Scroll Untuk Membaca

Ekonomi

Harga Emas Kembali Naik, IHSG Menguat Di Sesi Kedua

Harga Emas Kembali Naik, IHSG Menguat Di Sesi Kedua
Kecil Besar
14px

MEDAN (Waspada.id): Optimisme investor terhadap potensi pemangkasan suku bunga acuan Amerika Serikat (The Fed) mendorong kinerja pasar keuangan domestik pada perdagangan hari ini. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 0,91% ke level 8.166,224, setelah sempat terpuruk hingga 8.042,630 di sesi awal perdagangan.

Sejumlah saham unggulan menjadi motor penguatan IHSG, antara lain BBCA, BBRI, BMRI, BRMS, dan ADRO. Kenaikan tersebut terjadi di tengah pergerakan bursa Asia yang cenderung mendatar, namun mulai menunjukkan sinyal positif.

Scroll Untuk Lanjut Membaca

IKLAN

Menurut Pengamat Pasar Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, penguatan IHSG di sesi kedua perdagangan menunjukkan keyakinan investor terhadap potensi kebijakan moneter yang lebih longgar dari The Fed.

“Pelaku pasar mulai berani mengambil posisi beli karena optimis The Fed akan memangkas suku bunga. Ekspektasi ini menjadi katalis positif bagi pasar saham Indonesia,” jelas Gunawan, Rabu (29/10).

Sementara itu, rupiah ditutup melemah tipis di kisaran Rp16.610 per dolar AS, bergerak stabil dalam rentang Rp16.610–Rp16.635 sepanjang perdagangan. Minimnya sentimen domestik membuat rupiah nyaris tak bergerak signifikan, meski tekanan global masih cukup terasa.

“Pelemahan rupiah hari ini tidak mencerminkan tekanan fundamental. Pasar masih menunggu kepastian kebijakan moneter The Fed. Jika benar terjadi pemangkasan suku bunga, rupiah berpeluang menguat dalam waktu dekat,” ujar Gunawan.

Di sisi lain, harga emas dunia kembali menguat tajam dan menembus level psikologis US$4.000 per troy ounce. Pada perdagangan sore ini, emas ditransaksikan di level US$4.029 per troy ounce, atau setara sekitar Rp2,16 juta per gram.

Gunawan menilai, kenaikan harga emas terjadi seiring meningkatnya optimisme bahwa The Fed akan segera memangkas bunga acuannya.

“Investor logam mulia melihat peluang pemangkasan suku bunga sebagai sinyal positif. Jika bunga acuan turun, maka aset tanpa imbal hasil seperti emas kembali menarik bagi investor,” ungkapnya.

Ia menambahkan, kombinasi antara penguatan IHSG dan kenaikan harga emas menunjukkan pasar tengah bersiap menghadapi perubahan besar dalam kebijakan moneter global.

“Kedua instrumen ini mencerminkan optimisme yang sama — pasar menunggu keputusan The Fed yang berpotensi mengubah arah investasi global,” pungkas Gunawan. (id09)

Update berita terkini dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran favoritmu akses berita Waspada.id WhatsApp Channel dan Google News Pastikan Kamu sudah install aplikasi WhatsApp dan Google News.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

*isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE