KUTACANE (Waspada.Id): Ribuan jiwa warga Gayo Lues yang berdomisili di kecamatan Putri Betung, terancam kelaparan.
Pasalnya, akibat musibah banjir sungai yang terjadi di Gayo Lues, puluhan titik badan jalan nasional amblas ke dasar sungai, akibatnya hubungan antardesa di kecamatan yang berbatasan dengan Aceh Tenggara tersebut, putus total.
Syukur Selamat Karo-karo, Kaban Keuangan Pemkab Aceh Tenggara yang sempat terjebak longsor dan terpaksa berjalan kaki dari Ise-ise menuju Pantan Cuaca dan Blangkejeren sampai ke Rumah Bundar Agara, bersama Sulendra, membenarkan banyaknya titik ruas jalan nasional Batas Kutacane – Blangkejeren yang putus dan amblas ke dasar sungai Alas.

Lokasi yang terkena banjir sungai dan banjir bandang serta badan jalan yang amblas maupun longsor yakni, di desa Kungke, Rambung, Gumpang Lempung, Tetumpun, Serkil, Singgah Mulo, Jeret Onom, Marpunge dan Pintu Gayo.
“Prihatin melihat warga di desa yang terdampak bencana alam banjir dan tanah longsor, semakin terisolir akibat terputusnya akses menuju kecamatan yang berbatasan dengan Aceh Tenggara itu, ditambah banyaknya warga yang belum tersentuh bantuan,” ujar Syukur.
Penuturan Syukur dibenarkan Ardi, warga Putri Betung lainnya, seraya menambahkan, saat ini warga desa di Kecamatan Putri Betung benar-benar menderita dan terancam kelaparan.
Masalahnya, beras warga dan sembilan bahan pokok lainnya mulai menipis dan habis akibat tak adanya akses dari Aceh Tenggara menuju Gayo Lues, akibat musibah banjir.
Bahkan, warga beberapa desa di Kecamatan Putri Betung mulai mengkonsumsi ubi, pisang, jagung, pepaya dan umbi-umbian lainnya yang bisa dimakan untuk mengurangi rasa lapar
Selama ini, jalur Kutacane merupakan satu-satunya akses paling dekat bagi warga Putri Betung untuk memenuhi kebutuhan sembako warga puluhan desa, mulai dari gas LPG, BBM, beras, minyak goreng dan kebutuhan lainnya.
Namun sejak hubungan ke Kutacane putus total akibat badan jalan amblas dan tertimbun longsor, warga seperti kehilangan akal, karena beras mulai menghilang. Kendati sebelumnya harga satu sak seberat 15 kg mencapai Rp400 ribu, namun beras tetap dibeli warga.
Tapi setelah beberapa hari akses ke Putri Betung Gayo Lues putus total, praktis tak ada lagi beras dan kebutuhan pokok lainnya yang masuk dari Aceh Tenggara ke Putri Betung.

Ketua LSM LIRA Aceh Tenggara, Fajriansyah yang sejak hari pertama terjadinya banjir sungai dan banjir bandang yang menyebabkan jalan nasional ruas Kutacane-Batas Galus- Blangkejeren putus dan puluhan rumah di sepanjang DAS sungai alas hanyut, terus berada di lokasi dan ikut membuka akses menuju Desa Lawe Penanggalan, Jambur Lak-lak, Leuser, Ketambe, Simpur Jaya dan Rumah Bundar mengaku miris dan prihatin.
Masalahnya, berdasarkan dialog langsung Fajri bersama warga Gayo Lues yang mengaku berjalan kaki sampai 10 kilo meter menuju perbatasan Aceh Tenggara, hanya untuk mendapatkan beras.
Karena tak ada lagi warga yang menjual beras, bahkan beberapa hari paska banjir, beras, BBM dan kebutuhan pokok lainnya menghilang dari Putri Betung,
Untuk itu, warga yang ingin mendapatkan beras dan kebutuhan pokok lainnya, terpaksa harus berjalan kaki sejauh puluhan kilo meter menuju Desa Rumah Bundar Aceh Tenggara, kendati harus naik turun gunung akibat jalan telah amblas ke dasar sungai Alas.
“Dari Desa Marpunge dan Pintu Gayo Kecamatan Putri Betung sampai ke desa perbatasan Rumah Bundar Agara, jalan memang bagus dan tak ada longsor, namun warga harus berjalan kaki puluhan kilo meter, sebab tak ada kenderaan yang jalan, karena ketiadaan BBM,” ujar Syahwal, warga Desa Kute Lengat Kecamatan Putri Betung.
Meski lelah karena jauh berjalan, dengan berjalan kaki, itu harus mereka lakukan, agar mendapat beras yang ada dijual di Aceh Tenggara.
Beras dan kebutuhan pokok itulah dibawa lagi pulang berjalan kaki menuju Kute Lengat, Pintu Gayo, Marpunge dan ke beberapa desa lainnya di Kecamatan Putri Betung.
Di perbatasan dengan Aceh Tenggara, beras,gas, minyak goreng dan kebutuhan pokok lainnya, sudah ada dibawa pedagang along-along, meski mereka harus melewati jalan setapak dari gunung dan pebukitan,’ kata Fajriansyah menirukan ungkapan warga Gayo Lues saat berbelanja ke Aceh Tenggara.
Kepada Fajriansyah dan pengurus LSM LIRA Agara lainnya, warga Putri Betung yang berjalan kaki sampai ke Rumah Bundar, desa perbatasan Agara dengan Gayo Lues, meminta menyampaikan permintaan ribuan warga agar Bupati dan Pemkab Gayo Lues menurunkan alat berat, membuka akses jalan menuju Aceh Tenggara
Karena, Kutacane merupakan akses termudah dan terdekat bagi warga Putri Betung untuk mendapat pasokan beras dan kebutuhan pokok lainnya ketimbang dari Aceh Timur, Abdya dan dari Aceh Tengah.
Di akhir penjelasannya, Fajri juga mendesak BNPB, segera menembuskan akses jalan Agara ke Galus, agar pasokan logistik bisa masuk ke Gayo Lues.
“Kasihan warga Kecamatan Putri Betung semakin terisolasi dan terancam kelaparan, akibat terputusnya akses jalan dari berbagai penjuru, paling tidak beras, sembako dan BBM bisa segera masuk Ke kecamatan bagian paling selatan di Gayo Lues tersebut,” tutup Fajriansyah.(Id79).












