Scroll Untuk Membaca

Ekonomi

Harga Emas Diproyeksikan Naik Meskipun Sudah Mahal

Harga Emas Diproyeksikan Naik Meskipun Sudah Mahal
Kecil Besar
14px

MEDAN (Waspada.id): Harga emas global dalam sepekan terakhir kembali menunjukkan tren penguatan setelah mencoba menembus level psikologis 3.700 dolar AS per troy ons.

Saat ini, harga emas diperdagangkan di kisaran 3.666 dolar AS per troy ons, atau sekitar Rp1,94 juta per gram. Sementara di pasar domestik, emas murni dijual hingga menembus Rp2 juta per gram.

Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, mengatakan bahwa meskipun harga emas sudah tinggi, peluang kenaikan masih terbuka lebar.

“Harga emas berpotensi melanjutkan penguatan, bahkan bukan tidak mungkin mencapai 3.750 dolar AS per troy ons tahun ini. Itu artinya harga emas bisa menembus Rp2,5 juta per gram di pasar domestik,” ujarnya di Medan, Rabu (17/9).

Benjamin menjelaskan, kenaikan harga emas saat ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor global. Mulai dari meningkatnya tensi geopolitik, melambatnya pertumbuhan ekonomi dunia, kebijakan tarif dagang AS yang menekan peredaran dolar di pasar, hingga tren bank sentral global yang lebih banyak mengakumulasi emas ketimbang obligasi berbasis dolar.

“Selain itu, rencana Bank Sentral AS atau The Fed untuk memangkas bunga acuannya juga menjadi salah satu katalis penguatan emas,” tambahnya.

Menurut Benjamin, setiap kali terjadi eskalasi geopolitik, emas selalu dipilih sebagai aset lindung nilai.

“Perang Rusia–Ukraina, konflik Iran–Israel, India–Pakistan, hingga potensi ketegangan di kawasan Asia Tenggara, semuanya memicu investor untuk menambah portofolio emas. Hal ini karena emas dianggap memiliki nilai universal yang tetap berlaku meskipun kondisi global bergejolak,” terangnya.

Ia menambahkan, jika konflik terjadi di negara-negara yang memiliki kontribusi besar terhadap perekonomian dunia, maka lonjakan permintaan emas akan semakin besar.

“Emas akan terus menjadi instrumen investasi utama, baik untuk jangka pendek, menengah, maupun panjang,” katanya.

Di sisi lain, pasar saham domestik merespons positif langkah Bank Indonesia yang secara mengejutkan memangkas suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin menjadi 4,75%.

“Kebijakan BI ini pro terhadap sektor riil dan mendorong optimisme di pasar saham. Itu sebabnya IHSG ditutup menguat signifikan,” jelas Benjamin.

Pada penutupan perdagangan hari ini, IHSG naik 0,85% ke level 8.025 setelah sempat melemah di sesi awal. Benjamin menilai langkah BI mampu meningkatkan likuiditas dan memperkuat daya dorong bagi dunia usaha.

Namun demikian, kebijakan ini tidak serta merta mengangkat rupiah. Kurs rupiah justru ditutup melemah tipis di level Rp16.425 per dolar AS. Menurut Benjamin, pelemahan ini terkait dengan selisih suku bunga antara BI dan The Fed.

“Pemangkasan bunga acuan BI membuat gap dengan suku bunga The Fed semakin menyempit. Investor menanti langkah The Fed berikutnya, karena jika AS juga memangkas bunga acuannya, rupiah berpotensi mendapat dukungan tambahan,” pungkasnya. (id09)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE