JAKARTA (Waspada): Bank Indonesia (BI) telah menyiapkan dua program utama dalam menggenjot realisasi ekspor tahun ini. Dalam rangka mengurangi dampak pandemi kepada eksportir, dengan memanfaatkan momentum peningkatan permintaan negara mitra dagang dan kenaikan harga komoditas dunia
“Pertama, program dengan perpanjangan batas waktu pengajuan pembebasan Sanksi Penangguhan Ekspor (SPE) sampai dengan 31 Desember 2022,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo usai rapat Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Rabu (2/2).
Upaya lainnya, lanjut Perry, BI akan memfasilitasi penyelenggaraan promosi perdagangan dan investasi serta melanjutkan sosialisasi penggunaan mata uang lokal atau Local Currency Settlement (LCS) bekerja sama dengan sejumlah negara mitra.
“Indonesia telah menyepakati kerangka kerja LCS dengan empat negara yaitu China, Jepang, Malaysia, dan Thailand,” ujarnya.
Perry menambahkan, KKSK akan mendorong seluruh pelaku usaha ekspor di Indonesia untuk memanfaatkan sejumlah insentif tersebut. Dengan begitu, neraca dagang Indonesia diharapkan kembali mencetak surplus di tahun ini.
Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) Sri Mulyani Indrawati mengatakan, saat ini pihaknya tengah merumuskan langkah-langkah kebijakan dalam meminimalkan scarring effect dampak pandemi covid-19.
“Scarring effect adalah kondisi di mana masyarakat takut untuk membelanjakan dan menginvestasikan uangnya,” jelas Sri Mulyani yang juga menteri keuangan.
Pemerintah telah berupaya meminimalkan scarring effect di masayarakat melalui berbagai cara. Misalnya, OJK telah mengeluarkan kebijakan restrukturisasi kredit dan pembiayaan, dan LPS menetapkan tingkat bunga penjaminan yang rendah dan memberikan relaksasi denda keterlambatan pembayaran premi penjaminan perbankan.
Dengan dukungan dari berbagai kebijakan elemen KSSK tersebut, pemulihan ekonomi telah terjadi hampir di semua sektor dan juga semakin merata. Meski demikian, kecepatan pemulihan dari berbagai sektor masih sangat tergantung pada jenis aktivitas usaha dan dampak dari pandemi terhadap sektor-sektor tersebut.
“Ini lah yang disebut sebagai scarring Effect yang KSSK akan terus meneliti dan kemudian merumuskan langkah-langkah di dalam rangka untuk meminimalkan scarring Effect,” ujarnya. (J03)