Oleh Dr. Tgk. H. Zulkarnain, MA (Abu Chik Diglee)
Rasaa’il Al Junaid adalah kitab yang berisi tentang ajaran ajaran sufistik dari imam al Junaid al Baghdadi. Kitab Rasaa’il Al Junaid ditahqiq oleh Syekh Ali Hasan Abdul Qadir ( شيخ على حسن عبد القادر ). Kitab Rasaa’il Al Junaid diterbitkan di Kairo oleh penerbit Dar Al Kutub Al Mishriyah ( دار الكتب المصرية ) pada tahun 1988 Miladiah. Kitab Rasaa’il Al Junaid terdiri atas 71 halaman, adapun isi dari kitab Rasaa’il Al Junaid terdiri dari Mukadimah atau Pengantar pada halaman Alif (ا), kemudian pada halaman 1, diikuti oleh pembahasan tentang Risalah atau Surat Abi al Qasim al Junaid Kepada Sebahagian Saudara saudaranya ( رسالة لابى القاسم الجنيد الى بعض اخوانه ).
Selanjutnya, berisi tentang pembahasan Surat Abi al Qasim al Junaid Ibn Muhammad Kepada Yahya Bin Mu’adz al Raziy ( رسالة ابى القاسم الجنيد بن محمد الى يحي بن معاذ الرازى ), dilanjutkan pembahasan tentang Kitab Risalah al Junaid Kepada ‘Amru Bin Utsman al Makkiy ( كتاب الجنيد الى عمرو بن عثمان المكى ), Kitab Risalah al Junaid Kepada Ya’kub Yusuf Bin al Husain al Raziy ( كتاب الجنيد الى ابى يعقوب يوسف بن الحسين الرازى ), Kitab Al Fana’ ( كتاب الفناء ), Kitab Al Mitsaq atau Perjanjian ( كتاب الميثاق ), Kitab Fi Al Uluhiyah atau Ketuhanan ( كتاب فى الالوهية ), Kitab Perbedaan Antara Al Shidiq atau Kejujuran dan Al Ikhlash atau Keikhlasan ( كتاب الفرق بين الصدق و الاخلاص ), Kitab Fi Al Tauhid atau Penyatuan ( كتاب فى التوحيد ), Kitab Adab Al Mufatakir Ila Allah atau Adab Orang Yang Membutuhkan Allah ( كتاب ادب المفتقر الى الله ), Terakhir membahas tentang Kitab Dawa’ Al Tafrith atau Obat Kelalaian dan Melampaui Batas ( كتاب دواء التفريط ).
Di dalam kitab Rasaa’il Al Junaid, pada saat pembahasan tentang Surat al Junaid kepada sebagian saudara-saudaranya pada bahagian akhir, imam al Junaid menuliskan, Semoga Allah Swt menjadikan kami dan kamu termasuk kekasih terdekat-Nya, yang mendapat tempat terbaik di Hadirat-Nya. Karena sesungguhnya Tuhanku Maha Mendengar dan Maha Dekat.
Kemudian, di dalam Mukadimah atau Pengantar kitab Rasaa’il Al Junaid yang ditahqiq oleh Syekh Ali Hasan Abdul Qadir selaku pentahqiq kitab menuliskan sebagai berikut: هذه الرساءل الصوفية للاءمام الجنيد بن محمد، امام هذه الطاءفة فى زمانه، هى الرساءل التى يطلع العلماء و الباحثون فى التصوف الى كشفها و قد بقيت مكتومة طيلة هذه القرون منذ القرن الثالث الهجرى، ففى هذا القرن لم يكن للتصوف كتب تحدد مبادءه و تشرح اصوله، فى الوقت الذى كان للمعارف الاءسلامية من العلوم الاخرى دراسات معروفة و كتب منشورة، و لكن التصوف كانت مباده غير معروفة ولانزال اقرب الى الاءلحاد و الزندقة غير مقبولة عند الناس، و هذا ما جعل الجنيد و اغلب رفاقه لا يسجلون افكارهم و ارءهم و ابقاءها من الاسرار، اكتفاء بتبليغها للمريدين عن طريق التلقى…
Artinya, ini adalah kumpulan surat surat sufistik imam al Junaid Ibn Muhammad, seorang tokoh terkemuka ulama tashawuf pada masanya, yang coba diungkap rahasianya oleh para ulama dan peneliti tashawuf. Surat-surat ini terkubur dengan segala rahasianya selama beberapa abad, tepatnya sejak abad ke-3 Hijriah. Pada abad tersebut, tashawuf belum memiliki kitab-kitab ataupun catatan catatan yang menentukan prinsip prinsip dasar dan penjelasan penjelasan tentang ajaran pokok tashawuf. Padahal pada saat yang bersamaan, ilmu ke-Islam-an lainnya telah memiliki forum-forum studi yang populer dan telah memiliki buku-buku yang diterbitkan secara luas.
Adapun tashawuf, belum memiliki dasar-dasar dan prinsip-prinsip keilmuan yang dikenal luas. Bahkan masyarakat dikala itu, cendrung menganggapnya kufur dan ateis, sehingga tashawuf di era itu tidak mudah diterima. Faktor realitas seperti inilah yang mendorong al Junaid al Baghdadi dan sebagian besar sahabatnya tidak mencatat pendapat dan pemikiran-pemikiran tashawuf mereka, sehingga menjadikan pandangan tashawuf tetap dalam rahasia. Penyampaian tashawuf hanya mengandalkan kepada pola penyampaian talaqqi (secara langsung) kepada murid-muridnya.
Selanjutnya, Syekh Ali Hasan Abdul Qadir di dalam Mukadimah tahqiq kitab Rasaa’il Al Junaid menulis sebagai berikut : و يعتبر الجنيد عند علماء التصوف سيد هذه الطاءفة و مقدم هذه الجماعة، وامام هذه الخرقة، و شيخ طريقة التصوف، و علم الاولياء فى زمانه و بهلوان العارفين- كما يصرح بذلك السبكى فى طبقاته جزء واحد، صحيفة، ٢٨٠. Artinya, Al Junaid dalam pandangan ulama tashawuf merupakan pemimpin dan pelopor utama dalam hal memperkenalkan risalah risalah tashawuf yang sebelumnya tersimpan. Imam Al Junaid Al Baghdadi adalah imam besar, pioner para wali pada masanya dan sekaligus ahli ma’rifat terkemuka. Hal ini sebagaimana yang ditegaskan oleh imam Al Subuki di dalam kitab Al Thabaqatnya, Juz,1, Halaman, 280.
Selanjutnya, di dalam kitab Rasaa’il Al Junaid pada penbahasan tentang Surat Abu Al Qasim Al Junaid Bin Muhammad Kepada Amru Bin Utsman Al Makki disebutkan, Orang yang bodoh berasumsi bahwa ia telah memilih alasan yang tepat terhadap suatu persoalan yang ia sebenarnya tidak mengerti, ia dalam kebutaan yang gelap ketika berbicara. Orang yang bodoh sering mengutarakan hal yang tidak relevan dengan realita, bahkan ia berilusi bahwa dirinya termasuk pendengar yang baik dalam upaya memahami sebuah pengertian yang sesungguhnya ia sendiri tidak memahaminya. Oleh karena itu orang yang bodoh selalu merasa dirinya pintar.
Berikutnya, inti ajaran Imam al Junaid al Baghdadi di dalam kitabnya Rasaa’il Al Junaid adalah tiga pilar pokok pemikiran tashawuf, yaitu, Al Mitsaq (Perjanjian), Al Fana’ (Hilangnya Kesadaran Diri), dan Al Tauhid (Penyatuan). Adapun Imam al Junaid al Baghdadi memiliki nama lengkap Imam Abu al Qasim al Junaid Bin Muhammad Bin al Junaid al Nahawandi al Baghdadi al Khazzaz al Qawariri al Syafi’i, yang masyhur dengan sebutan imam al Junaid al Baghdadi.
Imam al Junaid al Baghdadi sendiri lahir di Nihawand – Persia, kemudian dibawa keluarganya menetap di Baghdad tempat imam al Junaid al Baghdadi belajar fikih madzhab Syafi’i melalui murid langsung imam al Syafi’i yang bernama Abu Tsaur al Kalbi. Kemudian, imam al Junaid al Baghdadi lahir pada tahun 830 Miladiah dan wafat di Baghdad – Irak, pada tahun 910 Miladiah dalam usia 80 tahun dan dimakamkan di kompleks masjid Syekh Junaid al Baghdadi di Baghdad – Irak.
Selain itu, imam al Junaid al Baghdadi mempelajari tashawuf pada pamannya yang bernama Syekh Al Sari Al Saqati. Tashawuf imam al Junaid al Baghdadi sangat menekankan pentingnya keselarasan antara ajaran ajaran Al Qur’an dan al Sunnah dengan praktik pengamalan dalam kehidupan, dengan mengikuti kaidah kaidah syari’at.
Salah satu ungkapan menarik dari imam al Junaid al Baghdadi sebagaimana yang dikutip oleh imam al Kurani di dalam kitab Ithaaf al Dhaki adalah, Pengetahuan kami tentang tashawuf ini terikat dengan Al Qur’an dan al Sunnah. Hal ini merupakan indikasi yang jelas bahwa ajaran tashwuf, menurut imam al Junaid al Baghdadi tidak boleh bertentangan dengan al Qur’an dan al Sunnah serta harus benar benar sesuai dengan ketentuan yang diatur di dalam kaidah-kaidah syari’at Islam.
Selanjutnya, berkaitan dengan Nihawand tempat kelahiran dan asal leluhur imam al Junaid al Baghdadi terletak di provinsi jibal – Persia. Kota Jibal mulai dikuasai bangsa Arab pada tahun 17 sampai tahun 21 Hijriah (638 – 641 M) di era khalifah sayidina Umar Bin Khatab. Kota Nihawand merupakan pintu gerbang untuk memasuki kawasan lain di wilayah Persia yang sangat strategis. Para sejarawan Persia menuliskan bahwa kota Nihawand salah satu kota yang sangat indah, sanqat subur dan paling dingin di tanah Persia.
Di samping itu, kota Nihawand merupakan penghasil sayur-mayur dan buah buahan terbesar di seluruh Persia. Kota Nihawand terletak di daerah pegunungan dengan rumah rumah yang dibuat dari tanah liat. Sejarawan Ibnu Hauqal menyebutkan bahwa kota kelahiran dan asal keluarga imam al Junaid al Baghdadi yaitu Nihawand, sebagai kota terpenting yang ramai dikunjungi banyak pedagang luar dan kaya akan tanah pertanian yang subur.
Oleh karena itu, imam al Qariri menyebut bahwa imam al Junaid al Baghdadi juga dikenal dengan panggilan al Khazzaz yang artinya pedagang sutra kasar dan pamannya diberi julukan al Saqati yang artinya pedagang rempah rempah. Kepindahan keluarga besar imam al Junaid al Baghdadi ke Baghdad membuat al Junaid al Baghdadi dapat berguru secara lansung tentang ilmu tashawuf dan fikih madzhab Syafi’i kepada Syekh al Sari al Saqati, Syekh al Harits al Muhasibi, dan Syekh Tsaur Ibrahim Bin Khalid al Kalbi al Baghdadi, yang ketiganya merupakan ulama-ulama yang masyhur di Baghdad pada era tersebut.
Banyak ilmu dan juga ketauladanan yang ditinggalkan oleh imam al Junaid al Baghdadi, yang membuat setiap orang bisa mengambil ilmu dan bercermin padanya dan untuk hal tersebut
Kita do’akan semoga Allah Swt memberikan balasan kebaikan kepada imam al Junaid al Baghdadi yang telah mewariskan ilmunya kepada umat dan dunia Islam. Aamiin Ya Rabbal’alamiin. Wallahua’lam.
Penulis adalah Dosen Hadist Ahkam dan Hukum Keluarga Islam di Asia Tenggara Pascasarjana IAIN Langsa
Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel : https://whatsapp.com/channel/0029VaZRiiz4dTnSv70oWu3Z dan Google News Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News ya.