Scroll Untuk Membaca

Budaya

Puisi Pekan Ini

Kecil Besar
14px

Dari Wajahmu Kubaca Negeriku

dari wajahmu yang dilukiskan merakyat

kubaca negeriku

: antrian rakyat mengemis minyak goreng

meski negeri ini adalah kebun sawit terluas,

: pajak naik disusul listrik, bpjs dan sembako

meski pengangguran terus membesar.

dari wajahmu yang dipotretkan sederhana

kubaca negeriku

: dibentang karpet merah untuk anak-menantu

disaat jutaan pemuda gagap menata hidupnya.

: dirangkai mulus jalan oligarki untuk korupsi

disaat jutaan mulut rakyat menganga hampa.

dari wajahmu yang diceritakan lugu

kubaca negeriku

: suara rakyat dibungkam sampai sepi

meski ketidakadilan semakin nyata.

: para penentang dicap radikal dan dibui

meski penjilat terus membunuh demokrasi.

dari wajahmu yang dikisahkan jujur

kubaca negeriku

dikelola dengan muslihat dan kebohongan

rakyat dibelah untuk saling berhadapan

dan kini

: negeriku retak menuju pecah!

                                                            -medan, 11.04.2022.

Bentangan Jarak Itu, Rio

kuteramat faham

tentang rindumu yang sangat

pada sang bayangan cahayamu

yang dapat memudar agar dapat terlihat tujuan bersama.

kuteramat faham

tentang rindumu yang sangat

pada sang penyeka airmatamu

dan penuntun saat kalutmu.

hingga akupun teramat faham

: itu adalah dia

tempat kau serahkan sepenuh jiwaragamu

tempatmu ingin bertemu selamanya!

kuteramat faham

rindumu yang sangat itu

adalah bentangan jarak – jauh,

semakin jauh di antara kita.

maka kupasrah

saat kau lirihkan queen oprah

“you can love someone

and still choose

to say goodbye to them.

you can miss a person everyday

and still be glad

that they’re no longer”.

bentangan jarak yang menjauh itu

: kufaham

teramat sangat, rio!

Medan, 30.03.2022

Negeri Dhedheldhuwel

ini negeri dhedheldhuwel

tempat dimana para penguasa

adalah pemilik tunggal kebenaran

walau mulutnya bleketrek

lakunya pun belangbelonteng.

dan engkau, wahai rakyat,

cumalah seonggok tai penyumbang upeti

untuk kelangsungan kekuasaan mereka.

ini negeri dhedheldhuwel

tempat dimana para penguasa

boleh menjewer dengan lencana di dada kemeja

bebas menteror dengan tongkat komando di tangan

membungkam segala protes perlawanan.

dan engkau, wahai rakyat,

jangan berani menyanggah kedzaliman

tak usah gagah menentang ketidakadilan

sebab

: penguasa adalah pemilik tunggal kebenaran!

sungguh,

ini negeri dhedhelduwel.

dan sebagai rakyat

engkau mesti siap diiris,

diuleg atau dipreteli kapan saja

sebab

: demokrasi tak laku di negeri ini!

Medan, 05.01.2022

Harapku Memburam

harapku makin memburam

menyiksa rindu yang melayang hampa

mengoyak cabik gairahku

tau tau adakah kelak tepiannya

padamu.

akh

keberanianpun menipis teriris

nyaris menenggelamkan

tak tau akankah rindu yang tetap kudekap

atau lari jauh menjauh

darimu.

kuletih

: entah sampai kapan!

Batam, 21.03.2022.

Choking Susilo Sakeh lahir di Medan pada 15 September 1955. Jurnalis senior Sumatera Utara yang pernah menjadi Ketua Panwaslu Sumut pada Pemilu 2004 dan juga Sekum Komda PSSI Sumut ini, adalah salah seorang penyair dan sastrawan senior Sumut yang masih terus aktif menulis hingga hari ini. Karya-karya Ketua Majelis Kesenian Medan (MKM) ini, baik berupa puisi, cerita pendek maupun esai, selain diterbitkan di banyak media nasional dan disertakan dalam sejumlah antologi, juga telah diterbitkan sebagai buku tunggal. “Diantaranya adalah kumpulan puisi “Percakapan Anjing” dan “Kamus Cakap Anak Medan.” (red)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE
Budaya

Membaca Aceh, Membaca Cinta Seorang Hamba seperti isyarat gerimis. Hatijatuh dalam kabut pada gegap gempitakemeriahan. Renyuh ketika orang-orangmenanggalkan permusuhan separah apapun bentuk lukajahiti saja dengan benang silaturahim biar bulan menaridi atas…

Budaya

   Di Hutan Insomniaku Di hutan insomniakuAku berharap tidak menjadi sesuatu yang singkatMemeluk impianku yang basahMenjauhkan kematianku Ada yang bergerak dalam bayanganDimana udara dipenuhi sirene ambulanOrang-orang berlari meninggalkan detak jantungnyaMengumumkan kematianmu Di hutan…

Budaya

  Akulah Lelaki Kecil Itu Akulah lelaki kecil ituyang menggores pilu ceritaperjalanan panjangmembawa bekal bayangan tubuhdalam setiap langkah menelusuri lorongdi bawah teriknya matahari. Akulah lelaki kecil ituyang senantiasa diberi mainan bola panas…

Budaya

Kalau Takut Kalau kau takut padakujangan beri aku bungawalau hanya sekelopakberi aku anggurbiar mabukmenceracau namamu Kalau kau takut merindujangan kau kenang sejarahperaduan simpan lukisankisah cinta tak bermuara Kalau kau takut mencintajangan lintaskan wajahkudalam…

Budaya

Dari yang Melarut(Kepada Angin yang Rindu) Asin laut ibu yang memecah ombakdalam geliat malam di ujung karangbulan tersangkut di jaring nelayansampan kehilangan arah tujuangulita menenggelamkan segala bayangan Asam gunung bapak…