Perubahan tidak selalu datang dengan gegap gempita. Di Kota Tanjungbalai, perubahan itu hadir perlahan, dimulai dari langkah-langkah kecil namun konsisten. Dari penataan ruang publik, membersihkan drainase, hingga menegakkan aturan dengan pendekatan humanis. Semua mengarah pada satu tujuan besar mewujudkan Tanjungbalai EMAS, Elok, Maju, Agamais, dan Sejahtera.
Sejak dilantik pada 20 Februari 2025 lalu oleh Presiden RI Prabowo Subianto, Wali Kota Tanjungbalai Mahyaruddin Salim bersama Wakil Wali Kota Muhammad Fadly Abdina atau yang lebih dikenal MADINA langsung bekerja. Tanpa banyak seremoni, keduanya memilih turun ke lapangan, menyentuh persoalan-persoalan dasar yang selama ini dirasakan masyarakat.

Bagi Mahyaruddin dan Fadly, memimpin bukan sekadar duduk di balik meja. Kepemimpinan adalah keberanian mengambil keputusan, bahkan ketika pilihan itu tidak selalu mudah dan menyenangkan semua pihak.
Tantangan awal yang dihadapi pemerintahan Mahyaruddin–Fadly tidak ringan. Pemerintah pusat tengah melakukan efisiensi anggaran di seluruh tingkatan birokrasi. Namun, kondisi ini tidak menjadi alasan untuk mengendurkan janji kampanye.

“Ini kebijakan pemerintah pusat, dan kita di daerah harus menindaklanjutinya dengan seksama. Kita satu kesatuan. Harus tegak lurus,” ujar Mahyaruddin dalam sebuah kesempatan.
Prinsip inilah yang menjadi dasar langkah-langkah strategis Pemko Tanjungbalai. Efisiensi bukan berarti berhenti bekerja, melainkan bekerja lebih cerdas, lebih tepat sasaran, dan lebih menyentuh kebutuhan rakyat.
15 Program Prioritas 5 Tahun
Visi Tanjungbalai EMAS tidak berhenti sebagai slogan. Pemerintah kota merumuskannya ke dalam 15 program prioritas yang akan dijalankan hingga 2030. Mulai dari peningkatan kualitas ASN, digitalisasi pelayanan publik, penataan kota, pendidikan dan kesehatan yang merata, hingga penyediaan air bersih, rumah layak huni, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Program-program ini dirancang untuk mulai berjalan secara nyata pada 2026. Namun, fondasinya sudah mulai diletakkan sejak tahun pertama pemerintahan.
Bagi Mahyaruddin, pembangunan tidak bisa parsial. Semua sektor harus bergerak bersama, saling terhubung, dan berpijak pada data serta kebutuhan riil masyarakat.
Salah satu langkah paling terlihat dalam 100 hari kerja pertama adalah penataan kota. Selama bertahun-tahun, sejumlah ruas jalan di Tanjungbalai dikenal semrawut. Pedagang kaki lima menempati bahu jalan, trotoar berubah fungsi, bahkan ada bangunan berdiri di atas parit.

Mahyaruddin dan Fadly memilih pendekatan yang berbeda. Tidak dengan kekerasan, tetapi dengan dialog. Keduanya turun langsung menyambangi para pedagang di Jalan Jamin Ginting, Jalan Sudirman, Jalan Bachtiar Chusa, hingga D.I. Panjaitan.
Dengan bahasa yang santun, Wali Kota mengimbau agar bahu jalan tidak lagi dijadikan tempat berjualan. Tujuannya jelas: menciptakan kota yang tertata, bersih, dan nyaman bagi semua.
Langkah ini kemudian ditindaklanjuti oleh Satpol PP, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, serta Dinas Koperasi dan UKM. Hasilnya perlahan terlihat.
Jalan-jalan utama mulai tampak rapi, ruang publik kembali pada fungsinya, dan wajah kota pun berubah menjadi lebih elok.
Strategi Hindari Banjir
Tanjungbalai memiliki tantangan geografis yang khas. Letaknya di hilir Danau Toba membuat kota ini kerap menjadi langganan banjir kiriman, ditambah curah hujan tinggi dan pasang rob.
Masalah banjir ini bukan hal baru, namun selama bertahun-tahun seolah menjadi persoalan yang sulit diatasi. Mahyaruddin dan Fadly memilih tidak menyerah pada keadaan dengan berfikir visoner ibartakan Artificial Intelligence (AI) yang memberikan solusi cerdas di setiap keadaan.
Langkah berani pun diambil, mengeruk seluruh saluran drainase yang sudah dangkal akibat pasir dan sampah, memangkas pepohonan yang menghambat aliran air, serta menggerakkan gotong royong massal.

Tak hanya OPD dan ASN, kegiatan ini juga melibatkan TNI, Polri, hingga masyarakat. Bahkan, sebagian pembersihan drainase di pusat kota dilakukan menggunakan dana pribadi Wali Kota.
Hasilnya mulai terasa. Saat hujan deras mengguyur Tanjungbalai, genangan air tak lagi bertahan lama. Banjir rob yang biasanya masuk ke rumah warga kini dapat diminimalkan, sehingga fakta berkata dan keraguan masyarakat perlahan berubah menjadi kepercayaan.
“Yang penting luruskan niat untuk berubah, ihklas dalam bekerja, Insya Allah pasti ada dala jalan,” jelas Mahyaruddin.
Menjaga Kota Tetap Kondusif, Inflasi Terkendali

Sebagai kota yang dikenal religius, Tanjungbalai memiliki nilai-nilai sosial yang kuat. Karena itu, Pemko Tanjungbalai bersikap tegas terhadap operasional tempat hiburan malam (THM).

Mahyaruddin menegaskan, tidak ada yang kebal hukum. Semua pengusaha boleh berinvestasi, tetapi wajib mematuhi aturan, menghormati norma agama, adat, dan kesusilaan.
Jam operasional harus dipatuhi, perizinan harus lengkap, dan segala bentuk aktivitas yang melanggar hukum seperti miras, Narkoba, dan prostitusi dilarang keras. Jika melanggar, izin usaha bisa dicabut, bahkan tidak diterbitkan lagi.
“Kita ingin kota ini tetap aman, damai, dan bermartabat,” tegas Mahyaruddin.
Sedangkan tantangan menjaga kesetabilan harga bahan pokok, di tengah tekanan ekonomi nasional, Pemko Tanjungbalai bergerak cepat mengendalikan inflasi. Gerakan Pangan Murah dan Pasar Murah digelar serentak di seluruh kecamatan.

Antusiasme masyarakat sangat tinggi. Harga kebutuhan pokok yang lebih terjangkau membantu menjaga daya beli warga sekaligus menekan laju inflasi daerah.
Selain itu, Pemko bersama Bapanas dan Bulog menyalurkan bantuan beras dan minyak goreng kepada lebih dari 16 ribu warga penerima manfaat. Bantuan ini menjadi bantalan sosial penting bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
Profesional, Selaras Astacita Nasional
Tidak kalah penting, tentunya jadi prioritas dalam meningkatkan pelayan publik, di balik layar, pembenahan birokrasi terus dilakukan. Mahyaruddin menekankan pentingnya transparansi, akuntabilitas, dan profesionalisme ASN.
Pengadaan barang dan jasa kini memanfaatkan katalog elektronik Inaproc versi terbaru. Evaluasi kinerja ASN dilakukan secara menyeluruh. Budaya kerja didorong agar lebih inovatif, adaptif, dan bertanggung jawab.
Dalam rakor bersama KPK RI terkait pencegahan korupsi, Mahyaruddin menegaskan delapan aspek penting yang harus dijalankan OPD, mulai dari perencanaan, pengadaan, hingga pengelolaan aset dan pendapatan daerah.

Targetnya jelas, indeks pencegahan korupsi meningkat, dan tata kelola pemerintahan semakin bersih.
Pembangunan Tanjungbalai juga diselaraskan dengan Astacita Presiden dan Wakil Presiden RI. Program ketahanan pangan, makan bergizi gratis, hingga perumahan rakyat menjadi fokus utama.
Sebanyak 15 hektare lahan di Kelurahan Sei Raja disiapkan untuk pengembangan hortikultura. Program ini diharapkan meningkatkan produksi pangan lokal sekaligus membuka lapangan kerja.
Di lokasi yang sama, Pemko juga mempersiapkan program 3 juta rumah bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Proses sertifikasi lahan tengah berjalan.
Sementara itu, program makan bergizi gratis didukung penuh melalui kehadiran lebih dari lima SPPG yang melayani hampir 47 ribu siswa di Tanjungbalai.
Rumah Layak Kehidupan Lebih Baik
Bagi Mahyaruddin, kesejahteraan dimulai dari rumah yang layak. Program bantuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) menjadi salah satu langkah nyata menekan kemiskinan ekstrem.
“Berdasarkan data, hingga saat ini terdapat sekitar 13.000 rumah di Tanjungbalai yang masih membutuhkan perbaikan. Karena itu, kami berharap adanya kolaborasi dari warga agar proses bedah rumah ini bisa berjalan optimal, sebab bantuan yang diberikan memang tidak mencakup seluruh kebutuhan perbaikan rumah,” jelas Mahyaruddin.

Berdasarkan data dari Dinas Perkim, untuk tahun 2025, Pemko Tanjungbalai menyalurkan 50 unit bantuan RTLH yang tersebar di tiga Kecamatan yakni Kecamatan Datuk Bandar, Kecamatan Datuk Bandar Timur dan Kecamatan Teluk Nibung dengan total anggaran sebesar Rp20 juta per unit.
“Ke depan, pendataan warga dan survei lapangan harus dilakukan lebih cermat. Penentuannya harus berdasarkan kondisi akses jalan, distribusi air, serta kelayakan rumah penerima manfaat,” harapnya
Pemerintah Bersama Rakyat
Di balik berbagai program dan kebijakan, satu hal yang terus dijaga Mahyaruddin–Fadly adalah kedekatan dengan masyarakat. Turun ke lapangan, mendengar keluhan, dan hadir di tengah warga menjadi bagian dari gaya kepemimpinan mereka.

Visi Tanjungbalai EMAS bukan sekadar rencana di atas kertas. Ia tumbuh dari kerja nyata, keberanian mengambil keputusan, dan kesediaan berjalan bersama rakyat.
“Lima tahun ke depan tentu masih panjang. Tantangan akan terus datang. Namun, dengan langkah yang terukur dan semangat gotong royong, Tanjungbalai perlahan menapaki jalan perubahan—menuju kota yang elok wajahnya, maju pembangunannya, religius kehidupannya, dan sejahtera warganya,” tutp Mahyaruddin.
Rahmad Fansur Siregar










