PIDIE (Waspada.id): Dalam gelap pagi yang masih diselimuti hujan rintik, suara mesin mobil Puskesmas Keliling terdengar memecah kesunyian di Kecamatan Simpang Tiga, Pidie, Kamis (27/11).
Di depan, genangan air setinggi lutut menutup badan jalan, sementara arus kecil dari hulu terus menyeret pecahan kayu dan lumpur.
Di tengah situasi itu, tim medis Puskesmas Simpang Tiga yang dipimpin dr. Susi Yanti Eka Sartika tetap melaju. Mereka menembus banjir untuk mencapai rumah-rumah warga yang sejak dua hari terakhir terisolasi.
“Air makin tinggi, tapi kami harus tetap jalan karena laporan warga yang mulai sakit terus berdatangan,” kata dr. Yanti.

Jalur Tertutup, Warga Bertahan
Banjir besar memutus akses ke 24 gampong (desa), membuat sebagian warga harus bertahan di rumah yang dikepung air, sementara lainnya mengungsi ke meunasah, balai pengajian, hingga rumah keluarga.
Di Cot Jaja, Meunasah Lhee, dan Ujong Gampong, tim medis bahkan sempat tertahan karena tinggi air menutupi jalan dan menimbulkan risiko bagi petugas.
“Beberapa titik tidak bisa ditembus. Kami hanya bisa mendekat dan memastikan dari jauh bahwa warga aman sambil menunggu air turun,” ujar seorang petugas medis yang ikut dalam rombongan.
Data sementara dari kantor Camat Simpang Tiga, laporan pengungsi terus mengalir, 263 KK terpaksa meninggalkan rumah di Cot Jaja. 155 KK di Kulam Baro mengungsi ke meunasah yang dijadikan dapur umum.120 KK dari Mesjid Tungue bertahan di rumah-rumah warga sekitar.

Ratusan lainnya dari Peukan Sot, Nien, Lheu, hingga Mamplam memadati rumah keluarga demi menghindari naiknya air. Di beberapa lokasi, anak-anak terlihat duduk berdesakan di dalam meunasah.
Para ibu memasak sekadarnya di dapur umum, sementara lelaki dewasa berjaga di pintu-pintu rumah untuk memantau pergerakan air. Setelah dua hari terendam banjir, keluhan kesehatan kian meningkat.
Warga mengeluhkan ISPA, gatal-gatal, diare, serta demam. Tim medis pun mengeluarkan seluruh persediaan obat dari kotak-kotak besar di dalam mobil puskesmas keliling.
“Penyakit-penyakit pasca banjir biasanya muncul cepat. Karena itu kami membagikan vitamin, obat diare, obat gatal, serta pemeriksaan langsung bagi anak-anak,” ujar dr. Yanti.
Antusiasme warga terlihat jelas. Di beberapa gampong, mereka mengantre menunggu giliran, sebagian memegang payung, sebagian lagi berdiri di bawah hujan tipis karena halaman rumah mereka telah berubah menjadi kolam keruh.

Koordinasi Terhambat Sinyal
Camat Simpang Tiga, Muhammad Noval, mengakui pendataan terus bergerak dan berubah cepat. Minimnya sinyal di lapangan membuat laporan harus dikirim saat petugas kembali ke area yang ada jaringan. “Dapur umum bertambah terus. Setiap kali kami bisa dapat sinyal, datanya langsung diperbarui,” ujarnya.
Hingga sore hari, tim medis masih menyisir wilayah yang memungkinkan dijangkau, meski hujan belum kunjung berhenti. “Petugas belum pulang sejak pagi. Mereka masih di lapangan,” kata Noval.
Tim kesehatan berencana kembali menembus tiga gampong yang belum bisa diakses begitu air surut. Sementara itu, pemerintah kecamatan mengimbau warga tetap siaga menghadapi kemungkinan banjir susulan.( id69)












