Scroll Untuk Membaca

Citizen Journalism

Maulid Nabi yang Menyatukan Kebersamaan di Tumpok Tengoh Aceh Tamiang

Maulid Nabi yang Menyatukan Kebersamaan di Tumpok Tengoh Aceh Tamiang
Kecil Besar
14px

Di tengah derasnya arus modernisasi dan menurunnya minat generasi muda terhadap kegiatan keagamaan, masyarakat Aceh Tamiang justru menunjukkan hal yang berbeda. Mereka tetap setia menjaga tradisi dan semangat religius yang diwariskan turun-temurun. Salah satu buktinya tampak dalam perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW 1447 H/2025 M di Meunasah Babul Ikhsan, Desa Tumpok Tengoh, Kecamatan Bendahara, Kabupaten Aceh Tamiang, Minggu (19/10).

Suasana penuh kekhidmatan menyelimuti halaman meunasah sejak pagi. Lantunan shalawat menggema, menyatukan hati warga dalam satu semangat meneladani akhlak Rasulullah SAW. Di bawah tenda sederhana, ratusan jamaah duduk bersila mengikuti acara dengan penuh rasa syukur dan persaudaraan.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Perayaan maulid ini menghadirkan penceramah muda, Ustad Zainuddisyah, S.H, yang mengangkat tema “Mari jadikan Maulid Nabi Muhammad SAW sebagai momentum untuk meneladani akhlak Rasulullah dalam kehidupan sehari-hari”. Dalam ceramahnya, ia mengingatkan bahwa cinta kepada Nabi tidak berhenti pada perayaan seremonial, melainkan harus diwujudkan melalui perilaku dan amal nyata.

“Rasulullah tidak hanya mengajarkan ibadah, tetapi juga akhlak yang luhur. Bila kita mencintai beliau, maka buktikan dengan jujur, amanah, dan peduli terhadap sesama”, ujar Ustad Zainuddisyah dalam tausiah yang menyejukkan hati.

Masyarakat Tumpok Tengoh mempersiapkan acara ini dengan semangat gotong royong. Para ibu menyiapkan hidang dareut atau nasi dan lauk khas Aceh yang disajikan dalam talam besar, sementara para pemuda mendirikan tenda dan menghias meunasah dengan deretan bunga telur maulid berwarna-warni. Semua dilakukan dengan niat tulus untuk memuliakan kelahiran Rasulullah.

Tradisi ini telah berlangsung turun-temurun dan menjadi bagian penting dalam menjaga kekompakan masyarakat. “Maulid bukan hanya ibadah, tapi wadah silaturahmi. Inilah momen di mana semua warga berkumpul tanpa melihat status atau jabatan, semuanya sama di hadapan Allah,” tuturnya. Tradisi peringatan maulid di Aceh Tamiang memiliki makna sosial yang dalam. Ia bukan sekadar pesta religius, melainkan ekspresi kebersamaan dan solidaritas. Nilai-nilai Islam berpadu indah dengan budaya lokal seperti gotong royong, kebersamaan, dan penghormatan terhadap tamu menjadi cerminan dari ajaran Rasulullah yang hidup dalam keseharian masyarakat.

Di sela-sela acara, tawa anak-anak berpadu dengan lantunan zikir dan doa. Sementara para orang tua saling bertegur sapa, mengenang masa lalu, dan berbagi cerita penuh hikmah. Pemandangan sederhana namun penuh makna ini memperlihatkan bahwa spiritualitas tidak harus megah, cukup dengan ketulusan hati dan rasa syukur yang mendalam.

Ustad Zainuddisyah menutup tausiahnya dengan pesan moral yang menyentuh, “Maulid seharusnya menjadi momen memperbaiki diri. Jangan hanya memuji Nabi dengan kata, tapi tirulah beliau dengan perbuatan”. Pesan itu menggugah kesadaran bersama tentang pentingnya menghidupkan nilai-nilai Rasul dalam dunia yang kian materialistis.

Usai acara, masyarakat bersama-sama menikmati hidangan maulid. Tradisi makan bersama ini tidak hanya sekadar makan, tetapi simbol kesetaraan dan kasih sayang. Tak ada yang merasa lebih tinggi, semua duduk sejajar, saling menyuap dan saling berbagi. Di situlah makna sejati ukhuwah terasa nyata.

Dalam konteks sosial hari ini, tradisi seperti di Tumpok Tengoh menjadi napas kehidupan masyarakat Aceh. Di tengah gempuran budaya digital yang serba cepat dan individualistis, kegiatan maulid mengingatkan bahwa nilai-nilai agama dan budaya lokal tetap relevan untuk menjaga harmoni dan persaudaraan.

Perayaan Maulid Nabi di Meunasah Babul Ikhsan bukan hanya mengenang kelahiran Rasulullah, tetapi juga memperlihatkan bahwa cinta kepada Nabi masih hidup di hati umatnya. Selama nilai-nilai itu dijaga dan diwariskan, masyarakat Aceh akan selalu damai, bersatu, dan penuh berkah.

Penulis : Putri Amalia Barakah, Mahasiswa IAIN LANGSA Prodi Bimbingan dan Konseling Islam

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE
Citizen Journalism

Tidak semua anak mudah menceritakan masalahnya. Ada yang memilih diam, menyimpan luka, dan terlihat baik-baik saja padahal sebenarnya rapuh. Mereka bukan tidak ingin berbagi, hanya bingung bagaimana memulainya. Kata-kata terasa…

Aceh

LANGSA (Waspada): Sebanyak 427 lulusan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Langsa dilantik pada wisuda Tahap I sarjana Strata I dan magister Strata II tahun 2025, di Aula Laboratorium Terpadu kampus…

Aceh

LANGSA (Waspada): Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan (FTIK) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Langsa Dr. Amiruddin Yahya Azzawiy, MA kukuhkan 80 guru profesional Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Batch…