ACEH BESAR (Waspada.id): Al-Qur’an sebagai pedoman hidup umat Islam menjelaskan tentang konsep perubahan nasib suatu kaum. Dalam Surat Ar-Ra’d ayat 11, Allah SWT berfirman bahwa Dia tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sampai mereka mengubah diri mereka sendiri.
“Baginya (manusia) ada malaikat-malaikat yang selalu menjaganya bergiliran, dari depan dan belakangnya. Mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya; dan tidak ada pelindung bagi mereka selain Dia.”
Wakapolsek Indrapuri, Iptu Abu Sofyan, menyampaikan hal itu pada khutbah Jum’at di Masjid Baburridha Lam Ilie, Kecamatan Indrapuri, Aceh besar, Jumat (10/10/25), bertepatan dengan 18 Rabiul Akhir 1447 H.
Abu Sofyan menjelaskan, ayat di atas mengandung makna yang sangat dalam tentang tanggung jawab individu dan kolektif dalam membentuk nasib suatu masyarakat. Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu masyarakat, baik menjadi lebih baik maupun lebih buruk, kecuali jika masyarakat itu sendiri berupaya melakukan perubahan dari dalam diri mereka.
“Perubahan harus dimulai dari setiap individu. Al-Quran mengajarkan bahwa nasib suatu kaum sangat bergantung pada perubahan yang terjadi pada individu-individu yang ada di dalamnya. Jika suatu kaum ingin memperbaiki nasib mereka, maka mereka harus mulai dengan memperbaiki diri mereka sendiri, baik dari segi akhlak, tindakan, maupun keyakinan,” tambah Ketua Tuha Peut Gampong Luthu Dayah Krueng ini.
.
Menurut Abu Sofyan, ayat di atas juga menjadi sumber motivasi bagi umat Islam untuk terus berusaha dan tidak menyerah pada keadaan. Perubahan positif, seperti peningkatan kesejahteraan atau perbaikan kondisi sosial, hanya dapat dicapai melalui usaha dan tindakan nyata yang dilakukan secara bersama-sama.
“Sebaliknya, kemunduran atau kehancuran dapat terjadi jika suatu kaum terjerumus dalam kemaksiatan dan mengabaikan nilai-nilai kebaikan yang telah diajarkan agama. Oleh karena itu, penting bagi setiap individu untuk selalu menjaga diri dari perbuatan dosa dan senantiasa berupaya meningkatkan kualitas diri,” tegasnya.
Ia menambahkan, suasana baik atau buruk yang ada di lingkungan kita saat ini merupakan hasil dari perbuatan kita sendiri, baik secara pribadi maupun sebagai bagian dari masyarakat.
Semakin banyak kebaikan yang dilakukan oleh masyarakat di suatu gampong, maka semakin besar pula rahmat Allah SWT yang akan turun kepada gampong tersebut. Kebaikan-kebaikan ini dapat berupa kegiatan sosial, ibadah, atau tindakan-tindakan positif lainnya yang bermanfaat bagi masyarakat.
“Semakin banyak kemaksiatan yang terjadi di suatu gampong, atau pembiaran terhadap kemaksiatan tersebut oleh orang-orang yang sebenarnya mampu mengubahnya, maka semakin besar pula potensi turunnya azab Allah SWT kepada mereka,” ujarnya.
Oleh karena itu, kata Abu Sofyan, peluang menjadikan gampong kita menjadi Baldatun Thayyibatun Warabbun Ghafur (negeri yang baik dan diampuni oleh Tuhan) selalu ada dan dapat kita wujudkan di gampong masing-masing.
Allah SWT berfirman: “Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, niscaya Kami akan membukakan untuk mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami). Maka, Kami menyiksa mereka disebabkan oleh apa yang selalu mereka kerjakan.” (QS Al A’raf ayat 96).(id66)