Aceh

Warga Pidie Terpaksa Menembus Jalur Hutan Rawan Harimau Dan Gajah

Pemkab Upayakan Evakuasi dari Wilayah Terisolir Bener Meriah–Takengon

Warga Pidie Terpaksa Menembus Jalur Hutan Rawan Harimau Dan Gajah
Wartawati Nurniayati menyusuri jalan rusak dampak banjir di Blang Pandak, Tangse, sambil mendokumentasikan kondisi lapangan, Rabu (3/12). Waspada.id/Muhammad Riza
Kecil Besar
14px

PIDIE (Waspada.id): Upaya evakuasi warga Pidie yang terjebak di Bener Meriah dan Takengon memasuki babak genting, setelah sebagian dari mereka terpaksa menempuh perjalanan pulang melalui jalur hutan yang dikenal rawan satwa liar, termasuk harimau, gajah, ular, dan badak.

Puluhan warga tersebut memilih jalur Pameu–Geumpang serta Takengon–Abdya, dua lintasan ekstrem di pedalaman Aceh Tengah yang berada jauh dari permukiman dan sering dilaporkan sebagai kawasan jelajah satwa buas. Jalur itu hanya berupa jalan baru dari bangun baru di antara lebatnya vegetasi, lereng terjal, tebing curam, serta titik-titik sempit yang pernah menjadi lokasi konflik manusia–satwa.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

“Anak saya ikut rombongan yang jalan kaki. Yang saya takutkan itu hutan banyak harimau. Tiap hujan tambah cemas,” ujar Rahmi, warga Pidie, sambil menangis saat ditemui Waspada.Rabu (3/12).

Selain warga yang berjalan kaki, dua rombongan utama peserta pra-PORA sebanyak 16 orang dan rombongan Tata Rias 13 orang, hingga kini masih tertahan di Posko Rengele, Bener Meriah, karena akses utama tertutup longsor dan patahan badan jalan.

Sejumlah warga Blang Pandak, Tangse, harus berjalan berkilometer menuju sumber mata air demi mendapatkan air bersih akibat pasokan yang belum pulih, Rabu (3/12). Waspada.id/Muhammad Riza

Medan Berbahaya

Bupati Pidie, H. Sarjani Abdullah, MH, menyebut medan di Bener Meriah–Takengon bukan hanya rusak parah, tetapi juga berada di zona habitat satwa liar. Karena itu, kendaraan biasa mustahil menembus lokasi.

“Jalurnya bukan cuma terputus, tapi masuk kawasan hutan belantara. Kami membutuhkan kendaraan double cabin atau kendaraan penggerak ganda untuk penjemputan,” ujar H Sarjani.

Beberapa titik kerusakan jalan bahkan berada di pinggir jurang, sehingga tim pemetaan harus berhati-hati menghindari potensi longsor susulan terutama di malam hari.

Evakuasi Udara Jadi Pilihan Terakhir

Menghadapi medan berbahaya tersebut, Pemkab Pidie telah meminta dukungan TNI–Polri agar helikopter disiagakan jika jalur darat benar-benar tidak dapat ditembus. “Permintaan bantuan helikopter. Prioritas kami keselamatan warga, mengingat jalur hutan penuh risiko satwa liar,” kata H Sarjani.

Koordinasi intensif dilakukan bersama Pemkab Bener Meriah, BPBD Provinsi, serta unsur TNI–Polri setempat. Rombongan pra-PORA yang masih di Rengele mendapat suplai logistik darurat dari tim gabungan. Mereka diminta tetap berada di posko untuk menghindari risiko tersesat atau bertemu satwa ketika melewati jalur hutan.

“Yang penting mereka aman dulu. Komunikasi kami pantau terus sambil menunggu jalur evakuasi paling memungkinkan,” kata seorang pejabat BPBD Pidie.

Minta Keluarga Tetap Tenang

Dengan cuaca yang masih labil dan jalur yang rawan bencana, Pemkab Pidie mengimbau keluarga tetap tenang namun waspada, serta segera melapor bila ada anggota keluarga lain yang belum dapat dihubungi.

Evakuasi warga di tengah bencana alam dan jalur satwa liar itu kini menjadi salah satu operasi penyelamatan paling berisiko yang pernah dilakukan Pemkab Pidie dalam beberapa tahun terakhir. (Id69)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE