TAPAKTUAN (Waspada.id) : Selama tiga hari terakhir, warga Gampong Padang dan Gampong Lhok Bengkuang, Kecamatan Tapaktuan, terpaksa hidup dalam kondisi tanpa air bersih.
Pipa PDAM Tirta Naga yang mestinya mengalirkan kebutuhan dasar warga itu justru kerap macet. Jika pun mengalir, debitnya sekadar menetes dan bertahan tak lebih dari dua jam sehari.
Aidil, warga Gampong Padang, kepada Waspada.id di Tapaktuan Rabu (24/9) menyebut kondisi ini sebagai penyiksaan.
“Air adalah kebutuhan pokok. Kalau pun keluar, hanya sebentar, tak cukup untuk masak, mencuci, apalagi mandi. Tiga hari kami kesulitan, tapi PDAM seolah tutup mata,” keluhnya.
Kemarahan warga semakin memuncak. Faisal, warga Gampong Lhok Bengkuang, menuding Direktur PDAM Tirta Naga, Abdillah, arogan dan gagal memimpin.
“Air mati berhari-hari, tapi yang bersangkutan sibuk pencitraan di media. Rakyat dianggap tidak penting,” sesalnya.
Desakan kini mengarah langsung ke Bupati Aceh Selatan, H. Mirwan. Warga menuntut bupati segera mengevaluasi hingga mencopot Direktur PDAM yang dianggap gagal total. “Kalau PDAM tidak mampu, ganti saja direksinya dengan orang yang bekerja untuk rakyat, bukan yang hanya pandai bicara,” kata seorang warga.
Krisis ini bukan sekadar masalah teknis, melainkan cerminan bobroknya tata kelola PDAM. Sebagai Perumda yang setiap tahun menerima penyertaan modal dari pemerintah daerah, PDAM mestinya transparan mengelola anggaran untuk memperbaiki pompa, jaringan, dan distribusi air. Namun fakta di lapangan memperlihatkan kebalikan, dimana pelayanan kian merosot, sementara publik hanya disuguhi laporan manis.
Hak atas air adalah hak dasar yang dijamin konstitusi. Pasal 33 UUD 1945 menegaskan sumber daya harus dikelola untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Dalam kasus PDAM Tirta Naga, hak itu justru digadaikan oleh kelalaian manajemen dan lemahnya pengawasan pemerintah daerah.
Jika Bupati hanya diam, publik berhak menilai ada pembiaran, bahkan kemungkinan konflik kepentingan. Krisis air berhari-hari adalah alarm keras bahwa pelayanan publik gagal, rakyat jadi korban. Kini publik menunggu langkah tegas Bupati H. Mirwan, apakah bersama rakyat yang menjerit tanpa air, atau terus melindungi direksi PDAM yang jelas-jelas gagal menjalankan mandatnya.
Dikonfirmasi terpisah, Direktur Perumda Tirta Naga Tapaktuan, Abdillah, menyangkal suplai air PDAM ke Gampong Padang dan Lhok Bengkuang Tapaktuan mati dalam tiga hari terakhir.
Lantas, orang dekatnya Bupati Aceh Selatan H. Mirwan itu meminta kepada wartawan agar menyebutkan nama warga yang melayangkan komplain tersebut serta menyerahkan nomor ID pelanggannya.
“Apakah yang bersangkutan benar berlangganan air PDAM?, lalu apakah gangguan suplai air di rumahnya disebabkan karena ada sumbatan? Makanya tolong kasih nama dan ID pelanggannya biar saya perintahkan tim teknisi untuk melakukan pengecekan ke lapangan,” kata Abdillah.
Namun saat ditanyakan kembali apakah suplai air selama tiga hari terakhir tetap lancar tanpa ada gangguan? Abdillah menegaskan bahwa menurut versi mereka (PDAM) suplai air ke rumah-rumah penduduk pelanggan PDAM lancar tanpa ada gangguan.
“Kalau ditanya sama kami, kami jawab suplai lancar tanpa ada gangguan. Makanya jika ada yang komplain tak mengalir air kita cek dulu mungkin ada sumbatan atau kerusakan pipa,” pungkasnya. (id85)
Kantor PDAM Tirta Naga Tapaktuan.