KISARAN (Waspada.id): Penampilan seni adat Melayu mampu mewarnai dan memukau masyarakat pada malam ke-8 Pagelaran Seni dan Budaya Daerah Kabupaten Asahan 2025, Sabtu (11/10) malam.
Awal pertujukan, dengan menampilkan tarian tradisional, sinandong (nyanyian lembut), hingga atraksi pencak silat memukau penonton yang datang dari Asahan dan daerah tetangga seperti Batubara, Tanjungbalai, dan Serdangbedagai. Meski sempat diguyur hujan, semangat para seniman muda tidak surut.
Ketua Majelis Adat Budaya Melayu Indonesia (MABMI) Asahan, Cakra Bakti, menyampaikan apresiasinya atas keterlibatan generasi muda dalam pelestarian Budaya Melayu.
“Sekitar 80 persen penampil malam ini adalah anak muda. Ini bukti semangat melestarikan budaya masih kuat,” kata Cakra.
Pelestarian budaya, menurut Cakra, harus menjadi tanggung jawab bersama, tidak hanya oleh masyarakat adat, tetapi juga pemerintah daerah dengan memberikan dukungan dan ruang bagi kegiatan budaya atau kegiatan positif lainnya.
“Kami dari MABMI berharap Pemkab Asahan terus melibatkan kami dalam kegiatan budaya daerah. Dengan sinergi ini, kita bisa membangun kecintaan generasi muda terhadap seni dan tradisi Melayu agar tidak hilang dimakan zaman,” jelas Cakra.
Etnis Melayu juga menampilkan pertunjukan istimewa berupa Tari Gubang. Tarian ini merupakan salah satu tarian tradisional khas Melayu yang sarat makna, menggambarkan ungkapan syukur para nelayan ketika angin datang setelah berdoa agar dapat kembali melaut.
Tari Gubang sendiri telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2017 oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Keberadaan tarian ini menjadi bukti nyata bahwa budaya Melayu Asahan menyimpan nilai-nilai luhur yang terus relevan dengan kehidupan masyarakat masa kini. (Id40)