MEDAN (Waspada.id): Harga cabai merah kembali melonjak di Sumatera Utara. Hasil pantauan lapangan pada Sabtu (13/9) menunjukkan harga cabai merah di wilayah dataran rendah bagian timur Sumut naik tajam ke level Rp80 ribu per kilogram. Padahal, sehari sebelumnya, harga cabai masih dijual Rp60 ribu per kilogram.
Ketua Tim Pemantau Harga Pangan Sumut, Gunawan Benjamin mengungkapkan, kenaikan harga cabai juga terlihat di sejumlah daerah pegunungan dekat sentra produksi. Meskipun relatif bervariasi, tren kenaikan harga tetap terlihat.
“Tidak menutup kemungkinan harga cabai bisa lebih mahal di daerah lain, bahkan mencapai puncaknya besok atau lusa. Saat ini harga cabai sangat bergantung pada pasokan dari luar Sumatera,” jelas Gunawan.
Ia membandingkan dengan data PIHPS, di mana harga cabai merah keriting di Jawa Timur masih berada di kisaran Rp33 ribu–Rp40 ribu per kg, dan di Jawa Tengah Rp35 ribu–Rp55 ribu per kg. Sementara di Sumut, harga cabai berpotensi bertahan di level Rp60 ribu–Rp75 ribu per kg dalam jangka pendek.
Gunawan menambahkan, pasokan dari dalam daerah diperkirakan berkurang seiring berakhirnya masa panen di Batubara. Produksi akan bergeser ke Kabupaten Karo, namun jumlahnya tidak sebesar pasokan dari Batubara. Sementara pasokan dari Aceh hanya sekitar 20 ton per hari, dan diproyeksikan baru meningkat pada November bersama dengan pasokan dari Sumatera Barat.
“Ketidakpastian pasokan dari luar daerah menjadi faktor penting. Jawa tetap kunci utama stabilitas harga cabai nasional. Kalau tidak ada tambahan pasokan signifikan di kuartal IV nanti, harga cabai di Sumut bisa bertahan di rentang Rp70 ribu–Rp120 ribu per kg,” tegasnya.
Gunawan mengingatkan, situasi ini dapat memperumit tantangan pengendalian inflasi di Sumut.
“Kenaikan harga cabai merah akan ikut mendorong cabai hijau dan cabai rawit. Jika harga tinggi bertemu dengan daya beli masyarakat yang lemah, alarm bahaya inflasi pangan sudah menyala,” pungkasnya. (id09)
