BANDA ACEH (Waspada): Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Syah Kuala Banda Aceh Ustadz Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA. mengingatkan umat Islam untuk istiqamah dalam beribadah dan beramal shalih pasca kepergian bulan Ramadhan pada sebelas bulan ke depan.
Hal ini disampaikan oleh ustadz Yusran Hadi dalam khutbah Hari Raya Idulfitri di Masjid At-Taqwa Muhammadiyah Meulaboh, Jumat (21/04/23). Khutbah yang berlangsung selama lebih kurang 30 menit ini diikuti secara antusias seribuan jama’ah warga Muhammadiyah dan simpatisan serta umat Islam lainnya.
“Setelah kepergian Ramadan ini, maka sudah sepatutnya kita berharap dan berdoa kepada Allah ta’ala agar amal ibadah kita diterima oleh Allah ta’ala, istiqamah dalam ibadah dan amal shalih, dan dipertemukan kembali dengan Ramadhan yang akan datang,” ujarnya.
Kata dia,sejatinya pasca kepergian Ramadan kita diharapkan istiqamah dan mampu serta terbiasa melakukan berbagai ibadah dan amal shalih selama sebelas bulan ke depan. Spirit Ramadan harus membekas dalam diri kita.
Bila semangat ibadah dan amal shalih di bulan Ramadhan tetap membekas dalam diri kita di bulan-bulan lainnya sepeninggal Ramadan, lanjut ustaz Yusran, berarti Ramadan kita sukses dan menjadi orang yang bertakwa. Bila tidak, berarti gagallah kita dalam ujian dan training ini sehingga kita menjadi orang yang merugi, jelasnya.

Selanjutnya Ustadz Yusran Hadi (UYH) yang juga sebagai dosen Fiqh dan Ushul Fiqh pada UIN Ar-Raniry menjelaskan beberapa pelajaran penting dari bulan Ramadan.
Pertama; Semangat beribadah dan beramal shalih. Ramadan mengajarkan kepada kita untuk semangat beribadah dan beramal shalih. Dengan berbagai keutamaannya. Ramadan memberikan motivasi untuk beribadah dan beramal shalih.
“Maka, pasca Ramadan ini diharapkan kita mampu mempertahankan kualitas dan kuantitas ibadah dan amal shalih seperti yang kita lakukan di bulan Ramadan. Ibadah dan amal shalih tidak hanya diperintahkan di bulan Ramadan, namun juga diperintahkan di setiap saat selama kita hidup di dunia yang fana ini. Inilah tujuan kita hidup di dunia,” ucapnya.
Kedua; Senantiasa menjaga diri dari maksiat.Ramadhan mengajarkan kepada kita bagaimana mengendalikan diri dari hawa nafsu dan menjaga diri maksiat melalui ibadah puasa.
Pada waktu berpuasa, kita dituntut untuk menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa seperti makan, minum dan hubungan suami istri, dan dari hal-hal diharamkan oleh syariat. Jika hal-hal yang mubah dan halal seperti makan, minum dan hubungan istri dilarang pada waktu berpuasa, maka terlebih lagi hal-hal yang diharamkan.
“Maka, sudah sepatutnya setelah Ramadan ini kita mampu menjaga diri dari maksiat, baik berupa perkataan yang haram seperti ghibah, mencaci maki, menghina, menipu, menfitnah, menyakiti dan sebagainya, maupun perbuatan yang haram seperti mencuri, merampok, mencopet, korupsi, menzhalimi, memukul, membunuh, pamer aurat, pacaran, pergaulan bebas laki dan perempuan non mahram, berzina dan sebagainya.
Dengan demikian, pasca Ramadan ini kita diharapkan menjadi seorang muslim yang shalih dan berakhlak mulia, pungkasnya.
Ketiga; Suka membantu orang fakir dan miskin. Ramadhan telah mendidik dan melatih kita untuk membantu saudara kita yang lemah ekonominya melalui infak/sedekah dan zakat. Amal shalih tersebut sangat dianjurkan pada bulan Ramadhan.
“Maka, pasca Ramadan kita diharapkan terbiasa dengan membantu saudara-saudara kita yang membutuhkan pertolongan kita karena kesulitan ekonominya. Kebiasaan berinfak pada bulan Ramadan perlu dipertahankan dan dilanjutkan pada bulan lainnya.
Keempat; Berempati dan peduli terhadap saudara seiman yang mengalami musibah .
Ramadan mengajarkan kita untuk bersolidaritas dan berempati serta peduli terhadap saudara kita yang kesulitan kehidupannya sehari-hari karena kurangnya biaya kehidupan yaitu orang fakir dan miskin melalui perintah infak/sedekah dan zakat di bulan Ramadan. Hal yang sama juga dialami oleh orang yang mengalami kesulitan hidup pada saat peperangan dan musibah bencana alam.
“Maka, pasca Ramadan kita diharapkan selalu bersolidaritas dan membantu saudara-saudara kita yang mengalami kesulitan hidup atau memerlukan bantuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya atau akibat perang dan musibah bencana alam, baik saudara kita seiman di tanah air maupun di berbagai belahan dunia seperti di Palestina, Suriah, Rohingya (Burma), Uighur, dan lainnya.
Kelima; Senantiasa menjaga shalat berjama’ah. Ramadan mengajarkan kita untuk selalu menjaga shalat berjama’ah melalui shalat tarawih dan Witir pada setiap malam di bulan Ramadan. Pada bulan Ramadan, masjid-masjid dan mushalla-mushalla penuh dengan jama’ah shalat Tarawih dan Witir. Fenomena ini hanya ada di bulan Ramadan, tidak ada di bulan-bulan lainnya.
“Maka, diharapkan pasca Ramadan kita terbiasa dan mampu melakukan shalat fardhu berjama’ah di masjid atau mushalla. Semangat shalat berjama’ah ini harus dipertahankan dan dilanjutkan pada shalat lima waktu setelah Ramadan.
Keenam; Senantiasa menjaga shalat sunnat. Ramadan menggalakkan kepada kita untuk semangat melakukan ibadah sunnah. Pahala amalan sunnat pada bulan “Ramadan dihitung seperti pahala wajib di bulan selainnya (HR. Al-Baihaqi). Oleh karena itu, orang berlomba-lomba melakukan amalan sunnat seperti shalat Tarawih, Witir, Tahajjud, dan lainnya.
“Maka, pasca Ramadan kita diharapkan untuk tetap istiqamah menjaga shalat-shalat sunnat di bulan-bulan lainnya seperti shalat sunnat Rawatib, Dhuha, Tahiyatul masjid, Syuruq, setelah wudhu’, Tahajjud, Witir, dan shalat sunnat fajar.
Ketujuh; Senantiasa bertadarus Al-Qur’an. Ramadan telah mendidik dan melatih kita untuk senantiasa mencintai dan mengamalkan Al-Qur’an melalui tadarus al-Qur’an di bulan Ramadan. Tadarus Al-Qur’an adalah membaca, memahami (mentadabburi), mengkhatamkan, menghafal, mempelajari dan mengajarkan Al-Qur’an.
“Tadarus Al-Qur’an termasuk amalan yang paling utama dan digalakkan di bulan Ramadhan. Oleh karena itu, umat Islam dengan semangat dan antusias bertadarus Al-Qur’an selama bulan Ramadan. Bahkan dalam bulan Ramadan seorang muslim mampu mengkhatamkan Al-Qur’an beberapa kali,” imbuhnya.
Maka, sepeninggal Ramadan kita diharapkan terbiasa dengan berinteraksi dengan al-Quran baik dengan membaca, mengkhatamkan, memahami, menghafal, mempelajari maupun mengajarkan Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an itu tidak hanya wajib dibaca pada bulan Ramadan, namun juga wajib dibaca pada bulan-bulan berikutnya (selain Ramadan),” jelasnya.
Di akhir ceramahnya, Ustadz Yusran yang juga sebagai Doktor Fiqh dan Ushul Fiqh pada International Islamic University Malaysia (IIUM), mengajak umat Islam untuk stiqamah dalam ibadah dan amal shalih.
Karena, Ibadah dan amal shalih ini tidak hanya diperintahkan pada bulan Ramadan, namun juga pada bulan-bulan lainnya. Maka kita diharapkan istiqamah dalam beribadah dan beramal shalih.
Kesuksesan Ramadan seseorang itu ditandai dengan semakin baik ibadah dan perilakunya yaitu menjadi orang bertakwa pasca Ramadan. Jika ibadah dan perilakunya baik atau semakin baik, berarti dia telah sukses dalam Ramadan. Namun sebaliknya, jika ibadah dan perilaku buruk atau semakin buruk, maka berarti dia telah gagal dalam Ramadan.
“Oleh karena itu, mari kita semangat dan istiqamah dalam ibadah dan amal shalih di bulan-bulan lainnya sebagaimana kita lakukan di bulan Ramadan. Semoga ibadah dan amal shalih kita di bulan Ramadan ini diterima Allah ta’ala. Dan semoga kita termasuk orang-orang yang sukses dalam Ramadan dan mendapat gelar taqwa. Aamiin,” pungkasnya.
Hadir pada shalat Idul fitri di masjid Taqwa Muhammadiyah anggota DPRA Fraksi PAN Fuadri S.Si, M.Si, Sekda Nagan Raya Ir. Ardimartha, Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Aceh Barat D. I. Nasution, S.PdI, MA, dan para Pimpinan PDM Aceh Barat lainnya, Ketua BKM Masjid Taqwa Muhammadiyah Ir. Mahmud Idris dan para pengurus lainnya, warga Muhammadiyah dan umat Islam lainnya.(b02)