SIGLI (Waspada): Gara-gara tidak ada anggaran khusus, penyelenggaraan sekolah inklusi di Kabupaten Pidie jadi mandeg.
Padahal, sekira tahun 2016 daerah berjuluk Pang Ulee Buet, Pang Ulee Hareukat Meugoe itu pernah meraih penghargaan sebagai daerah penyelenggara pendidikan inklusi terbaik se Indonesia.
Pendidikan sekolah inklusi ini dinilai banyak kalangan di daerah itu sangat penting, karena anak-anak atau siswa dan siswa berkebutuhan khusus, mereka juga berhak mendapatkan pendidikan yang layak.
Namun apa lacur program pendidikan inklusi yang diinisiasi Drs Ridwandi pada tahun 2015, ketika itu masih menjabat Kabid Sosial dan Budaya pada Bappeda, Kabupaten Pidie sekarang jalan di tempat.
“ Sekarang, kalau untuk pendidikan inklusi tidak ada dana khusus lagi,” kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Pidie Drs Yusmadi, Rabu (25/5).
Menurut Yusmadi, meski sekarang tidak ada dana khusus untuk pendidikan inklusi, namun pihak sekolah bisa mengalokasikan dana BOS untuk sektor pendidikan inklusi, seperti untuk membuat toilet atau tangga dan sebagainya untuk kebutuhan siswa berkebutuhan khusus tersebut.
“ Atau anak-anak inklusi itu perlu penanganan khusus, dengan penanganan khusus itu barang kali bisa ditangani oleh orang-orang tertentu yang memang didukung oleh dana BOS,” katanya.
Lanjut Drs Yusmadi, tidak perlu persentase jumlah dana yang dialokasi oleh pihak sekolah, karena tidak semua sekolah mempunyai siswa atau siswa yang berkebutuhan khusus. Hanya saja ada beberapa sekolah tertentu yang memang memiliki beberapa siswanya yang berkebutuhan khusus. (b06)
Teks foto: Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Pidie, drs Yusmadi saat menerima Waspada di ruang kerjanya, Rabu (25/5). Waspada/Muhammad Riza











