Scroll Untuk Membaca

BudayaPendidikan

Kolaborasi Seni Rupa dan Kriya IKJ: Dari Distraksi hingga Kemanusiaan

Kolaborasi Seni Rupa dan Kriya IKJ: Dari Distraksi hingga Kemanusiaan
Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan IKJ, Dr Citra Smara Dewi bersama Dekan FSRD IKJ, Dr Adlien Fadlia dan Kaprodi Seni Rupa Murni Jimmy Ivan Suhendro di acara pembukaan Pameran Kolaborasi FSRD IKJ, Kamis (25/9/2025). Pameran berlangsung sejak 25 September sampai 5 Oktober 2025 di Galeri S. Sudjojono, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta.
Kecil Besar
14px

JAKARTA (Waspada.id): Puluhan dosen dan alumni Program Studi (prodi) Seni Rupa Murni dan Kriya Seni Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Kesenian Jakarta (FSRD IKJ) menggelar pameran bersama. Prodi Seni Rupa Murni mengambil judul ‘Distrak’, sedangkan Prodi Kriya Seni dengan judul ‘Kriya Kini’. Pameran  bersama ini digelar sejak 25 September sampai 5 Oktober 2025 di Galeri S. Sudjojono, Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta.

Dekan FSRD IKJ, Dr. Adlien Fadlia, S.Sn., M.Ds, mengatakan pameran Distrak #4 mencoba membaca gagasan tentang distraksi lewat paradigma berbeda.Di sini, distraksi tidak hanya dipahami sebagai gangguan, melainkan sebagai peluang untuk membuka jalur lain, tempat di mana perhatian bisa berpindah, dan cara pandang baru dapat muncul.

“Bagi seniman, distraksi bisa menjadi jeda: kesempatan untuk menyaring hiruk-pikuk dan menghadirkan ruang kontemplasi. Ia juga bisa menjadi pelarian yang justru produktif, karena mengarahkan kita pada imajinasi yang berbeda dari arus utama,” ujar Adlien.

“Distraksi bahkan bisa melahirkan ruang alternatif, tempat gagasan yang tersembunyi menemukan bentuknya,” imbuhnya.

Ditambahkan Adlien, karya-karya dalam pameran ini dapat dibaca sebagai undangan untuk memasuki momen-momen distraksi. Ia mungkin terasa ringan seperti hiburan, mungkin juga mengusik, atau justru menyingkap sesuatu yang selama ini terlewat. Dalam semua kemungkinan itu, distraksi menghadirkan peluang untuk menengok ulang realitas yang kita jalani bersama.

Alih-alih dimaknai sekadar pengalih perhatian, Distrak #4 melihat distraksi sebagai jeda. Jeda yang memberi kesempatan untuk menata ulang pandangan kita, dan dalam momen itu, barangkali muncul cara lain untuk melihat keseharian yang terasa akrab, tapi sebenarnya penuh kemungkinan.

Distraksi juga dapat dipahami sebagai penundaan kecil dari arus yang terlalu cepat. Ia tidak selalu berarti kehilangan fokus, melainkan ruang singkat untuk memperhatikan yang sering luput atau merasakan hal-hal yang jarang kita beri waktu.

“Dengan begitu, distraksi menjadi bagian dari pengalaman bersama yang ditawarkan pameran ini: sederhana, kadang ringan, mungkin juga mengusik, namun selalu membuka peluang untuk menemukan kembali dunia dari sudut yang berbeda,” sambung Adlien.

Sedangkan pameran Kriya Kini pada tahun ini merupakan yang ke-6 kalinya dilaksanakan. Pameran ini mengikutsertakan dosen, mahasiswa, dan para alumni Prodi Kriya Seni. Pada tahun ini, Pameran Kriya Kini mengangkat konsep Art Craft and Humanities yang bermaksud bahwa keanekaragaman karya dari para peserta pameran terlahir dengan latar belakang yang tidak terpisahkan dari nilai kemanusiaan dalam proses penciptaan karyanya.

Konsep tersebut mencakup nilai estetika (keindahan), moral dan etika (pelestarian budaya, tanggung jawab sosial), spiritual dan religius (makna mendalam dalam praktik), serta praktis dan fungsional (kegunaan benda). Humanities juga berperan dalam memahami ekspresi manusia, pengetahuan dan analisis kritis, serta kreativitas yang terkandung dalam setiap karya kriya, di mana seniman mengeksplorasi bentuk dan nilai-nilai kemanusiaan lainnya.

Dikatakan Adlien, seni kriya telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya Indonesia selama berabad-abad, dengan kehadiran yang stabil dan konsisten. Meskipun dalam perjalanan yang pelan namun pasti, seni kriya tetap menjadi kekuatan yang tak terbantahkan dalam industri kreatif.

“Seni kriya telah menjadi salah satu penyumbang devisa negara tertinggi dalam sub-sektor industri kreatif di Indonesia,”ujar Adlien.

Di tengah gempuran teknologi yang menawarkan kemudahan dan kecepatan, seni kriya masih menjadi pilihan utama bagi mereka yang menghargai keunggulan craftsmanship, orisinalitas, keunikan dan keindahan yang merupakan bagian dari nilai-nilai kemanusiaan.

“Namun, manusia tetap harus beradaptasi dengan teknologi dengan cara bijaksana dan bertanggung jawab untuk menjaga nilai-nilai kemanusiaan,”sambung Adlien.

Peserta pameran Distrak #4 di antaranya: Agoes Salim, Budi Panca Mulia Tobing, Deny Rusanto, Dolorosa Sinaga, Fachriza Jayadimansyah, Firman Lie, Guntur Wibowo, Jimmy Ivan Suhendro, Muna Diannur, Supriyanto, Tri Aru Wiratno.

Peserta pameran Kriya Kini #6 di antaranya: Alexandra Noelle Mulyadi, Bennywood’s, Dwi Budi Prasetyo, Eugenia Natania Andina, Fitriani, Flojo, Fransisca Putri Anggarrani, FX Lintang Krishna A, Hasbimo, Lastio Lubis, Lucky Wijayanti, Lusiana, Marvella Yohana, Muahmmad Habibunnazar, Melly Kartiwi, Menik Retnadi, Nimas Primarani, Pimpi Sharley Naomi, Ratu Vanessa Blandina, Sonny Muchlison, Tri Wahyuni H, Wiwik Kustini, Deandra Mayra Arishanty Irawan. (id11)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE
Pendidikan

JAKARTA (Waspada): Untuk ke-8 kalinya, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Kesenian Jakarta (FSRD IKJ) menggelar Cikini Fashion Festival (CiFFest) 2024. Pada tahun ini CiFFest dilaksanakan selama empat hari dari…