
MEDAN (Waspada) : Longsor besar Sibolangit yang terjadi sepekan terakhir ini, mengakibatkan putusnya akses jalan Medan – Berastagi merupakan bencana 30 tahun. Di mana longsor besar terakhir terjadi pada 1994, di koridor koridor jalan Tirtanadi ke Sembahe.
“Longsoran terbesar sejak 1994, di mata air Lau Kaban. Waktu itu saya melakukan penelitian dalam rangka menemukan tambahan air bersih PDAM Tiirtanda Sibolangit. Beberapa hari lalu terjadi longsor besar besaran di kawasan Lau Betimus, yang merupakan koridor jalan Tirtanadi ke Sembahe. Jadi 30 tahun ini kembali terjadi longsor besar,” ungkap Pakar Geologi Indonesia, Jonathan I Tarigan kepada Waspada melalui keterangn visual saat melakukan peminjaman langsung pasca longsor di kawasan Lau Kaban, Deli Serdang, Rabu (4/12/2024).

Menurut Jonathan, dari topografi tebing tebing terjadi longsor yang cukup luas di Lau Betimus, longsoran yang cukup besar sejak tahun 1994.
Saat itu, Jonathan melakukan pengukuran pengukuran retakan dikawasan ini, bebatuan di kawasan ini telah mengalami retakan retakan itu bisa disebabkan Tektonik. Bidang bidang retakan batu mengarah ke Timur juga Timur barat yang membela bebatuan.
“Dari mata air Lau Kaban sampai Sembahe atau sejauh 3,5-4 km, dari punggung bukit kawasan Tirtanadi ini, masa batuan nya tersusun batuan apung dari letusan Gunung Sibayak. Batuan itu berkarakter bersifat rawan dan rentan terhadap erosi. Begitu air terakumulasi di massa batuan kemudian tertarik grafitikasi air dengan mudah longsor ke lembah,” terang satu satunya ahli Geologi di Medan yang akrab disapa Pak Jo.
“Itulah sebetulnya yang terjadi di kawasan ini. Pertama dari batuan sensitif erosi, dan kedua stabilitas masa batuan ini yang sudah tercacah retakan,” tambah Pak Jo.
Lebih lanjut dikatakannya, longsor yang terjadi beberapa hari lalu bisa disebabkan tetonik dan gempa bumi yang menyebabkan patahan patahan, patahan ini dinamakan patahan Tanjung Morawa.
Cekungan ini disebut gerakan. Gerakan gerakan itu membuat masa baru itu tercacah cacah, kemudian tebing yang curam dan goncangan goncangan yang terjadi terus menerus oleh lalu lintas bisa mempengaruhi stabilitas dari masa batuan itu.
Jadi kata Pak Jo, itu faktor faktor yang menentukan longsor. Selanjutnya curah hujan yang ekstrem yang cukup tinggi melumasi masa batuan sehingga gaya beratnya meluncur ke arah lembah,” jelasnya.
“Itu lah mekanisme terjadinya longsor di segmen Sibolangit dari Tirtanadi sampai Sembahe,” jelasnya.
Untuk mengantisipasi terjadinya longsor besar dan menjauhkan jatuhnya korban jiwa, jadi apa yang harus kita lakukan?
“Mungkin memasang jaring jaring di tebing tebing yang rawan longsoran.
Jaring baja, tanggul, tembok tembok, retaining wall, dinding penahan. Perlu juga dipikirkan jalan alternatif, bisa dari Bandar Baru ke arah Bebekum, Delitua terus ke Medan. Longsor koridor jalan Tiirtanadi ke Sembahe ini bisa menjadi alternatif dan lebih aman,” pungkasnya. (j01/m28)