AcehEkonomi

Usai Banjir, Gas Elpiji Menghilang, Warga Pidie Memasak Dengan Kayu

Usai Banjir, Gas Elpiji Menghilang, Warga Pidie Memasak Dengan Kayu
Seorang ibu di Simpang Tiga, Pidie, memasak menggunakan kayu bakar. Kelangkaan gas memaksa warga kembali ke metode tradisional, Kamis (4/12). Waspada.id/Muhammad Riza
Kecil Besar
14px

SIGLI (Waspada.id): Usai banjir dan longsor yang melanda Aceh, dapur-dapur warga Pidie kembali dipenuhi asap kayu bakar. Warga yang biasanya memasak menggunakan gas elpiji kini harus kembali ke cara tradisional karena ketiadaan gas di pasaran.

Sukman, 36, warga Kecamatan Simpang Tiga, menatap tungku kecil di halaman rumahnya, tempat ia menyiapkan potongan kayu kering untuk memasak. “Tak ada gas. Sejak Selasa lalu sampai sekarang, gas tidak ada di mana-mana. Jadi terpaksa masak pakai kayu bakar,” ujarnya, Kamis (4/12). Tabung gas 3 kilogram yang kosong berdiri di sudut dapur sebagai bukti bisu dari kesulitan yang dihadapi warga.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Menurut Sukman, distribusi gas terganggu karena akses transportasi putus di beberapa titik akibat banjir dan longsor. Namun warga lain, Rahmi, 25, penduduk Kota Sigli, menilai persoalan ini tidak sepenuhnya karena bencana alam. “Jalur Krueng Raya–Pidie jalannya bagus, tidak rusak. Gas seharusnya bisa masuk,” katanya.

Di tengah kelangkaan gas, warga Pidie kembali mengandalkan kayu bakar untuk menggoreng ikan dan memasak kebutuhan sehari-hari, Kamis (4/12). Waspada.id/Muhammad Riza

Kelangkaan gas terasa hampir di seluruh kecamatan. Tabung 3,5 hingga 12 kilogram kosong di pangkalan dan agen. Warga pun harus menyalakan tungku tradisional yang memakan waktu dan tenaga lebih banyak dibanding kompor gas.

“Saya sudah keliling ke banyak agen, tetapi semuanya kosong. Terpaksa hidupkan tungku. Walau repot, mau bagaimana lagi,” kata Isnaini, 30, warga Gampong Blang, Kecamatan Simpang Tiga, sambil menjaga api kayu yang mulai menghitam.

Situasi ini menimbulkan kekhawatiran masyarakat. Dugaan permainan oknum yang menahan distribusi gas membuat warga meminta aparat kepolisian dan instansi terkait segera turun tangan. “Jangan sampai ada pihak yang ambil kesempatan di tengah bencana. Warga sangat kesulitan,” ujarnya.

Meski sebagian warga pedesaan masih bisa memanfaatkan kayu bakar, kebutuhan gas tetap vital bagi rumah tangga dan pelaku usaha. Isnaini menambahkan, “Kenaikan harga masih bisa dimaklumi, tapi kalau kosong total, ini sangat menyulitkan.”

Asap kayu yang mengepul dari dapur warga kini menjadi simbol ketahanan sekaligus kesulitan hidup usai bencana. Mereka menunggu distribusi gas normal kembali, agar dapur tidak lagi berasap sebagai tanda kelangkaan elpiji.(id69)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE