ACEH BESAR (Waspada.id): Kematian adalah realitas yang selalu kita dengar dan saksikan. Setiap hari, setiap waktu, setiap detik, ada saja manusia yang dipanggil oleh Allah. Hari ini kita mendengar berita duka tentang orang lain, esok atau lusa, berita itu akan berganti menjadi tentang diri kita.
Tenaga Pengajar Pesantren Dar Maryam Samahani, Ustadz Aiyub Rusli (foto) menyampaikan hal itu dalam khutbah Jumat di Masjid Besar Al Jihad Kecamatan Montasik, Aceh Besar, Jumat (28/11/25), bertepatan dengan dengan 7 Jumadil Akhir 1447.
“Tidak ada seorang pun yang mampu lari atau bersembunyi dari ketetapan itu. Maka sesungguhnya, kehidupan dunia ini sangatlah singkat,” tegasnya.
Allah Swt berfirman: “Setiap yang bernyawa akan merasakan mati.” (QS. Ali ‘Imran: 185) “Dan sesungguhnya sehari di sisi Tuhanmu adalah seperti seribu tahun menurut perhitunganmu.” (QS. Al-Ḥajj: 47)
Ustadz Aiyub menguraikan, betapa singkatnya dunia ini, jika usia kita 60 tahun, maka di sisi Allah umur itu tidak lebih dari satu setengah jam. Sebuah kehidupan yang amat pendek jika dibandingkan dengan keabadian akhirat.
“Kekayaan hanya sesaat. Jabatan hanya sesaat. Kesenangan hanya sesaat. Bahkan kesengsaraan pun hanya sesaat. Karena itu, jangan sampai kehidupan yang sementara ini kita tukar dengan kebahagiaan yang selamanya, yaitu surga Allah Swt,” ujarnya.
Ibnul Qayyim Al-Jauziyyah raḥimahullah berkata: “Bagaimana mungkin seseorang dikatakan berakal jika ia menjual surga dan segala isinya demi sebuah kenikmatan syahwat yang sesaat?” (Al-Fawāid, hlm. 458)
Ustadz Aiyub mengutip Sabda Rasulullah saw, surga memiliki kenikmatan yang sempurna, yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas dalam hati manusia. (HR. Bukhari dan Muslim)
Karena itu Rasulullah saw berulang kali mengingatkan kita agar banyak-banyak mengingat kematian: “Perbanyaklah mengingat pemutus segala kelezatan.”(HR. An-Nasa’i, Tirmizi, Ibnu Majah)
Dalam hadis lain beliau bersabda: “Jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR. Bukhari, no. 6004)
“Karena itu, persiapkanlah sebaik-baik bekal untuk pulang ke tempat yang sesungguhnya, surga Allah Swt,” ungkapnya.
Ustadz Aiyub menegaskan, perjalanan kita panjang, bahkan sangat panjang. Tidak ada bekal yang lebih baik daripada takwa, sebagaimana firman-Nya: “Dan berbekallah, dan sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa.” (QS. Al-Baqarah: 197)
Ia mengharapkan, jangan sampai kita tertipu oleh gemerlap dunia yang hanya sementara hingga melalaikan tujuan utama, yaitu kembali menuju rumah abadi, yaitu surga yang di dalamnya terdapat kebahagiaan tanpa ujung, tanpa lelah, tanpa kesedihan.
“Semoga Allah meneguhkan kita untuk selalu mempersiapkan diri, memperbanyak amal saleh, dan menjadikan kita penghuni surga-Nya,” pungkasnya.(id66)












