Perkembangan teknologi digital telah membawa transformasi signifikan dalam dunia pendidikan, termasuk dalam layanan bimbingan dan konseling di sekolah. Jika dahulu ruang BK identik dengan percakapan tatap muka di balik pintu tertutup, kini guru bimbingan konseling dihadapkan pada tantangan dan peluang baru di tengah pesatnya digitalisasi. Kemajuan teknologi dan fenomena globalisasi telah mengubah arena pendidikan, termasuk peran dan tuntutan yang dihadapi oleh guru BK dalam memberikan layanan kepada siswa.
Peran guru BK di era digital menjadi semakin kompleks dan beragam, tidak hanya sebagai pendengar dan pemberi solusi secara konvensional, tetapi juga sebagai fasilitator yang mampu mengintegrasikan teknologi dalam proses konseling. Guru BK kini dituntut untuk menyediakan bimbingan dan konseling melalui platform digital seperti konseling online via chat atau video call menggunakan WhatsApp, Google Meet, Zoom, atau aplikasi khusus konseling. Hal ini membuat layanan BK lebih fleksibel dan inklusif, mampu menjangkau siswa yang sulit ditemui secara langsung. Selain itu, guru BK juga dapat memanfaatkan media sosial seperti Instagram, TikTok, atau YouTube untuk membagikan konten edukatif seputar kesehatan mental, motivasi belajar, hingga tips menghadapi masalah remaja dengan cara yang lebih kreatif dan menarik bagi generasi digital.
Namun, di balik peluang tersebut, guru BK menghadapi berbagai tantangan yang tidak mudah untuk diatasi. Tantangan pertama adalah perubahan pola komunikasi siswa, di mana anak-anak zaman sekarang lebih nyaman berkomunikasi lewat chat daripada berbicara langsung. Hal ini mengharuskan guru BK untuk beradaptasi dengan gaya komunikasi yang berbeda agar tetap bisa masuk ke dunia siswa dan membangun kedekatan emosional meskipun melalui media digital. Tantangan kedua adalah maraknya permasalahan dunia maya yang kini menjadi bagian dari kehidupan siswa, seperti cyberbullying, kecanduan gadget, krisis identitas karena media sosial, hingga paparan konten negatif. Permasalahan ini menuntut guru BK untuk memiliki pemahaman mendalam tentang dinamika digital dan dampaknya terhadap kesehatan mental siswa.
Kesenjangan digital menjadi tantangan ketiga yang cukup serius, karena tidak semua guru BK fasih menggunakan teknologi dan tidak semua sekolah memiliki fasilitas digital yang memadai. Kesenjangan ini dapat menghambat pemanfaatan teknologi dalam layanan konseling dan menciptakan ketimpangan akses bagi siswa yang membutuhkan bantuan. Tantangan keempat berkaitan dengan menjaga privasi dan kerahasiaan di dunia digital, karena layanan konseling online harus tetap profesional dan menjaga etika di ruang digital yang serba cepat dan terbuka. Isu keamanan dan privasi data siswa, termasuk risiko pencurian identitas dan serangan siber, menjadi perhatian serius yang harus dikelola dengan hati-hati oleh guru BK.
Untuk menghadapi tantangan tersebut, guru BK perlu mengembangkan berbagai kompetensi digital yang esensial. Kompetensi teknologi menjadi hal utama, di mana guru BK harus menguasai teknologi yang digunakan oleh siswa seperti media sosial, aplikasi chatting, dan platform pembelajaran online. Guru BK juga harus memiliki keterampilan dalam teknik bimbingan dan konseling online agar dapat memberikan layanan secara efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan siswa di era digital. Pemahaman tentang kesehatan mental, literasi digital, etika digital, dan keamanan siber juga menjadi kompetensi penting yang harus dimiliki agar dapat memberikan panduan yang tepat kepada siswa.
Strategi inovatif yang dapat diterapkan guru BK antara lain mengembangkan konten digital seperti video tutorial, infografis, atau e-book untuk mempermudah siswa dalam memahami materi bimbingan. Guru BK juga dapat membuat grup atau forum online, website atau blog, papan bimbingan online, bahkan menggunakan aplikasi konseling online untuk memperluas jangkauan layanan. Kolaborasi dengan aplikasi edukasi dan integrasi teknologi seperti AI chatbots, e-supervision systems, serta pemanfaatan aplikasi konseling berbasis mobile menjadi inovasi yang mulai berkembang dalam manajemen bimbingan konseling digital.
Dalam memberikan bimbingan karir, guru BK di era digital perlu memberikan informasi tentang karir yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja saat ini, termasuk peluang karir di bidang teknologi yang terus berkembang. Guru BK juga harus menjadi role model digital yang baik bagi siswa dengan menunjukkan perilaku digital yang positif, menginspirasi siswa untuk menggunakan teknologi secara bijak, dan memiliki pemahaman yang baik tentang keamanan siber. Peran sebagai fasilitator dan mediator juga penting, di mana guru BK menempatkan diri sebagai mitra dalam proses pembelajaran dan bimbingan, bukan sebagai otoritas tunggal.
Era digital bukan penghalang, melainkan jembatan baru bagi guru BK untuk lebih dekat dengan siswa. Tantangan yang ada justru menjadi motivasi untuk terus berinovasi dan mengupdate strategi, tools, serta pendekatan agar tetap sesuai dengan kebutuhan siswa yang terus berubah. Yang paling penting adalah siswa merasa didengar, diterima, dan dipahami, apapun medianya. Oleh karena itu, diperlukan peningkatan kompetensi digital konselor, penguatan regulasi etika, dan dukungan kebijakan institusional untuk memastikan keberlanjutan dan relevansi layanan BK digital di masa depan.
Penulis: Putri Haji Maufiqa Mahasiswa BKI IAIN Langsa


















