MEDAN (Waspada.id): Sejumlah data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang dirilis lebih baik dari perkiraan justru menjadi kabar buruk bagi mata uang Rupiah pada perdagangan Jumat (26/9). Rupiah terpantau semakin melemah hingga menyentuh level Rp16.770 per dolar AS di sesi pagi, mendekati titik psikologis Rp16.800.
Pertumbuhan ekonomi AS pada kuartal II tercatat naik 3,8 persen, lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya di kisaran 3,3 persen. Begitu juga dengan permintaan barang tahan lama (durable goods) yang naik 2,9 persen, padahal sebelumnya dikhawatirkan bakal kontraksi. Klaim awal pengangguran pun hanya 218 ribu, lebih rendah dari ekspektasi 233 ribu.
Menurut Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, perbaikan indikator ekonomi AS ini langsung mengerek imbal hasil US Treasury 10 tahun ke level 4,177 persen, sekaligus mengangkat kinerja indeks dolar AS ke 98,43.
“Sentimen ini membuat Rupiah kian tertekan. Potensi pengujian level Rp16.800 per dolar AS pada perdagangan hari ini sangat terbuka. Sebaliknya, pasar saham yang sempat menguat justru rawan terkoreksi,” ujar Gunawan.
IHSG yang sempat dibuka menguat di level 8.051 berbalik melemah ke 8.034. Gunawan menilai IHSG berpotensi menguji support di level 8.000 apabila tekanan berlanjut.
Tak hanya Rupiah, harga emas juga ikut tertekan. Emas global diperdagangkan turun ke level 3.740 dolar AS per troy ons atau setara Rp2,02 juta per gram.
Gunawan menjelaskan, membaiknya data ekonomi AS meningkatkan peluang kebijakan moneter ketat dari bank sentral AS, The Federal Reserve. “Hal ini menjadi sinyal buruk bagi aset berisiko di negara berkembang, termasuk Rupiah dan emas yang cenderung tertekan,” pungkasnya. (id09)