Sejatinya wartawan bukan pemeras, bukan begal moral, melainkan penjaga demokrasi dan akal sehat bangsa.
Indonesia kembali diguncang kabar memalukan: empat orang wartawan gadungan ditangkap Tim Jatanras Polda Jawa Tengah saat beraksi memeras warga di Boyolali. Ironinya, mereka bukan pemain tunggal. Mereka bagian dari sindikat preman berkedok wartawan, anggotanya lebih dari 175 orang, beroperasi di lintas provinsi. Modus mereka mengintai, memotret diam-diam, lalu mengancam mempublikasikan dengan iming-iming “berita” jika korban tak menyetor hingga ratusan juta rupiah.
Ini bukan kriminal biasa. Gerombolan Ini telah melakukan penghinaan terhadap profesi jurnalistik dan pemerkosaan marwah kebebasan pers! Bahkan para penjahat ini mencatut nama media besar seperti kompas dan detik.com, mengaku-ngaku wartawan, lalu bertindak seperti begal intelektual: memburu target kaya, pejabat, hingga dokter dengan modus aib dan intimidasi.
Sialnya, kejahatan ini sudah berlangsung sejak 2020 dan diduga meluas ke hampir seluruh pulau Jawa, bahkan merembet ke daerah lain seperti Aceh dan Sumatera Utara. Para pelaku tidak hanya menginjak harga diri profesi wartawan sejati, tapi juga menebar ketakutan, mencoreng kepercayaan publik, dan merusak sendi demokrasi.
Kepolisian patut diapresiasi karena berhasil membongkar sebagian kelompok ini. Tapi ini baru permukaan. Seluruh anggota sindikat harus diburu, ditangkap, dan dijerat pasal maksimal. Tidak cukup hanya dengan pasal pemerasan. Jika perlu, hukum ditambah dengan pencemaran nama baik institusi pers dan tindak pidana terorganisir.
Kini saatnya Dewan Pers dan seluruh organisasi profesi jurnalis seperti PWI, AJI, dan IJTI bangkit satu suara: bersihkan parasit yang mencemari profesi mulia ini. Sudah cukup wartawan yang benar-benar bekerja menyuarakan kepentingan rakyat dan menegakkan nilai-nilai kebenaran menanggung stigma buruk gara-gara ulah kriminal berseragam pers.
Jangan beri ruang kompromi. Jangan beri ruang maaf kepada para penjahat berkedok jurnalis ini. Karena sejatinya wartawan bukan pemeras, bukan begal moral, melainkan penjaga demokrasi dan akal sehat bangsa. Ayo kita bongkar sindikat wartawan gadungan dan media abal-abal yang kian meresahkan ini, di manapun mereka beraksi!