JAKARTA (Waspada): Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, akibat kenaikan harga makanan minuman (khususnya beras) dan tembakau angka inflasi Januari 2023 sebesar 0,34 persen (month-to-month/mtm).
Capaian tersebut membuat angka inflasi dari tahun ke tahun (year-on-year) menjadi 5,28 persen jika dibandingkan dengan Januari 2022.
“Pada Januari 2023 terjadi inflasi 0,34 persen secara bulanan [mtm]. Inflasi ini relatif lebih rendah dibandingkan Januari 2022 sebesar 0,56 persen,” ujar Kepala BPS Margo Yuwono, Senin (2/1/2023) di Jakarta.
Margo menuturkan komoditas penyumbang inflasi tertinggi secara bulanan, antara lain beras, cabai merah, ikan segar, cabai rawit dan rokok kretek filter.
Sedangkan kelompok penyumbang deflasi, yaitu tarif angkutan udara, bensin dan telur ayam ras.
“inflasi beras pada Januari 2023 sebesar 2,34 telah memberikan andil 0,07 persen, lebih tinggi dari Desember 2022 yang inflasinya 2,30 persen,” tutur Margo.
Margo melanjukan, ada 90 kota mengalami kenaikan indeks harga konsumen atau IHK inflasi. Angka inflasi tertinggi terjadi di Gunung Sitoli 1,87 persen, sementara deflasi terdalam di Timika -0,6 persen.
Inflasi terjadi akibat imbas perayaan Natal dan Tahun Baru 2023. Capaian tersebut membuat laju inflasi secara tahunan sudah menembus persen 5,51 persen (year-on-year/yoy).
“Inflasi tahunan Januari relatif masih tinggi karena merupakan akumulasi perubahan harga dalam setahun terakhir, termasuk inflasi pasca penyesuaian BBM.
“Tapi jika dibandingkan Desember 2022 inflasi Januari 2023 mengalami pelemahan, karena inflasi tahunan pada Desember 2022 sebesar 5,51 persen. Jadi ada pelemahan di Januari ini,” ujar Margo
Penyumbang inflasi berasal dari tarif angkutan udara sebesar 1,81 persen, diikuti bahan bakar rumah tangga sebesar 0,85 persen, bensin 0,81 persen.
Kemudian beras 0,80 persen, rokok kretek filter 0,30 persen dan bawang merah memiliki andil sebesar 0,30 persen,” ujarnya.
Inflasi Di Sumatera
Margo menyampaikan di Pulai Sumatera kota yang mengalami inflasi tertinggi yaitu di Bukitinggi sebesar 7,17 persen,
Maluku dan Papua tertinggi di Manokwari sebesar 6,08 persen dan terendah Sorong 0,23 persen,
Jawa tertingi di kota Bandung sebesar 7,37 persen, Sulawesi tertinggi di Kotamobagu sebesar 7,42 persen dan Bali-Nusa Tenggara yaitu di Kota Kupang 7,04 persen. (J03)












