MEDAN (Waspada.id): Harga emas dunia terus melambung mendekati level psikologis USD 4.200 per ons troy, sementara Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka menguat pada awal perdagangan hari ini. Sentimen positif global turut menopang kinerja pasar keuangan domestik.
Penguatan bursa saham global, khususnya Dow Jones di Amerika Serikat, menjadi faktor pendorong utama. Keyakinan pasar terhadap kemungkinan berakhirnya penutupan pemerintahan AS (government shutdown) turut meningkatkan optimisme investor di kawasan Asia, termasuk Indonesia.
IHSG pada sesi pembukaan perdagangan dibuka menguat di level 8.412, dengan proyeksi pergerakan di kisaran 8.380–8.450. Meski demikian, pelaku pasar dinilai masih cenderung berhati-hati menjelang rilis data inflasi AS yang dijadwalkan dalam waktu dekat.
Pengamat Pasar Keuangan Sumatera Utara, Gunawan Benjamin, menilai bahwa penguatan IHSG kali ini lebih disebabkan oleh efek psikologis dari pasar global ketimbang faktor fundamental domestik.
“Optimisme dari pasar global memberi dorongan bagi IHSG, namun potensi koreksi teknikal tetap terbuka. Investor cenderung wait and see menanti data inflasi AS karena data itu akan menentukan arah kebijakan The Fed ke depan,” ujar Gunawan di Medan, Kamis (13/11).
Sementara itu, rupiah dibuka melemah di level Rp16.735 per dolar AS, meski di saat yang sama indeks dolar AS (DXY) melemah ke posisi 99,47, dan imbal hasil obligasi AS tenor 10 tahun juga turun menjadi 4,065%.
“Kondisi ini menunjukkan bahwa pelemahan rupiah lebih bersifat temporer. Secara teknikal, rupiah masih berpeluang untuk berbalik arah dan menguat jika pasar merespons positif data inflasi AS nantinya,” jelas Gunawan.
Di sisi lain, harga emas dunia kini menembus level USD 4.197 per ons troy, mendekati ambang psikologis USD 4.200. Jika dikonversikan ke rupiah, harga emas saat ini setara dengan sekitar Rp2,3 juta per gram.
Gunawan menjelaskan, lonjakan harga emas ini dipicu oleh laporan ketenagakerjaan AS yang menunjukkan peningkatan klaim pengangguran, yakni sekitar 11.250 pekerja kehilangan pekerjaan per minggu selama Oktober.
“Data ekonomi yang melemah di AS menjadi katalis kuat bagi kenaikan harga emas. Investor global mencari aset aman seperti emas karena menilai peluang pemangkasan suku bunga oleh The Fed semakin terbuka,” pungkasnya. (id09)











