Scroll Untuk Membaca

AcehAl-bayan

Tafakur Imam Abu Hatim Al Razi: Ahli Ilmu Rijal Al Hadist dan Perintis Ilmu Jarh Wa Ta’dil Dari Kota Ray – Persia Abad Ke-2 Hijriah

Tafakur Imam Abu Hatim Al Razi: Ahli Ilmu Rijal Al Hadist dan Perintis Ilmu Jarh Wa Ta’dil Dari Kota Ray – Persia Abad Ke-2 Hijriah
Kecil Besar
14px

Oleh Dr. Tgk. H. Zulkarnain, MA (Abu Chik Diglee)

Imam Abu Hatim Al Razi adalah seorang ulama besar ahli hadist dari kota Ray – Persia yang terkenal luas dan dalam ilmunya. Ia adalah ulama ahli hadist yang sangat kuat hafalannya di abad ke-2 hijriah dan sekaligus dipandang sebagai ulama yang merintis Ilmu Jarh wa Ta’dil, yaitu salah satu cabang ilmu hadist yang membahas kritik (naqd) sanad dan kritik (naqd) matan, dengan penekanan terhadap al Jarh (celaan yang ada pada sanad atau perawi) dan al Ta’dil (pujian yang ada pada sanad atau perawi).

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Oleh karena itu, Imam Abu Hatim Al Razi diberi gelar Imam al Naqid (Imam Kritikus hadist) sekaligus juga disebut sebagai Imam Bahru al ‘Ulum (Imam Lautan Ilmu-ilmu). Imam Abu Hatim Al Razi memiliki nama lengkap Imam Abu Hatim Muhammad Bin Idris Bin Al Mundzir Bin Daud Bin Mihran Al Hanzhali Al Ghathfani Al Razi ( امام ابو حاتم محمد بن ادريس بن المنذر بن داود بن مهران الحنظلي الغطفاني الرازي ) yang terkenal dengan kunya Imam Abu Hatim Al Razi.

Imam Abu Hatim Al Razi lahir di Ray – Persia pada tahun 195 Hijriah (811 M) dan wafat tahun 277 Hijriah (890 M) dalam usia 82 tahun. Imam Abu Hatim Al Razi merupakan keturunan Tamim Bin Hanzhalah Bin Yarbu’ yang masyhur dengan sebutan Al Hanzhali karena tempat tinggalnya di tepi jalan raya Hanzhalah di kota Ray – Persia.

Pengembaraan Imam Abu Hatim Al Razi dalam rangka mencari hadits dan mendalami ilmu hadist sudah dimulai dari tahun 209 Hijriah, sejak ia berusia 14 tahun. Daerah pengembaraan ilmunya meliputi wilayah Kufah, Mekkah, Madinah, Mesir, Bashrah, Damaskus, Homs, Baghdad, dan kota kota lainnya. Semua perjalanan tersebut ditempuh dengan menunggang kuda atau terkadang dengan berjalan kaki.

Hadist-hadist yang diriwayatkan oleh Imam Abu Hatim Al Razi diperolehnya melalui para gurunya. Di antara guru Imam Abu Hatim Al Razi adalah Imam Muhammad Bin Abdullah Al Anshari, Syekh Utsman Bin Al Haitsam, Syekh Affan Bin Muslim, Imam Bu Nu’aim Bin Ubaidillah Bin Musa. Syekh Adam Bin Abi Iyyas, Syekh Abu Al Yaman, Syekh Sa’id Bin Abi Maryam, Imam Abu Mashar, Syekh Zuhair Bin ‘Abbad, Imam Yahya Bin Bukair, dan lain lainnya.

Sementara murid murid yang meriwayatkan hadist dari Imam Abu Hatim Al Razi adalah Imam Abu Daud Al Sijistani, Imam Al Nasa’i, Imam Ibnu Abi Atim anaknya sendiri, Abadah Bin Sulaiman Al Muradi, Yunus Bin Abdul ‘Ala, Muhammad Bin Auf Al Tha’i, Imam Abu Zuhrah Al Razi, Imam Abu ‘Awwanah Al Isfarani, Imam Ibnu Abi Dunya, Imam Abu Zur’ah Al Dimasyqi, Imam Abu Amru Bin Hakim, Syekh Musa Bin Ishak Al Anshari, Imam Abu Hasan Al Qattan, dan Imam Abu Bishr Al Dulabi. Menurut Imam Abu Ya’la Al Khalili, Imam Abu Hatim Al Razi adalah seorang ulama yang sangat mendalam dalam hal ilmu keislaman, khususnya dalam bidang Rijal al Hadits dan al Jarh wa Ta’dil.

Imam Abu Hatim Al Razi juga piawai dalam hal Fikih. Oleh karena itu, banyak kitab ditulis oleh Imam Abu Hatim dalam bidang hadits, tafsir, dan juga fikih. Adapun beberapa kitab karya akademik dari Imam Abu Hatim Al Razi di antaranya adalah kitab ‘Ilal al Hadist, kitab al Marasil, kitab Zuhat al Tsamaniyah Min al Tabi’in, kitab al Jarh wa al Ta’dil (7 jilid), kitab Fawa’id Ahli al Ra’yi, kitab Fadha’ilal Imam Ahmad, kitab Adab Imam al Syafi’i wa Manaqibuhu, kitab Bayan Khatha’ Muhammad Bin Ismail al Bukhari fi Tarikhihi, kitab al Ma’rifat, kitab Zuhdat Tsamaniyah min al Tabi’in, kitab Ushulussunah wa I’tiqad al Din, kitab Tafsir al Qur’an al Adzim, dan kitab al Radd ‘Ala Jahmiyah.

Kitab tafsir karya Imam Abu Hatim Al Razi populer dengan nama Tafsir Abu Hatim Al Razi Musnadan ‘An al Rasul Saw wa al Shahabah wa al Tabi’in. Kitab tafsir ini terdiri atas 2 jilid dan merupakan kitab tafsir Bi al Ma’tsur yang paling banyak dirujuk oleh para mufassir dari kalangan Ahlusunnnah Waljama’ah.

Di antara para mufassir yang banyak mengutip kitab tafsir Imam Abu Hatim Al Razi ini adalah Imam Abul Fida’ Ismail Bin Katsir (tafsir Al Qur’an al ‘Adzim), Imam Jalaludin al Suyuthi (tafsir al Durrul Mansur fi al Tafsir Bi al Mansur), dan Imam Ibnu Hajar al Asqalani (tafsir al Fathu wa al Badru fi Umdat al Qari).

Di dalam kitab Siyar al Salaf al Shalihin karya Syekh Ismail al Ashbahani dan di dalam kitab ‘Uluwwu al Himmah karya Syekh Muhammad Bin Ahmad al Muqaddim disebutkan dengan jelas dan lugas bagaimana gigih dan bersusah payahnya Imam Abu Hatim Al Razi dalam mencari ilmu. Di dalam kedua kitab tersebut di atas, disebutkan bahwa Imam Abu Hatim Al Razi menempuh perjalanan sejauh 1000 ( seribu ) Farsakh atau 6000 (enam ribu) Kilometer dengan berjalan kaki untuk mengambil ilmu dari beberapa tempat yang sangat jauh.

Imam Abu Hatim Al Razi mengatakan aku mulai meninggalkan kota Ray pada tahun 213 Hijriah dengan berjalan kaki bolak-balik dari Mekkah ke Madinah untuk kemudian menuju ke Bahrain, Mesir, Ramalah, Bait al Maqdis, Tiberias, Damaskus, Homs, Antakya, Tarsus, Beit She’an, Al Raqqah, Tepi Sungai Efrath, Baghdad, Syam, Wasith, dan Kufah.

Selanjutnya, Imam Abu Hatim Al Razi mengatakan pada saat itu, aku berusia 20 tahun, dan waktu yang aku butuhkan untuk pengembaraan ilmu saat itu 7 tahun lamanya. Imam Abu Hatim Al Razi juga mengatakan aku 4 kali menunaikan ibadah haji ke Mekkah, yaitu pertama tahun 215, 235, 242, dan 255 Hijriah, dan haji terakhir itu didampingi oleh putranya yang bernama Abdurrahman yang waktu itu masih berusia 15 tahun.

Putra Imam Abu Hatim Al Razi yang bernama Abdurrahman inilah, yang menjadi penerus Imam Abu Hatim Al Razi dalam bidang ilmu Jarh wa Ta’dil dan kemudian membuat wawasan tentang ilmu Jarh wa Ta’dil semakin berkembang luas. Abdurrahman putra dari Imam Abu Hatim Al Razi ini masyhur dengan panggilan Imam Ibnu Abi Hatim Al Razi. Imam Abdurrahman atau Imam Ibnu Abi Hatim Al Razi lahir pada tahun 240 Hijriah dan wafat pada tahun 327 Hijriah dalam usia 87 tahun.

Semoga Allah Swt memberikan pahala yang banyak kepada Imam Abu Hatim Al Razi dan putranya, yaitu Imam Abdurrahman atau Imam Ibnu Abi Hatim Al Razi. Aamiin Ya Rabbal ‘Alamiin. Wallahua’lam. WASPADA.id

Penulis adalah Dosen Hadist Ahkam dan Hukum Keluarga Islam di Asia Tenggara Pascasarjana IAIN Langsa

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE