MEDAN (Waspada.id): Langkah Bank Indonesia (BI) melakukan intervensi di pasar valuta asing berhasil menghentikan tren pelemahan Rupiah pada perdagangan Jumat (26/9). Rupiah yang sempat tertekan hingga Rp16.770 per dolar AS, berbalik menguat dan ditutup di level Rp16.720 per dolar AS pada sesi sore.
Penguatan Rupiah tersebut memberi sentimen positif ke pasar saham. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang sempat melemah di awal sesi, justru ditutup menguat 0,73 persen ke level 8.099—posisi penutupan tertinggi sepanjang perdagangan hari ini.
Menurut Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, intervensi BI menjadi faktor kunci dalam menahan tekanan Rupiah dan mengerek kinerja IHSG.
“Menit-menit akhir jelang penutupan perdagangan, kita melihat intervensi BI sangat efektif. Hal ini membuat Rupiah menguat dan IHSG justru berbalik menutup pekan di zona hijau,” jelas Gunawan.
Sejumlah saham unggulan yang menopang kenaikan IHSG di antaranya BUMI, BRPT, ANTM, UNVR, hingga GOTO. Sementara itu, saham sektor farmasi bergerak tidak seragam setelah Amerika Serikat mengumumkan kenaikan tarif impor obat-obatan hingga 100 persen. Saham Kalbe Farma (KLBF) justru menguat, sedangkan Kimia Farma (KAEF) melemah.
“Sentimen dari kebijakan AS ini memang dikhawatirkan bisa menekan sektor farmasi, tetapi dampaknya tidak menyeluruh. Investor tetap selektif,” tambah Gunawan.
Di sisi lain, harga emas dunia relatif stabil pada akhir pekan, diperdagangkan di kisaran 3.744 dolar AS per troy ons atau sekitar Rp2,02 juta per gram. (id09)