan dengan Islam akan bersatu untuk menghantam Islam kecuali ada kepentingan lain yang tengah diharapkan dari negara-negara mayoritas muslim.

Kedua, negara-negara mayoritas muslim rela dengan senang hati diperbudak oleh kuasa besar dunia yang membuat umat Islam kehilangan gezah, kehilangan digniti, kehilangan marwah, sefrta kehilangan identitas (lost identity).

Ketiga, ummat Islam di dunia hari ini beramai-ramai membuang ukhuwah dan mengejar dan menerima upah. Mereka rela bermusuhan sesama muslim ketika diberi upah untuk kepentingan tesebut oleh musuh-musuh Islam, maka terjadilah seperti apa yang sedang terjadi dalam kehidupan kita hari ini.

“Untuk itu, mari kita perhatikan kasus pekerja ilegal penganut ideologi komunis, kasus pembunuhan pengawal ulama oleh rezim, kasus penghancuran ideologi dan konstitusi negara yang berbau Islam oleh rezim dan partai, kasus penguasaan tanah oleh warga asing non muslim serta kasus-kasus lainnya,” pinta Tgk Hasanuddin.

Ia menawarkan solusinya dengan mengikuti ketentuan Al Qur’an dan Al Sunnah, pertama, umat Islam harus beriman, taat, bertaqwa, serta beramal saleh sebagai fondasi kejayaan Islam. Kedua, umat Islam wajib memperkokoh ukhuwah islamiyah yang menjiwai tubuh yang satu seperti ukhuwahnya kaum Anshar dari Madinah dengan kaum muhajirin dari Makkah.

Ketiga, umat Islam harus mengutamakan mengkonsumsi produk-produk muslim dengan membiarkan produk-produk kafir sesegera mungkin, kecuali tidak tersedia produk muslim yang dicari.

Keempat, umat Islam jangan mau dijadikan jongos penganut ideologi lain, seperti menjadi pekerja, menjadi nasabah mereka, orang suruhan mereka, serta menjadi partner kerja mereka, kalau semua itu membahayakan Islam.

Kelima, umat Islam harus saling membantu dan menolong sesama muslim untuk menyongsong kejayaan Islam masa depan. Sebagai catatan penting, dalam bantu membantu tersebut tidak boleh ada yang berkhianat, yang tidak amanah, dan yang melarikan modal.

“Insya Allah dalam waktu dekat ideologi Islam akan jaya, memimpin, dan menguasai dunia seperti zaman nabi dan khulafaurrasyidin dahulu kala,” tegasnya.

Pada bagian lain khutbahnya, Tgk Hasanuddin menyampaikan, Islam sebagai ideologi tauhid kini mendapatkan tantangan dari dua penjuru (internal dan eksternal). Tantangan eksternal sering datang dari ideologi komunis, ideologi kapitalis, ideologi zionis, ideologi kristianis dan ideologi-ideologi kecil lainnya yang ketika berhadapan dengan ideologi Islam mereka bersatu dan menyatu untuk menggebuk Islam secara serentak.

Sementara tantangan internal datangnya dari ummat Islam sendiri yang lemah akidah, lemah syariah, dan lemah akhlak, sehingga mereka rela mengorbankan eksistensi ideologi Islam untuk keperluan uang.

“Mereka rela mengorbankan ibadah demi sebuah pergaulan dan mereka rela mengorbankan akhlak demi mencapai sebuah jabatan. Itulah dia umat Islam ibarat pemain bola yang memasukkan goal ke gawang sendiri,” pungkasnya.(b02)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE