Scroll Untuk Membaca

Ekonomi

Ada Agenda Ekonomi Besar Pekan Ini, IHSG Dan Rupiah Berpeluang Menguat

Ada Agenda Ekonomi Besar Pekan Ini, IHSG Dan Rupiah Berpeluang Menguat
Kecil Besar
14px

MEDAN (Waspada.id): Pelaku pasar keuangan global tengah menanti sejumlah agenda ekonomi besar yang diprediksi akan menjadi penentu arah pergerakan pasar dalam sepekan ke depan. Salah satu yang paling ditunggu adalah keputusan kebijakan moneter Bank Sentral Amerika Serikat (The Fed) terkait suku bunga acuan.

Spekulasi pemangkasan bunga acuan kembali menguat setelah data inflasi AS pada September mencatat kenaikan 0,3 persen secara bulanan atau 3 persen secara tahunan. Angka tersebut masih sesuai ekspektasi pasar, sehingga memunculkan optimisme bahwa The Fed akan mulai memangkas suku bunga dalam waktu dekat.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Menurut Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, rencana penurunan bunga acuan tersebut berpotensi memberikan sentimen positif bagi pasar keuangan Asia, termasuk Indonesia.

“Ekspektasi pemangkasan suku bunga The Fed memberikan ruang penguatan bagi IHSG dan rupiah. Investor melihat peluang arus modal asing akan kembali masuk ke pasar negara berkembang, termasuk Indonesia,” ujar Gunawan, Senin (27/10).

Gunawan menjelaskan, di awal pekan ini bursa saham Asia dibuka menguat seiring dengan optimisme pasar global. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka naik ke level 8.322, sedangkan rupiah sempat melemah tipis di kisaran Rp16.610 per dolar AS.

Namun secara teknikal, Gunawan menilai pergerakan IHSG masih berpotensi menguat dalam rentang 8.270 hingga 8.350, sementara rupiah berpeluang bergerak di kisaran Rp16.570–Rp16.650 per dolar AS.

“Pasar masih berhati-hati menjelang keputusan suku bunga The Fed dan pertemuan penting antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping yang dijadwalkan berlangsung Kamis depan,” jelasnya.

Sementara itu, harga emas dunia pada awal pekan ini bergerak melemah ke level US$4.077 per troy ounce, atau setara sekitar Rp2,18 juta per gram. Meski melemah, Gunawan menilai emas masih memiliki potensi rebound.

“Ada dua faktor yang bisa mendorong penguatan emas. Pertama, potensi pemangkasan bunga acuan The Fed, dan kedua, hasil negosiasi dagang AS–China. Jika pembicaraan kedua negara belum menemukan titik temu, maka emas akan kembali jadi aset lindung nilai favorit,” ungkapnya.

Namun demikian, Gunawan menilai pelaku pasar cenderung wait and see pada pekan ini, sembari menanti kejelasan arah kebijakan moneter dan hasil pertemuan ekonomi global tersebut. (id09)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE