Scroll Untuk Membaca

Al-bayan

Labirin

Labirin
Kecil Besar
14px

Oleh Hotlan Siregar

“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan untuk (isi neraka) Jahannam kebanyakan dari jin dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah), mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu seperti binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai” (QS. Al-A’raf: 179)

Hidup adalah labirin, yakni jaringan jalan rumit dan berliku-liku, di mana manusia dijatuhkan tanpa peta, hanya dengan bekal hati, akal, dan petunjuk dari Allah. Di dalam labirin itu, manusia berjalan sejak ia lahir, dibimbing oleh kasih orang tua, dibentuk oleh lingkungan, dan kemudian melangkah sendiri dengan pilihan-pilihan yang tak berujung. Setiap simpang adalah ujian. Setiap tikungan menyimpan rahasia. Dan setiap jalan buntu mengajarkan bahwa tidak semua yang terlihat indah itu benar, dan tidak semua yang terasa mudah itu aman.

Sebagian orang memasuki labirin ini dengan kesadaran bahwa hidup hanyalah tempat persinggahan. Mereka tahu bahwa tujuan akhir bukanlah sekadar sukses dunia, tetapi ridha Allah dan surga-Nya. Mereka berjalan dengan hati-hati, menggenggam kompas iman, dan bertanya setiap saat kepada Tuhannya: “Apakah aku masih di jalan-Mu?” Sementara itu, sebagian lainnya, seperti yang digambarkan dalam ayat di atas, memilih untuk berjalan dengan mata tertutup, telinga tersumbat, dan hati yang beku. Mereka bukan tidak punya petunjuk, tetapi mereka menolak untuk melihat. Seperti orang yang diberikan peta dan lentera, tapi ia buang dan lebih percaya pada bisikan-bisikan nafsu yang menyesatkan.

Ada pula yang tersesat karena lelah. Labirin dunia memang melelahkan. Ia membuat orang bingung, frustrasi, bahkan putus asa. Banyak yang berhenti di tengah jalan, duduk di sudut labirin, menyerah pada nasib, dan berkata, “Biarlah aku di sini saja, aku sudah terlalu lelah untuk mencari jalan keluar”. Mereka lupa bahwa Allah tidak pernah meninggalkan hamba-Nya. Bahkan di sudut tergelap sekalipun, ada cahaya yang bisa memancar, jika hati masih ingin mencarinya. Allah berfirman:
“Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangkanya” (QS. At-Talaq: 2-3).

Labirin ini bukan hanya tentang kehidupan yang rumit, tetapi juga tentang pilihan. Ketika seseorang berdiri di sebuah persimpangan, ia memilih: apakah ia ingin mengikuti jalan yang penuh cahaya namun sempit, atau jalan yang luas tapi menuju jurang. Jalan cahaya itu adalah jalan iman. Sempit karena penuh pengorbanan, penuh kesabaran, penuh keikhlasan. Tapi di ujungnya, terbentang taman abadi yang tiada tara. Sementara jalan gelap itu luas dan menggoda. Ia dihiasi gemerlap dunia, tawa-tawa palsu, dan kebebasan semu. Tapi ujungnya adalah kehampaan dan penyesalan.

Sebagian orang dalam labirin hidup terlalu percaya pada logika. Mereka menganggap petunjuk Allah sebagai mitos kuno, dan lebih memilih petunjuk dari akal manusia yang terbatas. Mereka tertawa saat mendengar ayat-ayat, dan mengejek orang-orang yang berusaha istiqamah di jalan-Nya. Padahal, sebagaimana dikatakan dalam Al-Qur’an, mereka adalah orang-orang yang tersesat lebih dari binatang ternak, karena binatang tidak dibebani akal, sedangkan mereka membuang akalnya demi kesombongan.

Maka jangan menyerah. Meski jalan terasa sempit, meski langkah terasa berat, teruslah cari jalan menuju-Nya. Tangisi kesalahan, minta ampunan, dan luruskan kembali arah. Jadikan setiap dinding labirin sebagai pelajaran. Setiap jalan buntu sebagai pengingat bahwa hanya Allah yang bisa menunjukkan jalan keluar. Dan jadikan Al-Qur’an sebagai cahaya yang tak pernah padam, yang mampu menuntun keluar dari labirin ini dengan selamat. Sebab pada akhirnya, kita semua sedang berjalan menuju satu pintu. Dan hanya mereka yang membawa cahaya iman yang akan diizinkan masuk, sementara sisanya akan terus berputar dalam labirin kegelapan, sampai tak lagi ada waktu untuk kembali.

(Guru Pesantren Darul Mursyid-Tapsel)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE