Ekonomi

Ekonom Apresiasi Keberlanjutan Program Pra Kerja Di Tahun 2023

Kecil Besar
14px

JAKARTA (Waspada): Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, Kartu Pra Kerja akan dilanjutkan pada tahun 2023. Pemerintah mengalokasikan anggaran sebanyak Rp5 triliun dengan target penerima 1,5 juta orang.

Menanggapi hal tersebut, Ekonom Center of Reform on Economic (CORE) Yusuf Rendy Manilet mengapresiasi keberlanjutan program Kartu Prakerja ini.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

”Sekarang pemerintah memutuskan untuk melanjutkan, ini inisiasi yang baik mengingat tujuan awal untuk meningkatkan skill pekerja yang saya kira di beberapa studi memang, skill pekerja kita masih relatif rendah sehingga perlu ditingkatkan agar siap masuk ke lapangan kerja,” kata Yusuf di Jakarta, Selasa (4/10/2022).

Terlebih, diproyeksikan tahun 2023, ‘awan gelap’, akan terjadi krisis yang tentu berimbas ke dalam negeri.

“Memang Kartu Pra Kerja bukan program utama bisa mengubah awan gelap tersebut. Setidaknya memberikan modal, bantalan, terutama bagi yang membutuhkan, tidak hanya bantuan dalam bentuk skill untuk masuk ke lapangan kerja, tetapi juga bantalan dana yang mereka bisa gunakan sebagai konsumsi,“ jelas Yusuf.

Kartu Pra Kerja tahun 2023 dengan skema normal. Pemerintah akan melakukan penyesuaian besaran bantuan yang diterima peserta senilai Rp4,2 juta per individu dengan rincian berupa bantuan biaya pelatihan sebesar Rp3,5 juta, insentif pasca pelatihan Rp600 ribu yang akan diberikan sebanyak 1 kali, serta insentif survei sebesar Rp100 ribu untuk dua kali pengisian survei.

Lebih lanjut, Yusuf menekankan, ada pekerjaan rumah bagi pemerintah dalam program Kartu Pra Kerja ini. Yaitu tentang penyaluran tenaga kerja.

”Memang tidak semua kemudian industri punya kemampuan dan anggaran untuk mempersiapkan skill.Bisa saja skill ini yang diambil alih perannya oleh pemerintah, dan para industri mempersiapkan lapangan kerjanya,“ tutur Yusuf.

Tercatat pada tahun 2022, Program Kartu Prakerja telah memberikan manfaat bagi 3,46 juta penerima dari 514 kabupaten dan kota di Indonesia dengan total penerima sejak awal pelaksanaan program hingga mencapai 14,9 juta penerima.

Berdasarkan jumlah peserta tahun 2022 tersebut, sebanyak 53,6% diantaranya berasal dari 212 kabupaten dan kota target penurunan kemiskinan ekstrem serta mencakup calon Pekerja Migran Indonesia (PMI).

  Pemulihan

Sementara itu, Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eisha Maghfiruha Rachbini menilai dasar skema semi bansos pada Kartu Prakerja adalah karena pandemi. Saat pandemi, banyak masyararakat yang menggalami penurunan daya beli akibat terkena putus hubungan kerja (PHK).

Kartu Prakerja pun didesain sedemikian rupa untuk bisa meringankan beban masyarakat dan mempersiapkan angkatan kerja yang lebih mumpuni.

“Kartu Prakerja selama ini diberikan dengan semi bansos karena pandemi. Harapannya, diberikan bantuan bisa mempertahankan daya beli yang ter-PKH, diberikan pelatihan supaya bisa meningkatkan skill-nya. Supaya nanti ketika ekonomi sudah membaik, mereka bisa diserap industri dengan skill yang lebih baik dan mendapatkan pendapatan yang lebih tinggi,” ungkapnya.

Menurut Eisha, pemfokusan Kartu Prakerja kembali pada skema peningkatan skill dan produktivitas angkatan kerja dilandasi pertimbangan pemerintah terkait pandemi yang berangsur membaik dan perekonomian menunjukkan pemulihan.

“Dasarnya mungkin pemerintah ingin mengurangi karena mungkin asumsinya sekarang adalah di tahun 2022, ini kan perekonomian kita sudah mulai tumbuh. Orang sudah banyak kembali bekerja,” tambahnya. (ReljJ05)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE