JAKARTA (Waspada.id): Biaya pendidikan anak yang terus melonjak dari tahun ke tahun menjadi salah satu tantangan finansial terbesar bagi kebanyakan orang tua. Dengan kenaikan biaya di kisaran 10-15% per tahun, diperlukan strategi yang matang agar dana pendidikan anak bisa tercapai sesuai rencana.
Dalam upaya mencari solusi inovatif untuk pendanaan pendidikan, sebuah terobosan tak lazim ini layak dipertimbangkan, yakni berinvestasi untuk masa depan pendidikan anak melalui instrumen obligasi. Strategi ini menawarkan pendekatan yang unik dan berpotensi sangat menguntungkan bagi orang tua yang ingin mempersiapkan biaya pendidikan anak mereka sejak dini.
Obligasi, yang sering dianggap sebagai instrumen investasi konservatif, kini menunjukkan sisi lain yang sangat menarik. Dibandingkan dengan produk investasi lain yang sudah lazim seperti reksa dana, obligasi menawarkan stabilitas dan pendapatan tetap, menjadikannya pilihan yang ideal untuk tujuan jangka panjang seperti dana pendidikan.
“Di tengah kenaikan biaya pendidikan yang terus menanjak, obligasi menawarkan kombinasi antara stabilitas, kepastian imbal hasil, dan keamanan dana pokok. Strategi ini bukan sekadar cara berinvestasi, tetapi sebuah perencanaan cerdas untuk memastikan masa depan anak tidak terganggu oleh ketidakpastian ekonomi,” jelas Head of IPOT Fund & Bond, Dody Mardiansyah.
Mengapa Obligasi Cocok untuk Dana Pendidikan?
Dody menjelaskan obligasi yang merupakan surat utang menawarkan sejumlah keunggulan yang membuatnya ideal untuk tujuan jangka panjang ini. Ada 4 alasan mengapa investasi obligasi cocok untuk dana pendidikan anak.
Pertama, imbal hasil stabil dan terukur. Dibandingkan instrumen lain, obligasi memberikan kupon atau bunga yang tetap dan dibayarkan secara berkala. Hal ini memungkinkan orang tua untuk memprediksi potensi keuntungan dan merencanakan tujuan finansial dengan lebih pasti.
Kedua, risiko relatif rendah. Khususnya pada obligasi pemerintah yang dijamin oleh negara, risikonya tergolong sangat kecil. Ini menjadikannya pilihan aman, bahkan bagi investor pemula. Sementara itu, obligasi korporasi juga memiliki risiko yang lebih rendah dibanding saham.
Ketiga, pilihan jatuh tempo bervariasi. Obligasi menawarkan tenor yang beragam, mulai dari beberapa bulan hingga puluhan tahun. Hal ini memudahkan orang tua menyesuaikan investasi dengan jangka waktu kebutuhan dana pendidikan, baik untuk jenjang TK, SD, SMP, hingga perguruan tinggi.
Keempat, sarana diversifikasi portofolio. Kinerjanya yang cenderung stabil, bahkan saat pasar saham bergejolak, membuat obligasi sangat cocok untuk diversifikasi portofolio.
Strategi Investasi Obligasi yang Efektif
Dody menambahkan agar investasi obligasi bisa optimal, berikut beberapa strategi yang dapat diterapkan:
Pertama, tentukan jangka waktu dan target dana. Hitung estimasi biaya pendidikan di masa depan dan kapan dana tersebut dibutuhkan. Ini akan membantu Anda memilih produk obligasi dengan tenor yang tepat.
Kedua, investasi konsisten dan bertahap. Mulai investasi sedini mungkin dengan nominal terjangkau. Efek bunga berbunga (compounding) akan bekerja maksimal seiring waktu dan konsistensi.
Ketiga, diversifikasi jenis obligasi. Kombinasikan obligasi pemerintah dan obligasi korporasi untuk meraih imbal hasil optimal tanpa mengambil risiko berlebihan. IPOT Bond, tempat jual beli obligasi pemerintah dan korporasi dengan harga lebih murah dari sebelah, yield lebih tinggi, transaksi lebih cepat, dan bisa transaksi kapan saja.
Keempat, investasikan kembali kupon. Gunakan keuntungan dari kupon obligasi untuk diinvestasikan kembali. Strategi ini akan mempercepat pertumbuhan aset Anda.
Strategi investasi ini sangat cocok untuk orang tua yang memiliki jangka waktu investasi yang cukup panjang, idealnya 5-10 tahun atau lebih, dan yang memprioritaskan keamanan dana di atas potensi keuntungan yang sangat tinggi. Strategi ini adalah cara yang cerdas dan terukur untuk memastikan bahwa biaya pendidikan anak tidak menjadi beban finansial di masa depan.
Menurut Dody, pendekatan ini mungkin terdengar tidak lazim, tetapi di tengah ketidakpastian ekonomi, langkah yang terencana dan konservatif sering kali merupakan yang terbaik. Ia mendorong orang tua untuk mulai memikirkan instrumen investasi ini sebagai bagian dari strategi perencanaan dana pendidikan anak.
“Kami mendorong orang tua untuk memandang obligasi bukan sekadar produk investasi, melainkan instrumen strategis untuk menyiapkan generasi berikutnya. Dengan disiplin dan perencanaan sejak dini, obligasi dapat menjadi ‘maraton finansial’ yang membawa keluarga mencapai tujuan pendidikan tanpa terbebani,” pungkasnya. (id09)