Scroll Untuk Membaca

Ekonomi

Ekonom Ingatkan Menkeu Purbaya: Hati-hati Keluarkan Statement

Menkeu Janji Tak Bicara Seperti Koboi

Ekonom Ingatkan Menkeu Purbaya: Hati-hati Keluarkan Statement
tangkapan layar
Kecil Besar
14px

JAKARTA (Waspada.id): Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, menyampaikan sejumlah usulan kepada Menteri Keuangan baru, Purbaya Yudhi Sadewa dalam melanjutkan estafet kepemimpinan sebagai bendahara negara.

“Saya mengusulkan kepada menteri keuangan baru, ada empat usulan. Pertama, mohon berhati-hati dalam mengeluarkan statement,” katanya, dalam acara Seminar Publik ‘Reshuffle Menyembuhkan Ekonomi?’ yang digelar daring, Rabu (10/9).

Menurutnya, seorang menteri keuangan pantang berbicara sembarangan karena setiap pernyataan akan dicermati para investor.

“Walaupun sifatnya joke (lelucon), tetapi kan kita harus pahami ketika ada wartawan yang mendengar kemudian ditulis di media online. Kan yang membaca tidak paham kalau ini joke atau tidak,” jelasnya.

Usulan berikutnya, kata Wijayanto, adalah menghindari over promise atau mengumbar janji manis. Hal itu berpotensi merusak kredibilitas di mata pasar.

“Jangan over promise, over confident dan over simplify karena market akan menilai oleh orang ini tidak paham. Jadi kredibilitasnya justru akan rusak,” ujarnya.

Selain itu, ia juga mengusulkan adanya refocusing anggaran untuk APBN 2026. Menurutnya, APBN 2025 masih banyak mengandung alokasi yang tidak tepat sasaran.

“Misalnya pemangkasan untuk transfer daerah 25 persen. Belum dipangkas saja, pemda-pemda sudah menaikkan pajak sesuka hati, PBB dan lain sebagainya,” bebernya.

Wijayanto juga mengingatkan pentingnya perbaikan manajemen utang. Padahal saat pemerintah kesulitan menerbitkan surat utang, Saldo Anggaran Lebih (SAL) justru mencapai Rp600 triliun.

“Ini kan sebenarnya akumulasi utang berlebih yang uangnya terdistribusi kemana-mana dan itu bukan uang gratis. Itu membayar bunga 6,5- 6,8 persen karena intinya SAL itu adalah SBN yang diterbitkan secara berlebihan,” tegasnya.

Usulan terakhir, Kementerian Keuangan diminta fokus mendorong pemberantasan underground economy.

Mengutip data EY, underground economy Indonesia mewakili sekitar 23,8 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) atau setara 326 miliar dolar AS.

“Kalau ini bisa dikonversi menjadi ekonomi yang legal bisa dibayangkan dengan tax ratio 10 persen saja berapa banyak potensi pajak yang bisa kita terima,” pungkasnya.

Janji Menkeu

Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa berjanji tak lagi bersikap ‘koboi’. Itu diungkapkan saat melakukan rapat kerja (raker) pertamanya dengan Komisi XI DPR RI.

“Ini kunjungan saya yang pertama sebagai menteri keuangan, biasanya sebagai LPS (ketua dewan komisioner Lembaga Penjamin Simpanan). Kalau waktu ketua LPS, saya katanya ngomongnya agak koboi,” tuturnya di awal Raker dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta Pusat, Rabu (10/9).

“Sekarang enggak boleh saya, saya baru merasakan dampaknya, rupanya beda. Jadi, sekarang saya akan stick ke pidato yang sudah disiapkan staff saya di sini. Jadi, gak ada session bebas lagi,” janji Purbaya.

Hal tersebut langsung ditimpali salah satu anggota DPR RI. Wakil rakyat itu mengatakan Purbaya Yudhi Sadewa sejatinya masih boleh bergaya koboi, meski sekarang berstatus menteri keuangan.

“Pak menteri, boleh koboi, tapi ada isinya,” ucap DPR RI kepada Purbaya.(infobanknews.com/cnni)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE