BANDA ACEH (Waspada.id): Dalam suasana kehidupan yang kian dinamis dan penuh tantangan, umat Islam patut kita diingatkan kembali pesan Rasulullah saw mengenai tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan Allah pada hari kiamat, hari ketika tidak ada lagi tempat berteduh selain naungan-Nya.
Wakil Pimpinan Dayah Darul Ihsan Abu Krueng Kalee, Tgk Mustafa Husen Woyla SPdI, (foto) menyampaikan hal itu dalam khutbah Jumat di Masjid Darul Falah Cot Keu Eung, Kecamatan Kuta Baro, Aceh Besar, Jumat (21/11/25), bertepatan dengan 30 Jumadil Awal 1447 H.
Rasulullah saw bersabda,“Ada tujuh golongan yang akan dinaungi Allah dalam naungan-Nya pada hari ketika tidak ada naungan selain naungan-Nya, yaitu: (1) Pemimpin yang adil. (2) Pemuda yang tumbuh dalam ibadah kepada Allah. (3) Seorang lelaki yang hatinya selalu terpaut dengan masjid. (4) Dua orang yang saling mencintai karena Allah; mereka berkumpul dan berpisah karena-Nya.
(5) Seorang lelaki yang diajak oleh seorang wanita cantik dan terpandang (untuk berzina), lalu ia berkata: ‘Sesungguhnya aku takut kepada Allah.’ (6) Seseorang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak mengetahui apa yang disedekahkan tangan kanannya. (7) Seseorang yang mengingat Allah di tempat sunyi lalu kedua matanya menangis.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Ketua Umum DPP Ikatan Sarjana Alumni Dayah (Isad) Aceh ini menguraikan tujuh golongan yang memperoleh keistimewaan itu, pertama, pemimpin yang adil. Pemimpin yang bersikap adil tidak harus memiliki jabatan besar atau populer. Mereka mungkin bekerja dalam diam, namun selalu memilih kebenaran di tengah beratnya tekanan dan godaan. Keadilan yang lahir dari nurani inilah yang menjadikan mereka istimewa di sisi Allah.
“Kedua, pemuda yang tumbuh dalam ibadah. Generasi muda yang menjaga ibadah di tengah derasnya godaan dunia mendapatkan tempat khusus dalam hadis di atas. Mereka istiqamah dalam ketaatan, memilih jalan yang diridai Allah, meski sering kali tanpa publikasi,” ungkapnya.
Tgk Mustafa Husen melanjutkan yang ketiga, orang yang hatinya terikat dengan masjid. Golongan ini, mereka yang merasa tenang setiap kali berada di masjid dan menjadikan rumah ibadah sebagai tempat kembali. Masjid bukan hanya tempat shalat, melainkan pusat ketenangan dan penguatan ketakwaan.
Keempat, dua orang yang saling mencintai karena Allah. Persahabatan yang dibangun atas dasar keimanan, saling menasihati, dan saling mendoakan termasuk dalam golongan yang diberi naungan. Kebersamaan mereka di dunia menjadi sebab pertemuan kembali di akhirat kelak.
“Kelima, laki-laki yang menolak godaan maksiat. Golongan mulia ini, mereka yang diuji dengan godaan besar, namun memilih berkata, ‘Aku takut kepada Allah’. Keberanian menolak ajakan maksiat menjadikannya termasuk orang-orang yang diberi perlindungan kelak,” ujarnya
Keenam, orang yang bersedekah diam-diam. Sedekah yang diberikan tanpa pamrih, tanpa ingin diketahui orang lain, bahkan hingga tangan kiri tidak mengetahui apa yang diberikan tangan kanan, menandai ketulusan hati seorang hamba. Kebaikan yang tersembunyi ini justru tinggi nilainya di sisi Allah.
Tgk Mustafa Husen menambahkan yang ketujuh, yaitu orang yang mengingat Allah saat sendirian hingga menangis. Sungguh mulia orang yang hatinya lembut saat menyebut nama Allah dalam kesendirian. Tetesan air mata yang tidak dilihat siapa pun itu kelak menjadi sebab Allah menaunginya dari panas terik hari kiamat.
“Pesan dari tujuh golongan ini bukan menakut-nakuti, melainkan menjadi undangan bagi setiap muslim memilih satu jalan kebaikan dan memperbaikinya sedikit demi sedikit. Tidak harus sempurna, cukup memulai dari satu amalan yang paling mampu dilakukan, hingga akhirnya menjadi sempurna,” pungkas alumni Dayah BUDI Lamno dan Dayah Darul Muarrif Lam Ateuk ini. (id66)












