Laporan: Muhammad Riza | Waspada.id
SIGLI (Waspada.id): Banjir yang melanda Kabupaten Pidie beberapa waktu lalu bukan hanya melumpuhkan aktivitas masyarakat, tetapi juga menguji kemampuan penulis (Muhammad Riza–red) serta para jurnalis lainnya dalam melaksanakan tugas peliputan.
Di tengah arus deras, listrik padam, dan wilayah yang terisolasi, para wartawan tetap berupaya memastikan informasi penting tersampaikan kepada publik.
Pada Senin (1/12), Juru Bicara Bupati Pidie, Andi Firdaus atau akrab disapa Andi Lancok, dalam perbincangan dengan penulis menyampaikan apresiasi pemerintah kepada seluruh wartawan yang terus bekerja di tengah situasi darurat. Ucapan itu sontak mengingatkan penulis pada pengalaman beberapa hari sebelumnya; berjalan kaki memikul peralatan liputan, menyeberangi genangan setinggi pinggang, hingga berpindah dari satu titik ke titik lain untuk mencari sinyal internet demi mengirim laporan tepat waktu.
Menurut Andi Firdaus, kehadiran jurnalis di lapangan merupakan elemen penting dalam memastikan arus informasi tetap akurat dan dapat dipertanggungjawabkan, bahkan ketika mereka sendiri ikut menjadi korban banjir.
“Di tengah keterbatasan dan situasi pribadi yang sama-sama terdampak, para wartawan tetap berdiri di garis depan. Ini bukan hanya tugas profesional, tetapi wujud tanggung jawab moral kepada masyarakat,” ujar Jubir Bupati Pidie.

Peran Penting Pers
Dalam keterangannya, Andi menegaskan bahwa laporan para jurnalis dari lapangan turut membantu pemerintah merumuskan kebijakan penanganan bencana secara lebih tepat. Pernyataan tersebut memperlihatkan bahwa berita-berita yang dikirim dari gampong-gampong terisolir menjadi bahan pertimbangan dalam langkah darurat pemerintah. “Data dan laporan media menjadi referensi tambahan bagi kami,” katanya.
Saat ia menyebut sejumlah wartawan juga menjadi korban banjir, penulis teringat sosok Nur Nihayati, editor Serambi Indonesia. Rumahnya terendam, namun ia tetap meliput dari posko pengungsian di Kembang Tanjong. Di lapangan, penulis melihat langsung betapa berat kondisi yang dihadapi banyak jurnalis
Kendala Peliputan
Memasuki kawasan Sigli, Simpang Tiga, hingga Mutiara, penulis beberapa kali membantu rekan-rekan mengangkat kamera dan laptop agar tidak basah terendam. Banyak kendaraan tidak mampu menembus arus. Beberapa titik juga mengalami putus komunikasi, sehingga kami harus mencari dataran tinggi atau kantor pemerintah yang masih memiliki akses internet untuk mengirim berita.
Andi Firdaus mengakui kendala tersebut. “Kami mengetahui bahwa beberapa peralatan jurnalis mengalami kerusakan dan mereka juga menghadapi kelangkaan BBM. Namun komitmen mereka tidak surut,” ujarnya.
Solidaritas di Tengah Bencana
Di tengah berbagai keterbatasan itu, penulis menyaksikan bagaimana solidaritas antarsesama jurnalis menjadi kekuatan utama. Kami saling berbagi alat perekam, tripod, bahkan powerbank. Ada pula rekan yang menumpangkan sepeda motor kepada wartawan lain yang terjebak arus banjir.
Menurut Andi Firdaus, “Ini menunjukkan bahwa kekuatan pers tidak hanya pada pena, tetapi juga pada solidaritas mereka.” ucapnya.
Berdasarkan rilis resmi Posko Penanggulangan Bencana Hidrometeorologi BPBD Pidie yang penulis terima, banjir telah menyebabkan dampak besar:
17 dari 23 kecamatan terdampak, 178 gampong tergenang,14.986 KK (43.900 jiwa) terdampak, 7.573 KK (24.369 jiwa) mengungsi, 14.371 rumah terendam, 41 rusak berat,1 sekolah dan 1 dayah rusak berat, 4 kantor pemerintah terendam.
Jalan sepanjang 1.800 meter rusak, 4 jembatan rusak, 7 irigasi rusak berat; DAS longsor sepanjang 990 meter, 828 hektar lahan pertanian terendam, 1.794 hektar tambak rusak. 2 warga meninggal dunia.
Melihat angka tersebut, barulah terasa skala bencana yang sedang kami liput.
Di akhir penyampaiannya, Andi kembali menegaskan bahwa Pemerintah Kabupaten Pidie sangat menghargai kerja keras insan pers.
Kami ucapkan terima kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada seluruh wartawan. Di tengah bencana sebesar ini, masyarakat tetap mendapatkan informasi yang jernih berkat kerja keras mereka,” ujarnya sebelum menutup konferensi pers.
Bagi penulis dan para jurnalis lainnya, ucapan tersebut menjadi pengingat bahwa tugas wartawan jauh lebih dari sekadar menulis berita. Ini adalah bentuk pengabdian untuk memastikan masyarakat tetap mendapatkan informasi yang tepat, terutama ketika mereka berada dalam situasi paling sulit. Muhammad Riza/Waspada.id












