Scroll Untuk Membaca

Budaya

Moccak, Seni Budaya Bela Diri Khas Batak Angkola

Moccak, Seni Budaya Bela Diri Khas Batak Angkola
Atraksi jurus Moccak Angkola yang diperagakan peserta pelatihan dasar di Bagas Godang Pijorkoling. (Waspada.id/Sukri Falah Harahap)
Kecil Besar
14px

Moccak adalah gerakan jurus silat dan tarian tradisional khas masyarakat Batak Angkola di Kota Padangsidimpuan, Kabupaten Tapanuli Selatan, Padanglawas dan Padanglawas Utara. Minus Mandailing di Mandailing Natal.

Dulu, anak muda Angkola belajar seni bela diri Moccak untuk pertahanan diri manakala ada yang mengganggu, melawan bandit, pencuri dan pemerkosa gadis kampung.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Bagi pengawal kerajaan, diwajibkan belajar dan menguasai ilmu Moccak. Agar dapat melindungi raja, keluarga raja dan istana kerajaan yang dalam Batak Angkola disebut Bagas Godang.

“Generasi muda Angkola sudah sangat minim minatnya belajar Moccak. Sehingga seni bela diri dan budaya warisan leluhur ini langka dan harus dilestarikan,” kata Raja Bagas Godang Pijorkoling, Basa Sahala Harahap gelar Sutan Enda Kumala Angkola.

Safwan Dalimunta (kiri) bersama Sutan Enda Kumala dan Roni Saputra Siregar saat ditemui di Bagas Godang Pijorkoling. (Waspada.id/Sukri Falah Harahap)

Sebulan terakhir, (2 Oktober – 30 Oktober 2025) Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah II (BPK Wil.II) Sumatera Utara, Dirjend Kebudayaan, Kementrian Kebudayaan, menggelar Revitalisasi Moccak Angkola dengan program Pelatihan Dasar Moccak di Bagas Godang Pijorkoling, Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara, Kota Padangsidimpuan.

Program pelatihan dasar Moccak ini digelar bekerjasama dengan Perkumpulan Kesenian Lubuk Raya. Artinya, program ini nantinya bisa saja digelar di seluruh Bagas Godang yang ada di Kota Padangsidimpuan. Mungkin juga di Tapsel, Paluta dan Palas.

Koordinator pelatihan, Roni Saputra Siregar, menyebut Pelatihan Dasar Moccak ini adalah bagian dari upaya pemerintah melestarikan seni budaya Moccak Angkola yang mulai langka dan nyaris punah.

“Butuh waktu enam tahun, dari 2019 sampai 2025, memperjuangkan agar pemerintah memperhatikan pelestarian Moccak Angkola ini,” kata Roni dan Sutan Enda Kumala di Bagas Godang Pijorkoling, Kamis (30/10/20205).

Tadinya, mereka mengusulkan 100 pemuda Kota Padangsidimpuan sebagai peserta pelatihan. Namun karena efisiensi anggaran, maka peserta Pelatihan Dasar Moccak ini terbatas hanya 30 orang.

Dari perjalanan panjang perjuangan yang telah dilalui, Roni dan Sutan Enda Kumala sangat bersyukur. Karena niat tulus dan ikhlas mereka melestarikan seni budaya Moccak terwujud dengan lancar dan tuntas.

Pelatihan Dasar Moccak selama sebulan di Bagas Godang Pijokoling dengan peserta 30 orang pemuda dari berbagai penjuru Kota Padangsidimpuan, berjalan lancar dengan dibimbing Pelatih (Maestro) Moccak, Safwan Dalimunthe alias Cakwan.

“Moccak adalah pencak silat, namun beda daerah beda penyebutan. Saya cari dimana-mana dan juga di internet, Moccak itu hanya di Angkola. Di Mandailing ada Moncak dan Cilek, di Tapanuli bagian Utara ada Mossak dan di Minang ada Cilek,” kata Safwan.

Pria yang berguru di lima perguruan silat ini menceritakan, Moccak itu hakikatnya terdiri dari dua fungsi, yakni perkelahian dan tari. Pada saat perkelahian atau pertempuran, semua jurus dilepas dengan tujuan menangkis dan memukul lawan.

Sedangkan saat tari menyambut tamu maupun pesta adat, gerakan Moccak tidak untuk menyerang lawan. Tetapi menunjukkan jurus-jurus Moccak dengan jarak tertentu antara Parmoccak (sebutan Angkola untuk pesilat) dengan maksud menghibur.

“Saat menari Moccak, dibutuhkan kesabaran dan kematangan menahan emosi. Jika lepas emosi, gerakan yang muncul bukan lagi gerakan menari. Tetapi akan saling serang antara Parmoccak,” jelasnya.

Makanya pelatihan dasar Moccak Angkola ini sangat dibutuhkan. Selain mengajarkan jurus-jurus Moccak, para peserta juga diajarkan kesabaran dan pengendalian emosi oleh pelatih atau maestro.

Minat generasi muda Angkola berkurang terhadap Moccak, setelah adanya padepokan atau perguruan bela diri dari luar daerah, seperti karate, judo, tinju, muay thai dan lainnya. Apalagi setelah mereka banyak menyaksikan penggunaan senjata api lewat game dan film.

“Parmoccak itu penuh rahasia, harus menyembunyikan kemampuan dan dilarang untuk menonjolkan diri. Sedangkan generasi muda sekarang lebih bangga menunjukkan otot dan kemampuan bela diri. Pengamatan saya, hal ini juga salah satu penyebab mengurangi minat pada Moccak,” ujarnya.

Raja Bagas Godang Pijorkoling Sutan Enda Kumala bersama Safwan Dalimunthe dan Roni Saputra Siregar bertekad melanjutkan program pelatihan Moccak Angkola. Pelatihan dasar ini adalah awal dari pelestarian seni budaya warisan lelulur Angkola.

Namun, terkendala biaya dan butuh bantuan donatur dan pemerintah. Menurut hitungan mereka, untuk 30 orang peserta, sekali pertemuan latihan membutuhkan biaya Rp300 ribu. Maka untuk setahun dengan tiga kali pertemuan setiap pekan butuh Rp12 juta.

Peserta pelatihan akan disebar menjadi pelatih Moccak, program ekstrakurikuler, di sekolah-sekolah. Dengan demikian, generasi muda Angkola di tiga kabupaten dan satu kota akan mengenal seni bela diri dan budaya warisan leluhur bernama Moccak.

Sukri Falah Harahap

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE