JAKARTA (Waspada.id): Bank Indonesia (BI) mengakui, penurunan suku bunga kredit terbilang masih sangat terbatas, meski suku bunga acuan atau BI Rat sudah enam kali turun (total 125 bps) dan terakhir di level 4,75 persen.
“Suku bunga kredit perbankan baru turun 7 bps,” ujar Gubernur BI Perry Warjiyo, dalam konferensi pers Rapat Dewan Gubernur (RDG) BI Bulan September 2025 yang digelar secara virtual di kutip Kamis, (18/9/2025).
Sebenarnya, lanjutnya, BI sudah melihat beberapa penurunan suku bunga imbas dari kebijakan pemangkasan BI rate, mulai dari suku bunga uang, suku bunga sekuritas rupiah Bank Indonesia (SRBI), serta yield surat berharga negara (SBN).
Perry menjelaskan, salah satu alasan yang membuat suku bunga kredit belum turun secara signifikan utamanya bersumber dari sisi permintaan kredit.
Menurutnya, belum kuatnya perkembangan kredit dipengaruhi oleh sikap menunggu pelaku usaha (wait and see), serta lebih besarnya pemanfaatan dana internal untuk pembiayaan usahanya, yang dinilai menjadi penyebab.
“Kenapa kredit belum tumbuh kuat? Karena dari sisi permintaan kredit masih terdapat undisbursed loan yang besar,” imbuh Perry.
Dari catatan BI, rasio undisbursed loan atau fasilitas kredit yang belum ditarik nasabah mencapai hingga Rp 2.372,11 triliun, atau 22,71 persen dari plafon kredit yang tersedia.
Undisbursed loan terbesar terutama pada sektor industri, pertambangan, jasa dunia usaha, dan perdagangan, dengan jenis kredit modal kerja.
“Jadi, kredit yang sudah diberikan bank itu pun memang juga belum semuanya digunakan oleh perbankan,” jelas Perry.
Deputi Gubernur BI Juda Agung menambahkan, penurunan BI rate sebesar 125 bps sejak September 2024, masih direspons sangat terbatas oleh perbankan.
Suku bunga dana pihak ketiga (DPK) hanya turun 16 bps, dan suku bunga kredit bahkan lebih rendah lagi, yakni sebesar 7 bps.
“Kemudian dengan adanya tambahan likuiditas, dibarengi ada penurunan BI Rate lagi, maka kami harapkan perbankan juga terus merespons transmisi suku bunga ini, dan juga melalui transmisi kredit,” harap Juda.
Dia mengaku, masih optimistis pertumbuhan kredit pada tahun 2025 masih bergerak di kisaran yang diprediksi, yakni 8-10 persen.
Angka tersebut ditopang perbaikan dari sisi likuiditas dan suku bunga, serta belanja pemerintah yang lebih banyak diimplementasikan pada semester II tahun ini.
Diketahui, pertumbuhan kredit perbankan pada Agustus 2025 belum begitu kuat yakni sebesar 7,56 persen, meningkat dibandingkan Juli 2025 sebesar 7,03 persen. (id88)