Oleh Tgk H Farmadi ZA MSc
Malem adalah sebuah kosa kata dalam bahasa Aceh, yang sebagian orang mengartikan orang Malem adalah orang yang serba mengetahui dalam ilmu agama Islam. Sehingga, kebanyakan orang mengidentikkan orang Malem itu sebagai ulama.
Namun, pandangan tersebut bertolak belakang dengan pandangan di Fakulti Ilal Lahdi Dayah Manyang Puskiyai Aceh, Krueng Baru Desa Kayee Aceh, Kecamatan Lembah Sabil, Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), asuhan Tgk H Farmadi ZA MSc. Mubaligh Asia Tenggara ini dengan tegas mengatakan bahwa orang Malem belum tentu dikatakan ulama.
Sering kita dengar orang kebanyakan mengatakan bahwa seseorang itu sudah Malem karena sudah mondok selama tujuh tahun di pondok pesantren. Namun, orang tidak mengatakan bahwa orang tersebut merupakan ulama.
Abu Dayah Manyang Farmadi mengatakan, ada pemahaman yang berbeda antara Malem dan ulama. Di mana, setiap orang Malem belum tentu dikatakan ulama. Karena, kata Malem dalam bahasa Aceh agak tampil beda penelusurannya. Demikian juga, berbeda juga dengan ‘Alim (orang yang mengetahui).
‘Alim artinya dia mengetahui. Orang ‘Alim juga belum tentu jadi ulama. Karena, sebagian ada kelakuannya si ‘Alim itu yang tidak senonoh. Seperti pencabulan, pendustaan, penipuan, pengkhianatan dan lain-lain, yang tidak mencerminkan seorang ulama. Lihat penjelasan yang mana dikatakan ulama?
Kata Malem yang sering kita dengar dalam sebutan orang Aceh, lebih identik atau tertuju kepada orang yang belajar di dayah/pesantren. Karena dia lama belajar dan pandai baca kitab kuning, maka disebut Malem. Si Malem itu belum tentu mengamalkan atau melaksanakan apa yang dia baca. Maka di sini jelas orang Malem tidak dikategorikan orang yang takut kepada Allah, dia hanya sekadar pandai atau mahir membaca kitab, oleh karena itulah dia dikatakan Malem.
Kepanjangan Malem sendiri adalah: Membaca ayat Lebih Mahir (Malem). Maksudnya, dia pandai sekali membaca ayat, apakah itu ayat Alquran atau ayat ayat yang ada dalam pasal-pasal.
Sedangkan ulama adalah orang yang mengamalkan apa yang dia baca, terutama apa yang di perintahkan Allah. Jika dia tidak melaksanakan seperti yang dia baca, maka dia merasa sangat bersalah dan merasa gemetar dan takut. Karena itulah dia digolongkan orang-orang yang takut kepada Allah.
Kesimpulannya adalah, orang ‘Alim belum tentu ulama. Orang Malem juga belum bisa dikatakan ulama. Kalau ulama sudah pasti dia ”Alim. Sesuai Sabda Rasulullah SAW: ‘Ulama ummati ka Anbiyaai bani israaiil. (Ulama-ulama umatku pangkatnya selevel Nabi-Nabi bani Israil). Hal ini terdapat dalam kitab Minhajul ‘Abidin, karangan imam Ghazali, yang di syarah oleh Syeikh Daud bin Abdullah Alfathani, halaman 1 baris ke 9 dari atas.
Adapun sosok Christiaan Snouck Hurgronje seorang oerintalis yang dikirim Ke Aceh oleh Belanda tempo dulu, yang menyamar sebagai ulama yang sangat Alim. Pandai baca kitab Tuhfah dan lain-lain, juga pandai berdebat. Yang bersangkutan dikatakan malem dan Alim. Tapi dia bukan ulama, cuma berpakaian dengan pakaian ulama saja.
Sosok Cristiaan Snouck Hurgronje adalah perokok berat. Tabiat yang sering dia lakukan adalah merokok di waktu azan. Ketika ditanya pada dia, Ya Syeikh, kami mau shalat berjamaah dengan Syeikh. Dia menjawab, saya sudah jamak Taqdim. Padahal dia tak pernah shalat. Di majelisnya, dia merokok selalu. Maka karena itulah, ada beberapa orang Alim di Aceh, ketularan dengan dia merokok.(*)
Penulis adalah Pimpinan dan Guru Besar Fakulti Ilal Lahdi Puskiyai Aceh serta Mubaligh Asia Tenggara.