Scroll Untuk Membaca

Ekonomi

Bulog Gencar Intervensi Pasar Dengan SPHP, Harga Beras Turun Namun Belum Merata

Bulog Gencar Intervensi Pasar Dengan SPHP, Harga Beras Turun Namun Belum Merata
Badan Urusan Logistik (Bulog) Sumatera Utara terus menggencarkan distribusi beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP).
Kecil Besar
14px

MEDAN (Waspada.id): Badan Urusan Logistik (Bulog) Sumatera Utara terus menggencarkan distribusi beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP). Hingga September, distribusi beras SPHP disebut sudah mencapai 9.100 ton. Langkah tersebut dinilai cukup efektif menahan laju kenaikan harga, meskipun penurunan harga beras belum sepenuhnya merata di seluruh daerah.

Ketua Tim Pemantau Harga Pangan Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, distribusi SPHP terbukti mampu meredam harga beras. Namun, pantauan di sejumlah pasar masih menunjukkan perbedaan tren harga.

“Ada daerah yang harga berasnya turun, tapi ada juga yang justru mengalami kenaikan,” jelasnya, Selasa (16/9).

Mengacu data Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), harga beras medium di Kota Medan tercatat turun dari rata-rata Rp14.500–14.800 per Kg (10/9) menjadi Rp14.400–14.650 per Kg hari ini. Penurunan serupa terjadi di Gunung Sitoli, dari Rp14.900–15.750 per Kg (10/9) menjadi Rp14.800–15.150 per Kg.

Namun kondisi berbeda terlihat di Sibolga. Rata-rata harga beras medium justru naik dari Rp15.050 menjadi Rp15.150 per Kg. Meski begitu, untuk jenis beras medium lainnya di kota tersebut sempat turun tipis dari Rp14.850 (10/9) menjadi Rp14.800 per Kg.

Secara keseluruhan, rata-rata harga beras medium di Sumut turun dari Rp14.800–14.500 (10/9) menjadi Rp14.650–14.400 per Kg saat ini. Menurut Gunawan, penurunan harga tersebut sejalan dengan meningkatnya pasokan beras di wilayah Sumut.

“Puncak pasokan beras tertinggi di Sumut terjadi di bulan September ini. Saya perkirakan mencapai 272 ribu hingga 299 ribu ton,” ujar Gunawan.

Meski begitu, ia menegaskan penurunan harga beras kali ini tidak sepenuhnya alami, melainkan banyak ditopang oleh intervensi Bulog. “Saya khawatir kalau tidak ada intervensi Bulog, harga beras sebenarnya bisa lebih tinggi setelah musim panen besar tahun ini berakhir,” katanya.

Gunawan juga menyoroti kondisi cadangan beras Bulog yang dinilainya perlu dicermati. Menurutnya, jika stok tersebut hanya berasal dari serapan gabah petani dalam negeri, maka suplai di lapangan sebenarnya tidak mengalami perubahan besar.

“Situasinya akan berbeda bila cadangan beras Bulog ditambah dengan stok dari impor. Itu bisa memberi jaminan lebih terhadap ketersediaan di pasar,” tambahnya.

Lebih jauh, Gunawan menilai penurunan harga beras saat ini belum signifikan. Dari hasil perhitungannya, harga beras hanya turun kurang dari Rp2.000 per Kg dibandingkan level tertingginya pada Juli lalu.

“Artinya, meskipun turun, harga beras masih bertahan di level tinggi. Saya memprediksi harga beras berpotensi kembali naik menjelang akhir tahun, khususnya setelah masa panen raya terlewati,” ungkapnya.

Ia pun mengingatkan masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi kenaikan harga di kuartal IV. Menurutnya, kebijakan Bulog memegang peran penting dalam menjaga stabilitas harga menjelang akhir tahun. (id09)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE