Ekonomi

Bank Sentral China Tahan Bunga, Harga Emas Cetak Rekor Tertinggi Baru

Bank Sentral China Tahan Bunga, Harga Emas Cetak Rekor Tertinggi Baru
Kecil Besar
14px

MEDAN (Waspada.id): Kebijakan Bank Sentral China (People’s Bank of China/PBoC) yang mempertahankan suku bunga pinjaman di level 3 persen memberikan sentimen positif bagi pasar keuangan Asia. Di tengah pekan perdagangan yang relatif singkat, kebijakan tersebut menjadi salah satu agenda utama yang diperhatikan pelaku pasar global.

Pengamat Pasar Keuangan Sumatera Utara, Gunawan Benjamin, menilai keputusan PBoC untuk menahan suku bunga menjadi angin segar bagi pasar saham regional, termasuk Indonesia.
“Kebijakan moneter China yang stabil memberi sinyal dukungan terhadap pertumbuhan ekonomi kawasan. Ini terlihat dari mayoritas bursa saham Asia yang bergerak menguat,” ujar Gunawan, Senin (22/12/2025).

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Di pasar domestik, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat dan bergerak di kisaran level 8.629 pada awal perdagangan. Meski pekan ini diwarnai sejumlah rilis data ekonomi penting, termasuk data pertumbuhan ekonomi Amerika Serikat kuartal III, Gunawan memproyeksikan pergerakan pasar akan cenderung terbatas.

“Pasar keuangan masih akan bergerak dalam rentang yang relatif sempit. Pelaku pasar cenderung bersikap wait and see sambil menunggu arah kebijakan global selanjutnya,” jelasnya.

Sementara itu, nilai tukar Rupiah terpantau menguat tipis ke level Rp16.730 per dolar AS. Sentimen positif dari kebijakan PBoC turut menopang mata uang Asia. Namun, di sisi lain, kenaikan imbal hasil US Treasury tenor 10 tahun serta penguatan indeks dolar AS masih menjadi tekanan tersendiri bagi Rupiah.

“Rupiah masih berpeluang berfluktuasi dan berpotensi melemah terbatas. Secara teknikal, Rupiah diproyeksikan bergerak di kisaran Rp16.720 hingga Rp16.770 per dolar AS,” kata Gunawan.

Di pasar komoditas, harga emas dunia kembali mencetak rekor tertinggi baru dengan menembus level 4.381 dolar AS per ons troy. Kenaikan ini didorong oleh meningkatnya spekulasi pasar terkait peluang pemangkasan suku bunga acuan The Federal Reserve pada tahun depan.

Meski telah berada di level tertinggi, Gunawan menilai harga emas masih memiliki peluang untuk melanjutkan penguatan, meskipun risiko aksi ambil untung (profit taking) tetap membayangi.

“Secara fundamental, emas masih mendapat dukungan kuat dari ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter global. Namun dengan kenaikan yang sangat tajam, potensi koreksi jangka pendek tetap perlu diwaspadai,” ujarnya.

Saat ini, harga emas dunia jika dikonversikan ke pasar domestik diperdagangkan di kisaran Rp2,37 juta per gram, menegaskan daya tarik emas sebagai aset lindung nilai di tengah ketidakpastian global. (id09)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE