ACEH BARAT (Waspada.id): Warga dari sejumlah desa di Kecamatan Pante Ceureumen Kabupaten Aceh Barat melakukan aksi di pinggir sungai Desa Ketambang, Kamis (2/10).
Aksi yang didominasi kaum wanita ini menolak ditutupnya tambang menggunakan beko atau alat berat excavator.
“Beko itu membantu mengurangi beban tenaga kami mendulang. Kalau beko ini dilarang, sama dengan menghentikan kerja kami,” kata Cut Rosmania, salah seorang peserta aksi dari Desa Ketambang
Orator aksi Idrus, menyemangati warga untuk tetap bersama-sama memperjuangkan lapak tempat berkerja. Apalagi semua yang berkerja adalah masyarakat setempat.
Ratusan masyarakat dari sejumlah desa bergantung hidup dengan mata pencarian mendulang emas manual dibantu alat berat milik warga lokal. Karena itu keberadaan beko tidak tepat jika disebut hanya menguntungkan toke atau pemilik, justru masyarakat bergantung pada bantuan alat berat itu, ujar Idrus
Senada juga disampaikan Norma warga Desa Sikundo, bahwa masa depan keluarga mereka saat itu bergantung pada pekerjaan mendulang emas. “Anak kami di pesantren, sekolah semua kami biayai dengan pekerjaan kami ini,” keluhnya
Warga setempat mayoritas mantan kombatan konflik bersenjata di Aceh berharap, Gubernur Aceh Muzakir Manaf segera memberikan solusi, bukan hanya menghentikan pekerjaan mereka sebagai penambang emas tradisional.
Ada puluhan unit alat berat yang sudah berhenti beraktivitas semenjak Gubernur Aceh Muzakir Manaf, meminta alat berat tidak boleh lagi berada di lokasi tambang yang disebut ilegal meskipun dikelola warga lokal. “Setiap beko itu ada 30 sampai 50 orang kami dibantu, itulah cara kami bertahan di daerah terpencil,” keluhnya lagi.
Warga setempat mencurigai, ada upaya pihak tertentu akan mendatangkan pengusaha/ perusahaan dari luar ke daerah mereka melakukan eksplorasi emas besar-besaran yang akan merusak perekonomian warga lokal.
“Karena jika perusahaan masuk, kami tentu tak bisa lagi mendulang. Untuk tenaga kerja perusahaan mana mungkin kami dipakai, sekolah saja tidak tamat,” lanjut warga lainnya
Sementara itu Yusuf, mantan kombatan, menyampaikan bahwa, arahan dari Mualem sudah mereka lakukan. Alat berat semua sudah tidak berkerja dan dibawa ke daratan desa
“Kami sudah melaksanakan perintah Mualem, beko semua berhenti dan kami tetap patuh sama beliau. Tapi kami juga butuh solusi, percepat izin kami bentuk tambang rakyat,” harap Yusuf
Warga setempat berharap ada keadilan dan kepedulian lebih dari Mualem yang merupakan sosok inspirasi dan panutan para kombatan. Warga tidak bersedia jika didatangkan perusahaan ke kampung mereka, tapi biarkan usaha tambang mereka kelola dan Mualem memberikan izin menjadi tambang rakyat yang mereka kelola sendiri, tutup mantan kombatan Yusuf. (id83)